SEPERTI mendapat keberuntungan bertubi-tubi walau cuma 1, Yibo berhasil meyakinkan Zhan untuk menikah dengannya. Dia meminang remaja 18 tahun itu di hari Senin yang gemilang oleh hiasan senja. Melamar di tepi danau dengan sebuket bunga serta cincin permata merah, Zhan menangis bahagia lalu berpelukan dengan sang terkasih. Saling kenal secara tidak sengaja di tepi danau yang sama, mereka langsung akrab dan bertukar nomor telepon. Yibo lantas merayu penuh humor sepanjang waktu, dia tulus mencintai remaja mungil yang cantik itu.
"Kita akan menikah 3 hari lagi. Sebelumnya, biar Mas kenalin Adek dengan orang tua dan saudara-saudara Mas, ya."
Dengan pipi merona karena tersipu, Zhan mengangguk lalu membalas genggaman halus tangan Yibo.
"Jangan terlalu gemesin tingkahnya besok di rumah Mas, Dek."
"Kok gitu?" Zhan bertanya kebingungan, bibir mengerucut lucu.
"Karena ini nih!" Yibo mencubit main-main bibir yang lebih muda, "Adek lucu, cantik dan gemesin. Mas takut saudara-saudara atau keluarga Mas yang main malah jatuh cinta sama Adek. Kan repot."
Zhan tertawa terpingkal-pingkal, "aaaa mana mungkin? Dilamar sama Mas Yibo aja aku udah bersyukur dan beruntung banget. Nggak selalu orang jelek kayak aku ada yang naksir, loh."
Mendengar ucapan kekasihnya, Yibo melotot keberatan. "Siapa bilang Adek jelek? Kamu manusia tercantik melebihi wanita-wanita dan submisif di luar sana. Adek ini sempurnaaaa banget, super super super sempurna buat Mas. Makanya Mas sendiri ngerasa takut ada yang rebut Adek kalau sampai telat dilamar."
YOU ARE READING
CINCIN SANG PENGANTIN
HorrorPernikahan Yibo dan Zhan diselenggarakan, tapi ada yang aneh selama pesta berlangsung. Isterinya tidak pernah berkedip sekalipun! "Apa mungkin isteri lo bukan manusia, Yibo?" "Jangan konyol. Ucapan lo terlalu aneh ditujukan untuk teman sendiri." "Ta...