Chapter 4. Lusha

28 6 2
                                    

Weis dapat merasakan kewaspadaan yang tinggi dari tatapan Lord Torin kepadanya, dia tidak terganggu karena itu justru memakluminya.

Walaupun dalam keadaan waspada, Lord yang satu ini menurutnya cukup mengesankan karena dia sama sekali tidak memperlihatkan emosinya ke permukaan, ekspresi wajahnya hanya dapat dilihat pada pertapa yang mencapai Ataraxia, yaitu kondisi ketika terbebas dari perasaan cemas dan takut.

Itulah kesan yang dimiliki Weis tentang Torin.

Sebaliknya Torin, di dalam batinnya dia dengan sekuat tenaga menjaga ekspresi wajahnya agar tampak acuh tak acuh diluar tapi sebenarnya sama sekali tidak menurunkan penjagaannya.

'Orang yang ada di depanku ini adalah assassin hebat yang melakukan perjalanan singkat dari Ibukota...'

Perasaan kagum dan takut sebenarnya menyelimuti dirinya tapi dia tidak bisa tampil menyedihkan di hadapan para bawahannya.

Lagipula situasi ini bukanlah akhir, kecil kemungkinan Weis akan menyerangnya secara tiba-tiba, dan di sini dia memiliki salah satu kesatria dari rumah bangsawan Vinca, Ragnar Fortis, kesatria yang mempunyai Aura Ether yang kuat, dia harus bersikap tenang saat ini.

"Weis— tidak, Tuan Rolan bukan? Bisakah kamu memberitahuku tentang tujuanmu di dalam kotaku."

Weis memandang Torin dengan skeptis, apa artinya berusaha menyembunyikan identitasku sekarang jika kamu ingin mengetahui tujuan dari identitas asliku?

Tapi bisa jadi ini adalah kesempatan untuk mendapatkan dukungan darinya, bagaimanapun juga cukup merepotkan menjalankan misi ketika ada seseorang yang menghambatnya.

Saat dia berpikir seperti itu, matanya secara alami mengarah kepada kesatria yang berdiri di sampingnya.

'Tidak peduli sehebat apapun aku dalam penyembunyian diri, mustahil untuk mempertahankan nya secara konstan dengan adanya kesatria kuat seperti dia bukan?

'Aku sangat yakin kesatria sekalibernya dapat merasakan fluktuasi kekuatan sekecil apapun itu di dalam kota ini.'

Jika dia ingin menjalankan misinya dengan lancar dia harus mendapatkan dukungan dari Lord kota ini, yaitu Torin.

"Saya menghadap kepada Lord. Seperti yang anda ketahui saya adalah assassin yang dikirimkan oleh sang Putri ke kota ini untuk suatu tujuan." Weis membungkuk dengan sopan, pengalamannya dalam menyusup di kalangan aristokrat tidak mengecewakan karena dia banyak mempelajari etiket para bangsawan ketika itu terjadi.

"Katakan tujuan itu." Salah satu alisnya terangkat, cukup terkesan dengan sikap yang ditunjukkan oleh Weis, tapi dia mengesampingkan itu dan bertanya kepada Weis.

"Tentu akan saya beritahu, tapi setelah dua orang ini keluar." Weis berkata sambil mengarahkan pandangannya pada Alistair dan Kesatria penjaganya.

Torin mengerutkan kening di dalam pikirannya, 'Ini buruk, apakah dia mencoba mencari kesempatan?' Dia berpikir dengan kritis.

Weis tahu apa yang dipikirkan oleh Torin saat ini jadi dia dengan cepat menjelaskan.

"Tolong jangan salah paham Lord, ini hanya tindakan pencegahan untuk resiko kebocoran Informasi, bukankah semakin sedikit yang tahu semakin baik? Belum lagi ini adalah perintah rahasia dari sang Putri, aku tidak ingin menanggung amarah beliau jika Informasi yang akan saya katakan kepada anda ini bocor ke orang lain."

Torin sependapat dengan Weis, tapi bukan berarti dia akan mengesampingkan keselamatannya begitu saja.

"Aku akan menyuruh Alistair untuk keluar, tapi tidak dengan Tuan Ragnar, karena aku harus memiliki jaminan disini."

Endless Enigma Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang