No 2 : The Gala

487 91 26
                                    

A/N : Vote dan komen ya~ 

Happy reading.

***

"Cheersss!"

Gelas-gelas berkaki tinggi saling beradu hingga menimbulkan bunyi nyaring. Lila menyesap sedikit champagne putih miliknya sebelum kembali fokus pada Gwen dan Syahnaz

Gwen, si perempuan berbadan seperti gitar Spanyol itu terlihat menawan seperti biasa. Rambut panjangnya dibuat bergelombang seperti para 'Angels' dari merek pakaian dalam terkenal di Amerika sana. Gaun desainer berwarna silver yang dikenakannya pun penuh dengan aksen bling-bling. Membuat siapa saja yang berpapasan dengan Gwen akan menoleh paling sedikit dua kali untuk melihat keindahannya.

Lalu Syahnaz, si pemalu yang lebih banyak diam ketimbang berbicara. Kebetulan, malam ini suaminya yang bekerja sebagai dokter bedah toraks dan kardiovaskular itu berbaik hati mau menjaga dua anak laki-laki mereka. Sehingga Syahnaz bisa datang ke acara amal yang sekaligus mereka jadikan pesta perpisahan dengan Kalila.

"Gimana reaksi bokap lo saat tahu Ezekiel mau bawa lo ke Kalimantan?"

Pertanyaan Gwen sukses membuat Kalila mengingat moment satu minggu yang lalu. Dimana ia dan Ezekiel datang berkunjung ke kediaman sang Ayah untuk meminta izin sekalian berpamitan.

"Kacau." Kalila menggeleng. "Lo tahu sendiri bokap gue orangnya bagaimana. Ditambah lagi dia sama El masih belum akur banget. Terjadilah kekacauan. Bokap gue naik darah nyalah-nyalahin El, dan El yang sudah gue doktrin untuk perjuangin gue untuk tetap ikut ke Kalimantan juga gak mau kalah. Kacau banget deh, Gwen, Naz. mbak dan satpam di rumah bokap gue sampai ikut turun tangan, karena takut Ezekiel kenapa-kenapa."

Gwen dan Syahnaz tertawa. "Kena pukul lagi gak Ezekiel?"

"Untungnya gak sampai kena pukul, sih. Sudah cukup trauma gue lihat El dipukul bokap sampai bonyok gara-gara mau ngajak gue nikah. Gue gak mau lihat lagi." Kalila tidak sampai hati membayangkan..

"Sebenarnya, gue kasihan sama lo dan Ezekiel, tapi di sisi lain gue juga ngerti perasaan bokap lo," ucap Syahnaz dengan suaranya yang adem bagai embun di pagi hari. "Anak perempuan satu-satunya, mau dibawa pergi jauh. Gimana gak sedih dan khawatir."

"Iya, gue juga ngerti. Tapi, Naz, gue kan sudah dua puluh enam tahun. Sudah menikah juga. Gue berhak atas hidup gue sendiri. Gue nikah dan hidup sama Ezekiel bukan berarti gue gak sayang bokap lagi. Hanya saja, semua sekarang ada porsinya. Hidup gue bukan soal bokap doang."

"Iya, paham, La." Syahnaz memegang tangan Kalila yang ada di atas. "Lo dan Ezekiel yang sabar ya menghadapi Om Tommy. Semua cuma butuh waktu kok. Buktinya lo sama Ezekiel beneran bisa sampai nikah. Walaupun di awal sempat gak direstuin."

"Lagian, kenapa lo bisa-bisanya ikut ke Kalimantan, sih."Gwen ikut berbicara. "Gue taruhan. gak sampai satu minggu di Kalimantan, lo akan balik lagi ke Jakarta." Gwen melirik Syahnaz mencari dukungan. "Ya kan, Naz."

Syahnaz pura-pura tidak melihat tatapan Gwen.

"Gak akan. Kalian tahu sendiri, gue itu orangnya gampang beradaptasi."

"Tapi ini Kalimantan, loh, La. Bukan Bali atau Surabaya."

"Memangnya kenapa? Kalimantan juga kota di Indonesia. Peradabannya gak akan beda jauh kok dengan Jakarta."

"Itu kalau di kotanya. Lo sendiri yang bilang kalau rumah tugasnya Iel ada di tengah hutan. Lo yakin bisa hidup di sana?"

"Bisa." Kalila menjawab dengan sangat enteng. Seakan-akan tidak ada lagi yang perlu dipikirkan dari pertanyaan Gwen.

Curse of The 13Where stories live. Discover now