No. 3 : The First Day

399 79 68
                                    

A/N : Voment yaa~

Happy reading~

***

Enam koper besar menjadi bekal Kalila dan Ezekiel di Kalimantan. Jumlah itu tentu saja sudah melalui proses negosiasi sengit. Kalila yang detail dan peduli hingga urusan paling kecil, bersikeras membawa beberapa peralatan masak yang dianggap Ezekiel tidak penting.

"Kita bisa beli di sana." Ezekiel beralasan sambil mengambil chopper daging-- yang sudah dibungkus rapi dengan bubble wrap agar tidak pecah selama di perjalanan--dari dalam koper.

"Tapi belum tentu ada yang sebagus ini, El." Kalila tidak mau kalah. "Lagi pula, daripada kamu ngerecokin aku packing, lebih baik kamu urus barang kamu sendiri. Masa kita mau pindahan kamu cuma bawa baju saja? Perlengkapan yang lain mana?"

"Memang butuh apa lagi?"

"Handuk, toiletries, sepatu, kabel gadget, dan coba kamu pikir apa lagi yang belum masuk?" Kalila menghitung dengan jari.

"Sepatu dan kabel-kabel sudah aman. Sisanya aku pakai punya kamu saja," jawabnya enteng.

Kalau ada orang yang merencanakan tamasya bersama Kalila, dan orang tersebut sengaja berkemas seminimalis mungkin dengan alasan bisa meminjam persiapan milik Kalila, dia pasti akan sangat jengkel. Tapi, berhubung yang berbicara adalah Ezekiel, dan laki-laki itu memiliki tempat spesial di hati Kalila, maka ia tidak banyak berkomentar.

Perempuan itu hanya menghela napas, lau melirik chopper daging yang ada di tangan Ezekiel.

"Yasudah, kalau begitu chopper tetap masuk."

"Gak bisa, ini harus dikeluarkan."

"Dia gak makan tempat kok."

Ezekiel menggeleng pasti. "Keluar." ucapnya tegas. "Panci dan oven mini kamu juga harus keluar."

Wajah Kalila kali ini sudah ditekuk sedemikian rupa.

Negosiasi malam itu berlangsung selama berjam-jam. Setelah berselisih soal ini itu, mereka pun mufakat pada jumlah enam koper.

"Kita sudah sepakat. Jadi, gak ada ngambek dan ngerengek minta masukin barang macam-macam lagi."

"Kamu juga gak boleh keluarin apa-apa lagi dari koperku."

"Oke."

"Deal" Kalila mengulurkan tangan yang langsung dijabat oleh Ezekiel.

Pesawat yang akan membawa pasangan suami istri baru itu direncanakan lepas landas pukul satu siang. Dua jam sebelum jam keberangkatan, mereka sudah mulai mengeluarkan barang bawaan dari rumah ke dalam mobil.

Tommy, yang awalnya mengultimatum Kalila bahwa ia tidak akan membantu apapun perihal kepindahan sang anak akhirnya luluh juga. Meski tidak hadir secara langsung, namun Tommy mengirimkan Pak Tono, supir keluarga yang dulu sempat menjadi supir Kalila dari TK hingga SMA, untuk mengantarnya ke bandara.

Dulu, saat Tommy pertama kali mengetahui hubungan Kalila dan Ezekiel, nasib Pak Tono sempat hampir berakhir nahas. Alasannya, karena tanpa sepengetahuan Tommy, supir yang sudah ia percayai luar-dalam itu, selama ini mengantar jemput Kalila untuk bertemu Ezekiel. Pacar rahasia sang anak yang wajahnya terlihat seperti kuda di mata Tommy.

"Jangan kasih tahu Ayah kalau aku ke sini dan bukan ke rumah Gwen ya, Pak."

"Nanti Pak Tono jemput aku di cafe biasa, ya. Jangan di rumah Syahnaz."

"Hehe, maaf ya, Pak Tono. Lama menunggu ya? Tadi aku keasyikan ngobrol sama El, sampai lupa waktu. Ayah gak akan marah kan ya aku pulang telat hampir tengah malam gini."

Curse of The 13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang