#23.3 | Layang-layang & Kantong Semar

6 4 0
                                    

🌜Layang-layang & Kantong Semar🌛

Ladang belukar liar melumat lahap layang-layang Yusrono–Yusrono Katampung. Anak Mentaya berkaki setengah pincang, berperut penuh rongga dengan dada kurus kering kerontang. Berlari terbata-bata memapah tumit berkeringat karbit. Selembar demi selembar, selawar robek semakin lebar.

Duri daun nanas mengiris betis menjadi sulur, seraya melompat sambil mengumpat, gambut tak berpetak menelantarkan pijak. Yusrono menggelinding berdebur tercebur di parit jingkrak. Kantong Semar dan kelakai tertawa bersungut-sungut. Biji karet tempurung baja dan kepompong tua juga tengah menanti senja.

Yusrono kian bangkit menantang balada, seutas benang pun tampak di atas kepala, "benang paling unggul ya memang tcap kobra!". Ekor layang-layang gemulai melambai tuan sebaya, gedobang sangar melirik setia, menunggu anak Mentaya yang penuh gigih percaya.

Catatan kaki
Mentaya Julukan kota Sampit, nama sungai di kota Sampit, dan dengan konteks  nama Gang penulis, Gang Mentaya Permai.
Selawar, Celana
Kelakai, Pakis tanah, kelakai adalah tumbuhan paku, khas Kalimantan.
Gedobang, Besar, istilah anak-anak Sampit tahun 2000-an untuk sesuatu yang besar, kata Gedobang biasanya lebih kepada penyebutan layang-layang besar

Berlabuh di Laguna Kosmik - Proses TerbitWhere stories live. Discover now