2. Trauma

140 18 8
                                    

Update
__________________
Typo tandai
.
.
Selamat membaca

____________________

.
.

Perempuan itu berjalan melewati tengah dinding-dinding tinggi yang terasa dingin dan lembab, sumber penerangan di lorong itu hanya satu lampu remang bercahaya keemasan. Perempuan itu tidak tahu jam berapa sekarang, ia baru saja menjenguk Ayah dan Kakak laki-laki nya yang di penjara.

Perempuan itu mempercepat langkahnya, ia takut jika harus berpapasan dengan Tentara penjajah, mereka biasanya akan bersikap kurang ajar pada perempuan, apalagi saat itu Yolanda sedang sendirian.

Yolanda berjalan cepat, ia menundukkan wajahnya, tetapi bersamaan dengan itu dua orang pria berjalan beriringan dengan sepatu boots mereka. Yolanda menyingkir, ia menundukkan wajahnya membiarkan dua Tentara penjajah itu melewatinya.

"Sersan Albert, periksalah tahanan laki-laki" Suara bariton itu memecah keheningan di lorong panjang dan gelap itu, sementara itu Yolanda masih berdiri di tempatnya tanpa berani bergerak.

"Siap Letnan. " Hentakan sepatu boots itu membuat Yolanda memberanikan diri untuk melangkah, tujuan nya adalah pergi dengan selamat dari penjara ini seperti pesan Ayahnya.

"Tunggu" Yolanda menghentikan langkahnya, jantungnya berdetak kencang ketika suara bariton itu seperti sedang bicara dengan nya.

Suara langkah kaki mendekati Yolanda, tapi Yolanda tak sanggup bergerak kemanapun atau ia akan di penjara di tempat ini.

"Kau gadis Tiferet?"

Yolanda berbalik badan, ia menatap sebuah mahakarya Tuhan yang sedang berdiri di hadapannya, seperti pria bertubuh tegap berdiri di hadapan nya, rahang tegas yang di tumbuhi bulu-bulu halus membuat ia terkesan pria dewasa. Tubuh berotot nya bersembunyi di balik seragam dengan tanda pangkat nya. Sorot mata tajam nya seolah mengancam gadis Pribumi di hadapan nya itu, tatapan itu begitu tegas hingga Yolanda menundukkan pandangan nya.

"Iya" Yolanda menjawab dengan suara gemetar.

"Ck!" Pria itu berdecak, "Baiklah, ini korban yang memuaskan" Dia bergumam, tapi Yolanda masih dengan jelas bisa mendengar nya.

"Lepaskan aku!!!!" Yolanda mencoba menarik tangannya dari cengkraman Letnan yang tiba-tiba menarik kasar tangan Yolanda.

"Diam jika kau  ingin melihat Ayah dan Kakak mu hidup!!" Sentak nya, Yolanda yang tadinya melawan, kini diam menangis tak kala pria berpangkat Letnan itu menariknya kasar seraya mengarahkan ujung senjata nya ke dahi Yolanda.

__________________________


"Tidak jangan.. Jangan seperti ini"

"Berhenti!!" Air mata Yolanda menghapus kotoran yang mengotori pipi nya setelah sebelumnya Alexandro mendorong tubuh Yolanda ke tembok lembab di ruangan kosong dan gelap itu, cahaya nya sama seperti lorong sebelum nya.

Hanya saja di tempat ini kotor, kotor oleh robekan pakaian-pakaian perempuan.

Bugh

Tubuh Yolanda di lempar ke lantai oleh Alexandro, saat Yolanda terus menangis dan memohon agar diizinkan untuk pergi, Alexandro meletakkan jari telunjuk nya di depan bibir mengisyaratkan agar Yolanda diam.

WAR & PASSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang