Chapter 5. Firasatnya

18 0 0
                                    

Pada saat tengah malam, Weis pergi dari manor untuk menuju ke panti asuhan Rockfield. Dia berjalan-jalan dengan santai di jalanan yang telah lama sepi, Weis juga telah kembali ke penampilan lamanya saat ini.

Setiap langkah yang dia ambil pun tidak menimbulkan suara apapun saat dia berjalan di kegelapan malam di atas jalan setapak yang terbuat dari batu.

Saat ini dia berpikir dalam diam, 'Suasananya aneh, mengapa aku merasakan firasat buruk saat menuju ke tempat itu?'

Ini bukan pertama kalinya dia merasakan suatu firasat, biasanya saat ini terjadi sesuatu yang buruk akan benar-benar terjadi, karena itu Weis lumayan khawatir dengan kemunculan firasatnya ini.

Saat dia berjalan dengan santai dia melihat ada sepasang penjaga yang berpatroli dengan membawa lampu minyak, dia lalu mengambil tindakan dengan menghilangkan keberadaannya, salah satu penjaga itu awalnya melihatnya di bawah lampu jalan tapi setelah dia berkedip dia sudah menghilangkan keberadaannya, penjaga itu terkejut dan untuk memastikannya penjaga itu menggosok kedua matanya berkali-kali.

Rekannya yang berjalan disamping menatapnya dengan bingung, dan mau tidak mau bertanya.

"Apakah kau sudah mengantuk?" itu adalah pertanyaan yang wajar saat melihat tindakan rekannya yang mulai menggosok matanya di tengah malam.

Pertanyaan itu di katakan dengan seringai, karena itu penjaga yang melihat Weis secara sekilas sebelumnya agak kesal karena rekannya terlihat meremehkannya.

"Aku tidak mengantuk dasar sialan." Penjaga itu mengutuk rekannya, sepertinya agak kesal saat direndahkan.

Rekannya agak terkejut dan buru-buru menghapus seringainya, dia tidak menyangka jika candaan kecilnya akan dibalas dengan umpatan.

"Wow... tenanglah kawan, aku hanya mencoba mencairkan suasana disini." Dia berkata untuk menenangkan.

Penjaga itu menghiraukan perkataan rekannya dan malah tambah semakin kesal.

"Itu membuatku kesal, terutama seringai milikmu itu!" Dia berkata dengan marah.

Rekannya tidak tahu menahu kenapa temannya hari ini sangat pemarah. Karena itu dia berkata sekali lagi untuk meredakan amarahnya.

"Ya ampun jangan marah aku sungguh hanya bercanda, dan itu bukan sesuatu yang sensitif."

Penjaga itu cuek dan menatap lekat-lekat tempat dimana Weis berdiri tadi sebelum menghilang.

"Aku tadi melihat sesuatu." dia berkata kepada rekannya.

"Apa yang kau lihat?" Rekannya terlihat tertarik dan bertanya.

"Seseorang. Dia mengenakan pakaian serba hitam, lalu wajahnya ditutupi kain dengan warna yang sama." Katanya menjelaskan ciri-ciri penampilan Weis.

"Apakah kau serius?" Rekannya terlihat tidak percaya dengan apa yang dikatakannya karena itu dia jadi agak tidak sabaran, "Tentu saja!" dia berkata dengan keras.

"Lalu dimana orang itu?" Rekannya tidak terpengaruh, malahan terlihat semakin tidak mempercayainya.

Penjaga itu melihat itu dan mulai menunjuk ke arah depan. "Disana! Tepat di depan kita, di bawah lampu jalan itu!"

Rekannya mengalihkan pandangan ke arah yang ditunjukkan penjaga itu dan dengan datar dia berkata.

"Tapi aku tidak melihat siapapun?"

"Apakah kau bercanda? Orang itu tepat di depan kita tadi!" Penjaga itu terkejut dan mulai meragukan penglihatan rekannya.

Rekannya tahu dia sedang memikirkan sesuatu yang buruk tentangnya jadi dia mulai mengeluarkan pendapatnya.

Endless Enigma Where stories live. Discover now