Dua Puluh Empat

8 4 0
                                    

Musik mengalun dengan syahdu di dalam ballroom bersamaan dengan seluruh tamu undangan yang sedang mengobrol, obrolan nya tidak jauh dari seputar bisnis. Maureen menyambut seluruh tamu undangan yang hadir, matanya tak henti mencari-cari seseorang yang sangat di tunggunya tetapi masih belum datang di barengi dengan ucapan "terima kasih" yang tidak berhenti keluar dari mulutnya kepada siapapun yang hadir.

Kemudian tatapannya berhenti saat Ken datang sambil merangkul pinggang seorang perempuan dengan pakaian yang serasi, saat itu juga membuat perasaannya tak karuan.

Ken berjalan dengan percaya diri, dan perempuan di sampingnya yang berjalan menunduk malu-malu.

"Angkat wajahmu Gelya, tidak perlu malu. Kamu bersama dengan Kenneth Wijaya" bisik Ken di telinganya.

Gelya menghela nafas dan mengangkat wajahnya, saat itu pula pandangannya beradu dengan sepasang mata milik Maureen yang memandanginya tajam dan berjalan ke arah mereka.

"Hai Ken, kamu baru datang?" Sapa Maureen yang hanya melihat Ken dengan tidak menghiraukan Gelya di hadapannya.

"mmh- maaf aku sedikit terlambat karena tadi calon istriku mendadak pusing." sambil terus menempelkan lengannya pada pinggang Gelya.

Maureen pun menatap Gelya dari atas kepala hingga kaki "Oh ya? tapi calon istrimu terlihat segar dan sudah tampak sehat sepertinya!"

"Ya, dia selalu tampak segar dan cantik seperti yang kamu lihat." Ken tersenyum tapi Maureen seperti tidak tampak senang mendengar pujian Ken pada Gelya.

"Baiklah, terima kasih Ken sudah datang. Selamat menikmati pestanya." Maureen tampak ketus dan pergi dari sana.

"Wah- Wah- Kenneth Wijaya, akhirnya aku bertemu dengamu!" Sapa seseorang disana menyalami Ken dan memandangi Gelya.

"Halo, apa kabar bro!" Ken antusias membalas salam dan memeluk rekan bisnis sekaligus sahabatnya itu.

"Sepertinya, lama tidak melihatmu dan sekarang- kamu sudah memiliki pujaan hati yang baru?"

Ken tersenyum dengan bangganya "Ya, dia calon istriku!" tak melepas rangkulannya di pinggang Gelya yang membuat Gelya tersipu.

Ken berjalan menuju meja yang sudah di siapkan untuknya, kemudian berpapasan dengan Laura yang sedang meminum alkohol, Laura mendengus "Kenneth"

Ken menghela nafas "Kontrol dirimu, Laura! Jangan terlalu banyak minum, jangan sampai mabuk!"

Laura memutar bola matanya "Berhenti memerintahku Ken!" lalu matanya beralih memandangi Gelya dari atas kepala hingga kaki seperti yang di lakukan Maureen, kemudian mendekatkan wajahnya pada telinga Ken "Kamu benar-benar mengenalkannya pada seluruh rekan bisnis kita?"

Ken mendelik "Sepertinya kamu tidak akan bisa menyelesaikan pesta malam ini, Laura! Kamu terlalu mabuk! Pulanglah, sebelum kamu mempermalukan dirimu sendiri!"

Laura mendengus kesal tidak menghiraukan ucapan Ken dan pergi dari sana.

Gelya dari tadi terdiam, Ken memandanginya mengusap lembut punggungnya "Tidak perlu terlalu di pikirkan jika kamu mendengar kata-kata dari orang seperti Laura!" katanya pelan.

Gelya tersenyum dan mengangguk, Gelya sedikit gugup karena ini pertama kalinya dia datang ke acara seperti ini. Baginya seperti melihat orang-orang hebat sedang berkumpul di suatu tempat, dia hanya berpikir apa mungkin dia akan merasakan pesta seperti ini jika tidak pergi dari rumahnya? Mata Gelya berkeliling hingga tak sadar matanya bertemu dengan mata teduh yang sedang menatapnya. Hartawan, papanya sendiri.

Mata itupun di tangkap oleh Ken, Ken mengajak Gelya berdiri untuk menghampiri Hartawan. Awalnya Gelya enggan, namun Ken berhasil membujuknya.

"Selamat Malam, Tuan Hartawan" Sapa Ken menyodorkan lengannya, dengan lengan yang sebelahnya tetap melingkar di pinggang Gelya.

My Freak LoveWhere stories live. Discover now