Ruka, Dinosaurus, dan Perut Yuna

3 1 0
                                    

Buku ensiklopedia yang berantakan di hadapan Ruka―anak laki-laki berusia 5 tahun―yang kini tengah menangis itu mulai terlempar ke berbagai arah. Sementara Yuna, ibu guru Ruka sudah berulang kali menarik napas panjang―lelah. Dia sudah kehabisan ide agar Ruka mau makan siang. Sementara teman-temannya sudah di pertengahan kegiatan makan siang, ocehan Ruka masih sama, "Aku mau jadi dinosaurus yang baik!"

Yang benar saja bukan? Beberapa waktu lalu anak itu menemukan buku kiat agar menjadi anak yang baik. Tapi setelah menemukan figur dinosaurus di kotak mainan. Ia malah bertekad untuk jadi dinosaurus. Padahal jelas tak ada hubungannya.

"Ruka, kalau kau mau menjadi dinosaurus, kaubisa pakai kostum dinosaurus, tapi kautidak bisa pakai itu sekarang," jelas Yuna berulang kali.

Namun Ruka malah menangis semakin kencang. Hingga, perut Yuna tanpa disadark berbunyi dengan cukup keras. Dan itu membuat Ruka takjub seketika.

"Yuna-sensei, perutmu ... bunyinya seperti dinosaurus!" cetus anak berambut hitam tebal itu. Poninya bergoyang saat ia tertawa kemudian. Sementara itu Yuna terdiam. Kaget. Namun, inilah celahnya.

"Kausuka bunyinya?" tanya Yuna-sensei.

Ruka hanya mengangguk. Sementara Yuna hanya bisa menggelengkan kepala. "Kau mau menemani dinosaurus ibu makan? Kasihan dia sudah kelaparan."

Dan ... ajaib, ajaib, ajaiiiib! Dasar anak kecil. Ruka hanya mengangguk dengan senyum yang masih terukir di bibirnya. Yuna? Ia sudah tidak peduli lagi perutnya disebut apa oleh anak itu. Setidaknya untuk saat ini. Ia tetap harus menjelaskan bahwa suara perut dan dinosaurus itu tidak sama.

Dengar dari mana pula?

***

Bogor, 13 Februari 2024

Kimiiro Palette - NPC 29 Daily Writing Challenge 2024 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang