shut the fuck up

21.6K 900 7
                                    

~stay classy, sassy, and a bit bad a$$y

Gianna melangkah cepat, dengan tangan yang meremas kuat kertas skorsing sialan itu. "Cih, merokok sialan, maaf sialan, ruang Seni lukis Sialan," umpat Gianna seiring kakinya melangkah.

Gianna menelusuri Koridor dengan langkah cepatnya, perhatian kini tertuju padanya, berita Gianna di dkors tersebar dengan cepat.

Gianna tersenyum senang, ketika di depan sana ia melihat Rebecca yang tengah tertawa puas.

Rebecca yang melihat kedatangan Giannapun merasa tertantang, ia tersenyum angkuh pada Gianna yang sudah berhadapan dengan dirinya.

Gianna mengangkat kertas skorsingnya. "Lihat nih gue dapet apa gara gara lo," ucap Gianna sambil tersenyum ramah.

"Cih, lo dapet skorsing kan? Ya itu yang gue mau," ucap Rebecca dengan senyum miringnya bak Nenek lampir.

Rebecca mendekatkan diri pada telinga Gianna. "Gue aja yang dari dulu kenal sama Kendrix, susah banget buat deket sama dia, tiba tiba lo dateng, yang jelas jelas gue lihat dengan mata kepala gue sendiri sedeket apa lo sama Kendrix dan pas di kelas lo berani beraninya bilang kalau lo enggak nganggap Kendrix, lo ngejek gue kan? Lo bahkan remehin kedekatan lo sama Kendrix, hal yang gue inginkan dari dulu Gianna," lirih Rebecca.

Gianna terdiam mendengar itu, ternyata gara-gara perkataannya yang mengatakan bahwa ia tak menganggap Kendrix? Seberpengaruh ini? Dasar cewe gila.

Rebecca kembali berbisik. "Gue benci orang yang deket sama Kendrix, maka dari itu segala cara gue lakuin buat jatuhin orang itu," ucap Rebecca dengan senyumnya.

"Lo bener bener Gila Rebecca," desis Gianna.

"Dor! Kena lo! Kena skors kan? HAHAHAH—ARKH ANJING RAMBUT GUE!" heboh Rebecca ketika rambutnya dengan cepat dijambak oleh Gianna. Ah, Gianna sudah muak.

Gianna melepar kertas itu ke lantai agar memudahkan tanggannya menjambak rambut Gianna dan menahan tangan perempuan itu untuk membalas.

Kepala Rebecca menghadap ke atas, menahan sakit pada akar rambutnya.

"Gapapa gue gak dateng sekolah gara-gara diskors, tapi setidaknya lo juga gak bisa dateng gara-gara pengobatan kepala yang cedera gara-gara jambakan gue," ucap Gianna tajam.

Ia dengan gesit menambah tarikkannya sampai terlihat air mata keluar dari ujung mata rebecca. "Lo bangsat Gianna!" lirih Rebecca menahan sakit.

"Lo biadab Rebecca," balas Gianna penuh tekanan.

Diam diam Rebecca mengeluarkan pisau lipat kecil yang berada di sakunya, dengan cepat Rebecca ingin mengancam Gianna dengan pisau itu.

"LO APA APAAN HAH?!" kaget Gianna ketika melihat pisau itu, tapi karena terlalu kaget ia tak sadar menjauhkan tangan Rebecca yang melayang layangkan pisau itu keudara, Rebecca terlalu kalut hingga tak sadar mengenai pisau itu pada lengan Gianna.

"ANJING AWSS LO GILA HAH!" Gianna melepaskan jambakannya pada rambut Rebecca, ia melihat lengan atas tangan kirinya penuh dengan darah yang mengalir deras.

Gianna menahan sakit sembari menahan darah yang terus keluar.

Rebecca mundur ketakutan dengan rambut yang berantakan, ia tak bermaksud melukai, ia hanya ingin mengancam. Tapi dilihat lihat, raut kesakitan Gianna membuat dirinya merasa senang. Ya, raut itu yang Rebecca inginkan, perlahan ketakutan tadi menjadi kesenangan bagi Rebecca, ia bahkan tertawa bak Psikopat.

"HAHAHAHAHAH MAMPUS LO, MATI AJA SEKALIAN!" teriak Rebecca penuh dendam.

Gianna melihat takut ke arah Rebecca, ia ketakutan melihat perempuan itu, langkahnya beringsut mundur dengan tubuh menahan perih yang sangat menyakitkan. Gianna menatap Rebecca. "Hah ketawa aja lo kaya setan, yang penting setelah ini lo dapet skors juga, kalau lo gak dapet skors, gue bakal bales, sebanyak darah yang tubuh gue keluarkan hari ini," desis Gianna.

Beautiful Tattoo (COMPLETED) + (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang