3. Ayah Punya Rahasia

2 0 0
                                    

Happy Reading!

Jangan lupa vote ya!

Aydin memasuki ruang kerjanya dengan gusar. "Bodoh banget sih, bisa sampe keceplosan sebut nama di depan orangnya." Ia menjatuhkan tubuhnya di atas kursi kerjanya. Kegelisahan membuatnya mengetuk-ngetuk meja dengan jari.

"Kalau ketemu dia lagi aku harus bilang apa ya? Kalau dia nanya kenapa aku tau namanya, aku harus gimana jawabnya. Kenyataannya aku baru tahu namanya ya, ketika itu," gumam Aydin sambil nerputar-putar tanpa kejelasan dengan kursinya.

Tiba-tiba ponselnya berdering menandakan ada panggilan masuk. Ia bergegas mengangkatnya setelah melihat siapa yang menelpon.

"Waalaikum salam, Umi,"Aydin menjawab salam dari pemanggil yang tak lain adalah uminya.

"Ya, umi. Aydin sudah dua kali bertemu Yulin," sahutnya dalam panggilan. "Nggak bisa gitu, Mi. Yulin gak mungkin bisa langsung menerima kenyataannya. Bisa-bisa dia kaget dan marah atau bahkan bisa membenci Aydin sampai gak mau bertemu lagi. Itu gawat Umi dan Aydin gak mau itu terjadi," ujarnya panjang lebar membalas perkataan umi di seberang sana.

"Baik, Umi. Mungkin Aydin akan berusaha membuat dia jatuh cinta dulu, setelah dia nyaman dengan Aydin baru waktunya kita bongkar kenyataannya," sahut Aydin dengan yakin.

"Insyaallah, doakan Aydin ya, Umi," ucap Aydin setelah diam beberapa saat. "Waalaikum salam," panggilan pun berakhir.

"Membuatnya jatuh cinta?" gumam Aydin sambil berpikir keras.

~~~~~

Setibanya di toko bunga, Yulin melihat Amora sedang menunggunya di sana. Ia melemparkan senyuman pada gadis berkerudung abu-abu itu. "Tumben nunggu, pasti ada apa-apanya ni," ujarnya sambil turun dari motor dan menuju pintu utama toko. Ia memutar kuncinya, lalu membuka lebar toko.

Amora mengekori Yulin ke dalam toko. "Jadi, semalam Mas Faiz melamar aku, Lin."

Yulin yang sedang menata meja kerjanya langsung menatap kaget pada Amora. "Hah, gimana?"

Amora berbinar dan mengangguk. "Iya, Lin. Mas Faiz, pelayan di caffe yang aku cintai dalam diam itu. Ternyata dia memiliki perasaan yang sama dan semalam dia bawa orangtuanya untuk lamar aku. Parahnya Ayah tau rencana lamaran ini dari seminggu yang lalu, tapi dia gak bilang apa-apa," jelasnya panjang lebar.

Yulin menghampiri Amora di seberang meja. "Wah, selamat ya, Ra. Cinta kamu gak bertepuk sebelah tangan. Masya Allah," ia memeluk sahabatnya itu singkat.

"Tapi," Amora menjeda perkataannya.

"Kok ada tapinya?" tanya Yulin waspada.

"Aku belum jawab lamarannya," sambung Amora.

"Lho, kenapa? Kan kamu suka."

"Iya, Lin. Tapi, aku gak mau gegabah dan memberikan kemudahan pada seseorang yang ingin mendapatkan aku," jelas Amora.

"Kamu ingin dia berjuang dulu?" tanya Yulin dan Amora mengangguk. "Gak salah sih kalau kamu maunya gitu. Sekalian untuk pastiin ketulusannya, iya gak?"

"Iya, Lin. Itu maksudku," sahut Amora. "Aku juga kasih syarat untuk bukti ketulusannya."

"Syaratnya apa? Jangan sulit-sulit, Ra," tanya Yulin sambil tertawa pelan.

"Gak sulit kok. Aku Cuma minta dia untuk hafalin Al-Kahf, setelah selesai setor ke Ayah baru deh lanjut ke akad," ujar Amora sambil tersenyum.

"Wah, gak kaleng-kaleng ni syaratnya. Tapi, aku yakin dia bisa lebih cepat deh setornya. Kan pencinta Al-Qur'an seperti yang kamu ceritain," kata Yulin.

Rahasia (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang