Kendrix POV (Bagian 2)

18.6K 580 39
                                    

Dengerin lagunya sembari membaca, aku baru nemu lagu yang cocok dengan part ini.

Cinta itu, adalah perjuangan terbaik dalam hal menyayangi seseorang

***

Setahun Kemudian, setelah dua tahun lamanya.

Sudah tiga tahun, Tiga tahun lamanya aku berada di kota asing ini.

Kini, Malam menyambut Kota Melbourne terasa cepat bagiku, akupun segera bersiap siap untuk pergi ke suatu tempat, memakai Hoodie tebal dibalut dengan blazer tebal juga, selama di sini, aku sebisa mungkin menjaga tubuh agar tetap hangat, di sini, tak ada yang bisa merawatku dengan baik.

Aku membuka payung yang aku bawa di perjalanan ketika hujan semakin deras, langkahku membawaku ke sebuah Pemakaman umum dekat rumah, Pemakaman yang kerap aku kunjungi saat aku merasa kesepian di Melbourne yang selalu ramai ini.

Aku terus berjalan melewati makam makam di sekelilingku, menghiraukan hujan yang membasahi tanah lalu mengotori sepatuku, hingga aku sampai di satu makam, makam yang selalu menjadi tujuanku, makam dengan batu nisan yang bertuliskan nama Rafella ..., makam dengan berbagai macam menerima segala sepiku.

Lama aku terdiam, menatap lama juga makam itu hingga suaraku saat berbicarapun terdengar pelan. "Mah...Gimana kabarnya? Baik?"

"Mah Ken kangen, Mah. Kenapa Mamah meninggalkan dengan cepat? Kenapa gak bisa hidup yang lama di Bumi? Kok tega ninggalin Ken yang masih butuh? Ken belum sukses Mah, Ken masih mau disayang, Ken masih mau ada Mamah di hari harinya Ken, di Melbourne, gak akan pernah indah kalau Mamah engga ada...."  Menghela nafas yang hanya bisa aku lakukan, kata-kata itu yang selalu keluar saat aku mengunjungi Makam Ibu, selalu kata-kata tak rela ketimbang kata kata ikhlas. Karna sejujurnya, kematiannya bukan satu hal yang bisa aku relakan.

Aku mengeratkan genggaman pada payung, menyalurkna rasa yang enggan aku perlihatkan. "Kata Mamah dulu, Melbourne adalah kota yang menjadi impian Mamah untuk menghabiskan masa yang tersisa kan? Iya sih Mah, masa Mamah habis di sini, tapi engga yang lama. Melbourne telah jadi tempat terakhir Mamah, nanti apa akan jadi tempat terakhir Ken juga? Tapi Ken gak mau Mah, merasa sendiri yang lama di sini," ucapku.

Sekarang, aku sendirian, satu perempuan yang selalu ku bahagiakan telah pergi meninggalkan, aku tak lupa bagaiaman saat saat hari pemakaman aku bagaikan seorang yang brengsek, ingin ibuku hidup lagi, karna hanya dia penguat saat aku merasa rapuh karna telah meninggalkan seseorang.

Meninggalkan bukan perihal pergi saja, tapi perihal merelakan banyak rasa yang akan hancur dan melebur dengan sia-sia, saat meninggalkan, sayangnya harus merelakan yang meninggalkan juga.

Kini aku sendiri, Ayah entah kemana, Ibu telah berpulang, yang ku butuhkan entah masih mengingat atau tidak.

Sudah lama berlalu, aku menyadari bahwa yang selalu ku ingat bukan perihal keluarga lagi, karna aku sudah tak punya mereka, yang aku ingat hanya Giannaku, bagaimana saat aku menangis karna merindukan Ibuku sendirian, aku teringat Giannaku, karna hanya Gianna yang masih hidup sekaligus ku anggap dan yang cintanya masih bisa ku beri, aku berharap bisa ada di sampingnya, memeluknya dan menangis dihadapnnya, mengadu padanya bahwa Duniaku sekarang cukup berat, aku bahkah hampir menyerah, tapi aku selalu merindukannya setiap hari, itu yang membuatku bertahan. Mencintainya, membuatku kuat.

Aku tak banyak berbicara lagi, bibirku terasa kelu, hatiku terasa sakit, hanya air mataku yang bisa menjelaskan, turun membawa kesedihanku.

Manangisku bukan hanya perihal merindukan Ibu, tapi perihal merindukan Gianna juga, aku selalu berdoa agar Gianna bahagia, tapi aku disini tak pernah bahagia, aku selalu berharap Gianna tak melupakan, tapi aku sadar diri aku terlalu percuma untuk dikenang.

Beautiful Tattoo (COMPLETED) + (REVISI)Where stories live. Discover now