3.75

2.2K 436 49
                                    

July, 1st 2015

Fillain sungguh tidak tahu harus berbuat apa, namun sorot kedua mata Louis membuat hatinya pilu. Belum lagi cengkraman di kedua tangannya semakin mengerat, membuat Fillain mengernyit kesakitan.

"Sakit, Louis...lepas."

"Mengapa kau tidak turuti saja perintahku, aku ak menjelaskan semuanya padamu-"

"Bullshit! Biar ku percepat, Fillain Camary kau tentu masih ingat dengan kakakmu, July Ecary. Ayah dari bajingan inilah, yang membunuh kakakmu!"

Seketika itu, cengkraman di kedua tangan Fillain terlepas. Fillain merasa jantungnya di hantam keras. Lututnya melemas seiring dengan pernyataan yang diberikan Jared.

"Brengsek! Sudah bosan hidup rupanya?!" Bentak Louis sambil menendang perut Jared dengan sangat keras, membuat tubuh lawannya bertabrakan dengan dinding.

Sebuah tinjuan keras Louis arahkan pada pelipis Jared. Seketika Jared tersungkur diatas lantai, oh jangan lupa kini Louis berada diatasnya. Menghujani wajah Jared dengan tinju-tinju keras, yang tak khayal membuat darah mulai mengalir dari sudut bibir dan hidungnya.

Louis sedang kalap. Dia hilang kendali. Tak ada yang bisa menghentikan Louis sekarang, dirinya sudah cukup menahan amarahnya sedari tadi. Dan sekarang saatnya ia melampiaskan semuanya pada Jared, ia berhak diberi pelajaran. Bahkan Fillain yang memekik tertahan pun tak dihiraukannya.

Fillain meluruh di tempatnya berdiri, gadis itu merasakan dadanya begitu sesak seperti dihimpit batu besar. Satu-satunya anggota keluarga yang Fillain miliki, kakaknya yang sangat ia cintai...ternyata tewas di tangan ayah Louis. Dan yang paling sulit ia percayai, bisa-bisanya Louis merahasiakan hal besar ini.

Flashback, Fillain mencoba mengingat semua yang terjadi satu bulan terakhir ini.

Mulai dari pertemuannya dengan Louis, mungkinkah Louis sudah mengetahui tempat tinggal Fillain sejak lama. Tentu, Louis sudah mengetahui tempat tinggal Fillain sejak lama. Louis dapat melakukan apa saja yang dia inginkan hanya dengan memerintahkan orang suruhannya, bukan hal sulit untuk mendapatkan alamat tempat tinggal seorang Fillain Camary.

Bukan hanya tempat tinggal Fillain, namun tempat kerja dan letak kampusnya berada. Louis mengetahui jelas identitas gadis lugu itu.

"Dengar, aku tidak berusaha menutupi hal itu. Karena kupikir tidak penting bagaimana status sosial ataupun latar belakang kita disangkut-pautkan dalam masalah seperti ini."

Kemisteriusan Louis berlanjut, dimana ia tak mau Fillain mengetahui latar belakangnya. Karena hal itu menjadi kunci terbongkarnya rahasia besar, bahwa ayahnya lah yang merencanakan pembunuhan July dengan cara menghantamkan alat transportasi besi itu pada tubuh July. Atau dengan kata lain, ayah Louis menabrak July dengan sengaja.

"Oh kau sudah menemukan yang baru rupanya, kurasa aku tahu kau masih menyukai tipe gadis innocent seperti-"

Jared. Pantas bila Louis menganggap cowok licik yang satu ini berbahaya, sebab dirinya dan Jared yang saat itu bersahabat sama-sama mencintai July. Jared yang malang itupun yang memberikan informasi dimana keberadaan July pada ayah Louis, tujuannya hanya satu; jika dirinya tak bisa bersama dengan July maka begitu pula dengan Louis.

"Saat pertama kali bertemu denganmu, aku merasa..ada seseorang yang peduli padaku. Aku merasa ada orang yang memercayaiku. Aku ingin jadi lebih baik, Fillain."

It was the biggest bullshit! Teriak batin Fillain. Mungkinkah Fillain hanya sebuah pelarian karena dirinya merupakan adik kandung July? Mungkinkah semuanya hanya omong kosong? Karena sesungguhnya Louis hanya melihat sosok July pada diri Fillain.. Atau Louis hanya ingin menebus rasa bersalahnya?

Fillain menjerit sekencang-kencangnya, membiarkan semua sesak di dadanya keluar bersama suara rintihan dan air mata yang mulai mengalir. Fillain merasakan dunianya kini hancur berantakan. Louis orang yang ia kira dapat menjadi tempat untuknya berbagi, laki-laki dengan sorot mata tak terbaca dan masa lalu kelam ternyata perlahan merusak dunianya.

Fillain meronta sejadi-jadinya, mentalnya tak sanggup menerima begitu banyak kenyataan yang menyakitkan. Kenyataan Louis hanya memanfaatkan dirinya semata, kenyataan dimana Louis pernah menjadi kekasih kakaknya, kenyataan Louis berusaha mengubur rahasia kematian July ditangan ayahnya.

Entah sudah berapa lama ia terduduk dan menangis, amata Fillain begitu deras mengalir. Fillain tenggelam dalam rasa sakit dan kekecewaan mendalam dihatinya. Tanpa ia sadari, Louis sudah memenangkan pertarungan adu jotos dan mengusir Jared dari sana.

Cowok itu berlutut, berusaha mengalihkan perhatian Fillain padanya. Namun apa yang ia dapat.

"Brengsek!! Menjauh dariku kau bajingan! Aku tak ingin melihatmu disini!"

Sebuah tamparan keras Fillain layangkan pada sebelah pipi Louis yang sudah lebam. Louis meringis, bukan karena rasa sakit di pipinya namun di hatinya.

"Fillain, aku dapat-"

"Pergi dari sini, kau bajingan! Aku tak mau mendengar penjelasanmu!" Teriak Fillain tepat di wajah Louis, ia menangkupkan kedua tanganya di telinga sambil terus menangis tersedu-sedu.

"Filla kumohon tenangkan dirimu.." Louis berusaha menarik gadis itu kedalam pelukannya, tapi Fillain meronta. Ia menggunakan kedua tangannya untuk memukul dada Louis berkali-laki, ia menendangkan kakinya yang lemas.

Fillain terus seperti itu, menjerit dan menangis pilu...seperti sudah kehilangan akal sehatnya.








+++

So insecure about this chapter:(
Ketebak gak sih jalan cerita gue? Atau malah gaya bahasa gue berantakan jadi kalian pada ngga nangkep point di setiap chapternya? aAAAAaaaAAAaA:'(

Mau jelek atau ga jelas tetep vomments ya beb:(
Kalo ada yg bingung atau ga nyambubg langsung komen aja ya:')

Anw trimakasih banyak untuk 4k readers dan 1.28k votesnya dan 500+comments, gue ngga nyangka hueheue:'))))
Tinggal satu chapter lagi..... :'))))

-nin loves y'all

Shadow - Louis T.Where stories live. Discover now