Bab 8. Bonding

236 81 15
                                    

Kalau nulis karakter Geya begini, sama banget sama aku, si PENULISnya.

Gue enggak pinter, bahkan dicap IT gadungan. Tapi kalau gue niat dan mau, gue bisa buktiin kesemua orang kalau gue bisa. Bahkan lebih bisa dibandingkan org2 yg sukanya menghina.
Cuma terkadang gue enggak mau begitu. Gue mirip Geya deh, let it flow aja.


---------------------------------------------------------------------


Jika ada yang bilang saat berharap orang lain bisa melakukan seperti yang kamu inginkan, maka contohkan semua itu dihadapannya, sampai dia paham, barulah kamu akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginanmu. Begitulah kira-kira landasan yang Naim pakai saat mencoba bonding dengan Geya, tim yang baru sehari bergabung dengannya.

"Gimana? Udah siap bekerja hari ini?" tanya Naim saat laki-laki itu baru saja selesai beribadah.

Dengan rambut yang basah, dan wajah masih terlihat sangat segar, Naim sengaja menarik kursinya, duduk di belakang kursi Geya yang terasa kaku, seolah enggan menanggapi pertanyaan Naim. Entah apa alasan Geya bersikap seperti ini, namun Naim berusaha tuk biasa saja, karena dia tahu sikap dan karakter perempuan, semakin dipedulikan biasanya semakin sulit dipahami. Karena itulah Naim berusaha biasa saja. Bahkan berpura-pura tidak sadar melihat sikap Geya yang begitu berubah dibandingkan kemarin.

"Coba lo masuk ke dalam sistem kita. Di sana ada beberapa data penting, yang cuma bisa diakses oleh tim production. Dari data itulah gue pengen lo support beberapa SRF yang sudah naik ke kita dari user terkait untuk meminta dibuatkan support sistem atas data-data tersebut."

"SRF?"

"Shortest-Remaining-First. Metode penjadwalan berdasarkan pengajuan sistem yang mereka ajukan kepada kita. Jadi SRF itu diajukan berdampingan dengan BRD yang sudah disetujui. Biasanya dalam SRF mendetailkan kembali pengajuan sistem data baru sebagai penunjang atas Solusi bisnis yang akan dijalankan. Karena itu kita mulai pengerjaan data sistem dari SRF pengajuan. Dan dari SRF juga kita bisa mensimulasikan durasi waktu pengerjaan sistem tersebut akan berapa lama. Atau kalau lo mau, lo bisa baca dulu SRF yang sudah diajukan ke tim kita, nanti kalau ada yang mau lo tanya, baru kita diskusi lagi. Karena sekarang gue lihat lo cuma angguk-angguk kepala doang. Entah lo ngerti atau enggak. Dari pada gue jelasin segala Sesuatu yang enggak lo pahami, makanya lebih baik lo baca dulu sejenak. Baru kurang lebih setengah jam lagi kita diskusi."

"Oke ... bang," panggil Geya pelan, mengikuti cara orang-orang tuk memanggil Naim.

Walau sedikit kaku cara Geya menyebut panggilan Naim, laki-laki itu berusaha tuk tidak peduli. Setelah memberikan waktu kepada Geya untuk membaca SRF tersebut lebih dulu, Naim mendorong kembali kursinya bekerja ke posisi yang benar.

Sedangkan Geya, disaat Naim memberikannya waktu untuk dipakai membaca dan mempelajari hal baru, perempuan itu malah sibuk melirik-lirik Juan dan Dimas di sebelahnya, yang terlihat begitu kaku dikedua mata Geya.

Sungguh, keadaan seperti ini tidak pernah terbayang dalam pikiran Geya sedikitpun. Ia pikir bekerja sesuai jurusan kuliah yang dia ambil, bisa membuatnya jauh lebih rileks, ternyata tidak sama sekali. Apalagi tuntutan sempurna dari semua orang, semakin menambah beban di bahu Geya. Karena mendapatkan privilege tidak semenyenangkan apa yang dipikirkan orang-orang.

Mencoba untuk fokus, Geya mencatat dibuku kecil beberapa hal yang tidak dia ketahui, dan akan dia tanyakan kepada Naim setelah membaca semua ini selesai. Walau mungkin dia tidak sehebat dan sepintar orang-orang dalam tim Naim ini, tetapi setidaknya Geya tidak sebodoh itu untuk melupakan bagaimana cara belajar yang baik. Setidaknya jika dia tidak pintar, Geya masih mau mencatat hal-hal penting agar bisa ia pelajari lagi nantinya. Karena Geya pun sadar kepintaran berasal dari kemauan tuk belajar dan mengenal hal baru.

Coding CintaWhere stories live. Discover now