XIII

7 1 1
                                    

I think I love you
But it must be so, cause I miss you
Without you,
I cannot do anything,
And you are always on my mind,
So seeing this, it must be,
I was unaware,
But now I can see that
Your presence have delved deeply into my heart.

Biru menatap dirinya sekali lagi didepan cermin, mengatur nafas sambil menenangkan pikirannya yang berisik.

Ia masih tidak percaya ia sudah sejauh ini, meski saat remaja Biru memang belum pernah memikirkan akan seperti apa kisah cinta dan kehidupannya kelak. Tapi beberapa kejadian belakang ini membuat Biru perlahan percaya bahwa Tuhan tidak menghadirkan seseorang dalam hidup tanpa peran atau tujuan, dan Senja mungkin salah satu bagian dari skenario hidup nya.

*Drrttt drrttt*

Biru tersenyum cerah begitu melihat nama yang tertera pada layar ponsel nya.

"Halo sayang"

"Biru..."

"Hei, kenapa? Kok suaranya lesu? Kamu sakit?"

"Iya, aku sakit Biru. Rasanya sakit banget..."

Biru tau maksud kalimat yang diucapkan kekasihnya itu, ia juga sangat paham dengan sakit hati nya Kei. Tetapi tak ada yang bisa Biru lakukan, hidupnya ke depan bergantung pada perjodohan ini.

Pria itu memejamkan mata nya sebelum melanjutkan pembicaraan.

"Kei sayang...aku minta maaf"

"Tapi dengarkan aku baik-baik, setelah kontrak ini berakhir aku janji gak bakal biarin kamu meneteskan airmata sedikitpun. Aku akan bikin kamu jadi wanita paling bahagia di dunia"

Wanita disebrang telepon terdiam, namun dari deru nafas nya Biru bisa menebak kalau wanita nya sedang menangis.

"Kei? Kamu masih disitu?"

Kei mengangguk meski ia tau Biru tidak melihatnya.

"Besok pagi-pagi sekali aku ke apartemen kamu ya"

Marlo berjalan menjauh setelah sadar beberapa pelayan mulai memperhatikannya. Sambil berjalan tempat yang agak sepi Marlo mencoba mencari kemungkinan logis dari suara yang baru saja ia dengar dari kamar Biru.

"Engga, gak mungkin..."

"Gue tau dia emang playboy, tapi gak mungkin kan dia pacaran sama Kei..."

"Itu pasti Kei yang lain, itu bukan–"

"Marlo? Kamu kenapa disini sendirian?"

Marlo menoleh ke arah seseorang yang entah sejak kapan berdiri dibelakang nya.

"Billa? Eh...saya...itu tadi mau minjem korek buat nyalain rokok"

"Halo om Marlo!"

"Hai..."

"Saya permisi dulu"

Not FineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang