9. Demi Sepatu

53 7 1
                                    

"Cahaya itu selalu berusaha masuk. Dia tak peduli segelap apa di dalam, yang penting inginnya bisa dilaksanakan."

Altair
___________________



Seumur hidup, Alta tak pernah menerima luka secara sengaja. Apalagi ditinju sebegitu kerasnya. Ia tak menyangka, jika niatnya sedikit bercanda pada Bintang malah berujung karma dadakan.

"Karma dibayar tunai, Al, " ucap Bintang sembari mengoleskan salep ke pipi lebam Alta. Untuk kedua kalinya, Bintang mengobati lukanya.

Ia tak menyangka jika tiba-tiba Alta dihajar sampai jatuh ke lantai saking kerasnya pukulan. Beruntung, meski cukup keras, tulangnya tidak sampai cedera parah dan luka yang timbul hanya berupa lebam dan bengkak yang sepertinya tak akan sampai parah karena langsung diobati. Karena rumah sakit cukup jauh, dan Alta pun menolak pergi, Bintang hanya bisa menyuruh pelaku yang menghajar Alta untuk membeli obat di apotek dekat Mall.

Bintang membereskan peralatan untuk mengobati karena telah selesai. Lalu, gadis bermanik coklat gelap itu berdiri seraya bersedekap di hadapan Alta dan pelaku yang menghajarnya.

"Aku mau sidang kalian karena gara-gara satu tonjokan, kita jadi pusat perhatian."

"Pertama, kamu sebagai pelaku, Riko. Kenapa tiba-tiba nonjok Alta?"

Alta mengeraskan rahang kala mengetahui siapa yang sudah berani menghajarnya secara tiba-tiba. Baru disebut namanya saja, ia sudah bisa menebak kenapa laki-laki yang Bintang sebut sebagai siswa emas itu melakukan hal tersebut.

"Suka itu bilang, bukannya hajar orang." Alta menyindir Riko dengan sinis.

Meski tuduhannya benar, tapi Riko pura-pura tak mendengar dan beralih menatap Bintang yang masih terlihat menuntut penjelasan.

"Kamu tadi didorong sama dia, 'kan sampe jatuh?"

Baik Bintang maupun Alta mengernyit karena Riko salah menyimpulkan situasi yang dilihatnya tadi. Alta kira ia mendapat karma dadakan, ternyata hanya jadi korban salah paham. Niat hati hanya beli sepatu, malah banyak kejadian tak terduga ia alami.

"Malu bertanya, sesat di jalan! Ternyata, murid emas yang lo banggain ini cuma pinter di pelajaran doang, tapi minus ngendaliin emosi," jelas Alta pada Bintang dan berhasil membuat Riko jadi tersulut.

"Eh! Sebelum lo ngatain orang, ngaca dulu! Lo selalu ngomong dingin sama siapapun yang ngajak lo interaksi!"

Dalam diam, Alta tak menyangkal hal itu. Ia sendiri pun sadar telah menjadi Alta yang berbeda. Dan perubahan itu dimulai sejak gelapnya penglihatan Alta. Kejadian kelam itu selalu menjadi penyebab atas berubahnya setiap sisi dalam dirinya. Semacam butterfly effect yang merubah hampir seluruh sendi kehidupan laki-laki itu.

Tapi, sikap dinginnya memiliki alasan lain. Ia hanya tak mau menjadi beban, tak mau menjadi parasit, dan sekali lagi dia tak mau berhutang apapun terutama budi. Ia kira dengan bersikap seperti itu orang tak akan mau mendekatinya dan ia bisa tenang sendirian tanpa menyulitkan orang. Tapi hari ini, ia jadi tahu jika anggapannya tak akan selalu bisa diterima setiap orang.

Semacam kita ingin bernapas saja masih akan ada yang tidak suka atau masih saja akan ada yang mengomentari dan mengusik. Mungkin ini jadi pelajaran pertama tentang dunia yang Alta pahami.

"Dari awal, gue cuma diem. Berusaha nggak ngusik siapapun. Justru di sini, gue yang selalu diusik!" Sangat dingin dan menusuk. Sampai Bintang terlihat mengendurkan tangannya yang bersedekap karena merasa tertohok oleh ucapan Alta.

Apa laki-laki itu benar-benar terganggu dengan kehadirannya? Tapi Bintang pikir ia tak melakukan kesalahan karena niatnya bukan mengganggu, ia tulus ingin berteman dengan Alta terlebih lelaki itu satu bangku dengannya.

Light In My Heart | HEESEUNGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang