4.0 : Explanation

3.2K 422 22
                                    

December, 23th 2016

Louis mengusap wajahnya dengan kasar, ia mendesah keras lalu meraih botol vodka-nya. Seiring dengan cairan hangat yang mengaliri kerongkongannya, membuat tubuhnya semakin rileks dan perlahan melupakan semua masalahnya.

Satu tahun. Satu tahun lamanya Louis berusaha melupakan Fillain. Melupakan bidadari dari mimpi buruknya. Gadis yang hanya satu bulan bersamanya namun mampu menyita waktunya pada setahun terakhir ini.

Sejak bulan Juli tahun lalu, Louis tak pernah lagi menemui Fillain. Ia memberi ruang bagi Fillain, untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi, bahwa Louis tidak berniat menjadikan dirinya sebagai pelampiasan. Karena satu hal yang Fillain perlu ketahui, Louis sungguh-sungguh mencintainya.

Namun hal itu tak lantas membuat Louis dengan mudah datang kembali untuk meyakinkan Fillain. Dan sulit dipungkiri, Louis sendiri butuh waktu untuk menata hidupnya.

Bukan, dia tidak menata hidupnya seperti apa yang dia janjikan pada dirinya sendiri. Louis berusaha menghancurkan dirinya sendiri, lihat sekarang.

"Mau sampai kapan kau terus mabuk seperti ini? Ada masalah lagi, huh?" Shen, si bartender berkepala plontos, menepuk pundak Louis yang sudah meluruh di meja bar.

"Brengsek, tutup mulutmu! Berikan aku sebotol lagi, Shen." Seru Louis dengan pandangan yang sudah mengabur, ia mengusap kedua matanya yang terasa pedih.

"Astaga, yang benar saja! Kau sudah menghabiskan tiga botol vodka, Lou!"

Memutar bola matanya tak peduli, Louis menggeram tertahan,
"Bisakah kau menutup mulutmu dan memberi apa yang aku mau?"

Shen hanya bisa mengangkat tanganya ke udara, tanda ia akan menuruti kemauan Louis. Bagaimanapun juga, Louis bukan orang baru di bar ini. Dan Shen tahu betul jika cowok yang satu ini sudah marah, seisi bar akan dibuatnya babak belur. Setidaknya Shen pernah menyaksikan sendiri kebrutalan Louis, jika ia tidak mendapat apa yang ia inginkan.

"Hai Louis, lama tidak berjumpa.." Seseorang dengan suara yang sengaja dibuat manja, mengalungkan tangannya pada leher Louis.

Louis sempat mengernyit menyadari seseorang kini bergelayut di depan tubuhnya.
"Oh hai, tunggu siapa namamu?" Tanya Louis dengan suara paraunya.

"Hetrice. Ouch kau tidak mengingatku, bukan?"

Hetrice, memajukan tubuhnya kearah Louis, dengan wajah yang terlihat seperti sakit hati.

"Whoa, tenang sayang. Maafkan aku, okay? Fuck, jangan menggigit bibir bawahmu seperti itu. You're so hot."

Merasa bangga dengan apa yang dikatakan oleh Louis, Hetrice tersenyum menyeringai, lipstick merah menyala di bibirnya menambah kesan buruk pada penampilannya kali ini. Oh, kurasa dia memang buruk.

"Thanks, sepanas apa yang kau inginkan Louis?" Sebelah tangan Hetrice kini beralih pada dada Louis. Entah apa yang dilakukan wanita itu. Yang jelas, Louis terlihat sangat tidak nyaman.

"Mm-hmm, aku ingin kau melakukan sesuatu." Louis berusaha menjernihkan pikirannya. Tiga botol vodka benar-benar membuatnya seperti orang tidak waras.

"Hmm...apa yang kau inginkan?" Ia merapatkan tubuhnya pada tubuh Louis-yang saat itu masih duduk manis ditempatnya.

"Apa kau akan melakukannya untukku, Hetrice?"

"Apapun untukmu, babe." Hetrice menyelipkan jari-jarinya diantara rambut Louis, dan dengan lancang meremasnya perlahan.

"Bagus.. Aku ingin kau untuk,"

Shadow - Louis T.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang