No. 4 : The Guest

364 72 27
                                    

A/N : Voment ya~

***

Seorang perempuan berambut panjang dengan mata hitam yang lebar menatap Kalila. Perempuan itu menarik tangannya yang ada di bahu Kalila lalu bertanya, "Kamu siapa?"

Kalila tak bersuara.

"Ada keperluan apa di sini?"

"Sa-saya pendatang." Kalila tergagap. Ia melirik ke arah kaki perempuan itu dan mendapatinya menapak ke lantai. Meski sedikit lega, namun itu tidak cukup untuk membuatnya tidak waspada.

"Kamu tinggal di sini?"

Kalila mengangguk.

"Di lantai berapa?"

"Lantai tiga."

Perempuan itu melihat dua koper yang ada di tangan kanan dan kiri Kalila, lalu beralih pada Kalila.

"Saya juga tinggal di lantai yang sama dengan kamu. Mau saya bantu?"

***

Setelah menaruh koper-koper bawaannya di dalam rumah, Ezekiel melangkah turun dari lantai tiga dengan terburu-buru. Meski samar-samar, Ezekiel mendengar suara teriakan Lila. Frans berkata dia tidak mendengar apapun, namun Ezekiel tidak peduli. Ia lebih rela dicap sebagai paranoid dibanding terlambat.

Ezekiel sudah menapaki lantai dua dan ingin melanjutkan turun ke lantai satu, saat ia bertemu dengan Kalila di pertengahan tangga.

"Lila." Ezekiel sedikit terkejut. Apalagi saat mendapati Kalila tidak sendirian. Ia bersama seorang wanita lain yang membantunya membawa koper. Perempuan itu mengenakan rok selutut dan kemeja lengan panjang yang dikancing hingga ke leher.

"El," Kalila berseru.

Ezekiel bergerak cepat turun dan mengambil satu koper yang dibawa Kalila.

"Tadi kamu teriak?"

Kalila mengangguk pelan, lalu melihat ke belakang. Ke arah perempuan yang ada dua anak tangga di belakangnya.

"Tadi aku kaget ketemu Mbak Hanum, makanya teriak. Kenceng banget, ya? Aku jadi gak enak. Takut mengganggu penghuni lain di sini," jelasnya. "Oh ya El, Mbak Hanum bilang dia tinggal di lantai yang sama dengan kita. Makanya dia menawarkan bantuan."

Ezekiel turun beberapa anak tangga dan mengambil alih koper yang ada di tangan perempuan bernama Hanum.

"Terima kasih, sudah bantu istri saya," ucap Ezekiel yang dibalas dengan ramah oleh Hanum.

Sesampainya di lantai tiga, Frans sudah menunggu di anak tangga terakhir. Dia membantu Ezekiel membawa barang bawaan dan berjalan paling depan. Di belakang Frans ada Ezekiel dan Kalila, dan yang paling belakang adalah Hanum. Perempuan itu berjalan dengan sangat perlahan sampai-sampai tidak menimbulkan suara tapak kaki.

Frans, Ezekiel dan Kalila berhenti di depan pintu bernomor 12.

"Pintunya susah dibuka. Harus didorong lebih keras." Frans menjelaskan sambil mendorong pintu kayu itu dengan bahu hingga akhirnya terbuka. Ia lalu menaruh dua koper terakhir di ambang pintu, lalu berdiri menatap Kalila dan Ezekiel. "Silahkan beristirahat, Pak Jaya dan Bu Kalila, tugas saya hari ini sudah selesai."

"Terima kasih banyak Pak Frans." Hanya itu yang bisa Ezekiel ucapkan. Ia tidak bisa menawarkan Frans untuk mampir karena ia bahkan tidak yakin bisa menyuguhkan laki-laki itu dengan sesuatu. Ditambah lagi, saat ini sudah malam, Ezekiel yakin, Kalila pasti sudah sangat kelelahan.

Ezekiel menyalami Frans dan saat Kalila ingin ikut menyalami, Frans langsung melenggang pergi begitu saja.

Kalila heran sekaligus marah, namun ia memilih untuk diam. Ezekiel dengan cepat memasukan barang-barang ke dalam rumah. Sedangkan Kalila menyempatkan diri melirik ke samping dan tidak sengaja berpandangan dengan Hanum. Perempuan itu tersenyum kecil. Ia masih melangkah dengan perlahan, seakan-akan ia memiliki semua waktu yang ada di muka bumi ini.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 27 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Curse of The 13Where stories live. Discover now