Chapter 1. Hanson Bar

72 14 7
                                    

Di sebuah manor besar, di salah satu ruangan kamar tidur.

Diatas kasur, Alfonso membuka mulutnya untuk membiarkan sebuah rangkaian buah anggur bulat menyentuh lidahnya yang disuapi oleh seorang wanita cantik yang duduk di sebelah kanannya.

Perut gendutnya bergoyang-goyang saat ia memproses buah anggur yang ada di dalam mulutnya. Wanita cantik disebelahnya tetap diam tanpa suara dan fokus menyuapi Alfonso dengan buah anggur di tangannya.

Alfonso melirik wanita disebelahnya tepatnya pada bagian bokongnya. Dia mengulurkan tangannya yang dipenuhi perhiasan ke arah milik wanita itu dan mencengkeramnya dengan erat!

"...."

Wanita itu hanya diam saat Alfonso menyentuhnya.

Melihat tidak ada reaksi lebih yang ditimbulkan dari tindakannya, Alfonso menyeringai dan melanjutkan aksinya lebih jauh lagi.

Dia bangun dari tidurnya dan duduk bersebelahan dengan wanita itu. Nafsu birahi memenuhi dirinya saat tangannya yang gemuk dan penuh perhiasan terulur ke tempat payudara wanita itu terletak.

Seringainya semakin lebar saat dia merasa sudah menyentuh tonjolan bulat itu, tangannya mengelus-elus dada wanita itu dan akhirnya meremasnya.

Tapi anehnya kali ini tidak ada reaksi yang terjadi sama sekali. Saat itulah dia menyadari saat dia meremas tonjolan bulat itu yang seharusnya sebuah payudara dengan keras membuat volume dada tersebut menjadi lebih kecil seolah-olah itu kempis?

Alfonso dengan bingung menatap wanita itu.

"Hah...?"

Wajah wanita itu tertutup poni rambut yang agak panjang membuat matanya hampir tidak kelihatan, tapi tidak perlu untuk melihat matanya untuk mengetahui ekspresi wajah seperti apa yang dibuat oleh wanita itu.

Sudut-sudut mulutnya terangkat, menampilkan gigi putih yang sehat dan menawan, tapi itu bukan sebuah senyuman tapi seringai.

Alfonso berkeringat dingin.

Karena itu adalah sebuah seringai sadis yang bisa membuat bulu kuduknya berdiri.

"A-Apa? Ada apa denganmu?!" Perasaan horor yang aneh menyelimutinya saat wanita itu berjalan untuk meletakan buah anggur ke atas nampan di meja.

Lalu berbalik kearahnya kembali hanya untuk saling berhadapan.

Poni diangkat saat mata berwarna emas yang seakan-akan menyala di ruang remang- remang tersebut, menatapnya dengan pupil vertikal yang aneh.

Seringai sadis masih dengan setia menghiasi wajahnya saat wanita itu mulai berhitung mundur.

"Tiga... dua... satu."

—Klik!

Saat sampai pada hitungan terakhir wanita itu menjentikkan jarinya, lalu tiba-tiba tubuh Alfonso gemetar dan akhirnya jatuh ke kasur.

Mulutnya mengeluarkan busa berwarna putih dengan cairan berwarna biru aneh yang mengalir di ujung mulutnya.

Wanita itu menghampiri tubuh Alfonso yang roboh. Mendekatinya lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh leher pria itu untuk mengecek tanda vital dari Alfonso.

Tidak ada reaksi, menandakan Alfonso telah mati. Dia berbalik dari mayat itu tampak acuh tak acuh, sepatu heelsnya berdetak berirama saat menyusuri lantai di ruangan itu.

Dia berjalan menuju balkon lalu membuka kunci jendela dan berjalan keluar. Kegelapan malam memasuki pandangannya yang kebetulan sangat kontras dengan gaunnya malam ini.

Gaun hitam miliknya melambai-lambai dengan indahnya saat angin menerpa tubuhnya yang halus sesekali.

Tanpa ragu-ragu dia melompat dari atas balkon ke bawah, lalu mendarat dengan sempurna di atas tanah yang berumput dengan menggunakan sepatu heelsnya.

Endless Enigma Where stories live. Discover now