Bab 2. Queen Geya

320 86 7
                                    

Yuk, yang relate sama cerita kayak gini, jangan lupa dikomen ya guys ya.
Biar viewnya bisa meningkat nih. semangat.


-------------------------------------------------------------------


"Eh, kok dimatiin?" seru Geya tiba-tiba saja saat lampu lantai ini mayoritas dimatikan, hanya disisakan beberapa saja, yang memang cukup menerangi lorong-lorong kubikel.

Menjadi karyawan baru, memang perlu banyak sekali melakukan adaptasi. Termasuk gaya makan siang di kantor ini. Karena hari ini adalah hari pertama baginya, Geya kaget saat lampu di atas kepalanya tiba-tiba mati. Dia yang kurang lebih baru 10 menit lalu baru saja selesai dari tim infrastruktur, mendapatkan laptop dan perangkat penting lainnya untuk bekerja, mendadak terdiam kebingungan sambil melihat satu demi satu karyawan di lantai ini beranjak dari kursi mereka masing-masing. Ada yang sengaja saling tunggu untuk pergi makan siang bersama, namun cukup banyak yang memilih stay dikursi masing-masing tuk menikmati bekal makan siang yang mereka bawa dari rumah. Semua tergantung pilihan dan gaya hidup masing-masing. Tidak ada paksaan atau larangan untuk menikmati makan siang dimeja kerja mereka, hanya saja biasanya ada warning agar setiap karyawan wajib tetap menjaga kebersihan area kerja.

"Bang, makan di mana?"

Mendengar suara laki-laki di belakang tubuhnya, Geya menoleh ke arah belakang, sosok laki-laki bernama Dimas yang memiliki tubuh tinggi besar sudah berdiri dari kursinya, dan terlihat bersiap untuk makan siang. Jika Geya perhatikan kembali percakapannya, Dimas sengaja bertanya kepada Naim, menanyakan lokasi makan siang yang Naim pilih untuk siang ini.

"Belakang. Cuma gue sholat dulu," ucap Naim cepat.

Terlihat mengunci laptopnya dengan menekan tombol L dan tombol windows bersamaan, layar laptop Naim langsung berubah menjadi gelap, dengan tulisan ISLAM cukup besar dibagian tengahnya. Kalau sedikit saja Geya perhatikan secara detail, tulisan Islam itu dibentuk dari kata-kata lain yang menurut Geya cukup keren namun tidak berlebihan. Mungkin itu pujian pertama yang Geya berikan kepada leadernya itu, yang terasa sangat dingin, bahkan cenderung cuek serta kaku. Entah kedepannya akan lebih banyak pujian atau hinaan untuk sosok laki-laki yang semua orang memanggilnya bang Naim.

 Entah kedepannya akan lebih banyak pujian atau hinaan untuk sosok laki-laki yang semua orang memanggilnya bang Naim

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini masih di kantor, kan? Berasa ditukang urut, dipanggil bang Naim. Batin Geya bersuara atas isi pikirannya saat ini.

Sedikit menghindar karena Geya baru menyadari jika Naim sedang membuka sepatunya, hampir saja tubuh Geya terjengkang ke belakang karena berusaha menjauhi Naim yang duduk di sebelahnya. Masih menggunakan kursi plastik, karena bagian HC belum mengatur di mana lokasi duduk Geya untuk kedepannya, sejujurnya Geya takut. Takut bila aroma kaki Naim akan menusuk hidungnya.

"Eh, eh."

Berusaha mencari pegangan dengan tangannya, lengan Dimas yang masih berdiri di belakang tubuh Geya, tak sengaja ia pegang erat, menjadi tumpuan agar tubuhnya tidak terjatuh ke belakang.

Coding CintaWhere stories live. Discover now