|21| Suara Asing

8 2 0
                                    

Halo semuanya 👋

Kembali lagi, nih. Sudah siap baca?

Yok bisa yok, jangan lupa vote, komennya ya biar aku senang dan rajin Update lho

Oke deh

Selamat Membaca

Selamat Membaca

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Chapter XXI

| Suara Asing |

◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇ ◆ ◇




Di dalam ruangan dengan pencahayaan kian remang, empat siswa tengah terdiam menunggu kabar dari teman mereka yang keluar. Satunya masih mengutak-atik handphone guna menghubungi siapapun. Sementara itu, tiga lainnya mulai membahas kepergian Sadam dan menerka apa yang akan terjadi.

"Aku gak yakin Sadam bisa cari jalan keluar. Entah-entah sekarang dia sudah diganggu sama hantu di sini," kata Satria lemas. Lelaki itu mengembuskan napas secara gusar. Kepalanya tertunduk, sedang mata terlihat sendu.

Tiba-tiba suara tokek bergema di ruangan itu. Hal ini tentu mengundang atensi Ian yang dari tadi lemah letih lesu. Seketika tubuh lelaki itu fit dan segar. Dengan mata melotot memperhatikan teman-temannya, Ian bersuara.

"Suara tokek! Be-berarti bener kata Satria. Sadam dalam bahaya!"

"Aisssh, jangan bikin takut deh, Ian! Mana ada gitu-gituan. Jangan ngomong asal! Bisa jadi ada suara tokek di sini," sahut Tedy kesal membalas ucapan Ian.

Sungguh Tedy sangat muak. Lelaki itu mengukir raut kesal bercampur takut. Bahkan decakan demi decakan terlontar dari mulut, seakan menunjukkan rasa gelisah. Sesekali ia menggaruk kepala sembari melihat handphone.

Davin ikut mengangguk kecil meski terdiam seribu bahasa. Namun, Ian malah memberi tatapan malas. Tak lama Ia meraih buku kecil usang yang tersimpan di saku celana. Lantas tuan berkacamata ini segera membuka halaman demi halaman.

"Ini ya, aku tuh baca dari buku ini. Buku peninggalan mendiang eyang aku. Ini betul, tau!"

Ian menunjukkan halaman yang membahas tentang suara tokek. Tedy menepuk jidat, Davin menghela napas, dan Satria menggeleng kecil. Langsung saja Davin ikut nimbrung ketika tau Tedy hendak mengumpat ataupun melayangkan protes.

"Udah, udah! Jangan berantam! Sekarang kita harus kerja sama. Gimana caranya kita bisa bebas di sini. Percuma kita berantam gak ada gunanya!" kata Davin menatap lelah mereka berdua.

"Dan, Ian. Mungkin yang Tedy bilang benar. Bisa aja ada tokek di sini, apalagi gedung ini lama gak dipakai. Mending berpikir positif aja," sambung Davin menambahi.

"Ya, yang Davin bilang benar. Kita positif thinking aja, pikirin gimana caranya bisa keluar." Satria ikut nimbrung.

"Ck, aku cuma ngasih tau aja, bukan bermaksud buruk!" gerutu Ian bosan akan reaksi mereka. Ia menggerutu kecil seraya berbalik, berjalan menuju tempatnya semula.

SIURUPANWhere stories live. Discover now