remedi

51 4 2
                                    


Bunyi bell istirahat terdengar begitu nyaring, para siswa/i saling berdorongan agar bisa keluar untuk segera mengisi perut.

JJ melamun melihat beberapa orang yang berlalu lalang di hadapannya, mengabaikan Mio yang tengah bercerita dengan semangkuk nasi cabe ayam di atas meja.

Mio melambai, remaja laki-laki itu menepuk kencang bahu teman seperjuangannya.

"Hei, lo ada masalah? Daritadi perasaan ngelamun terus" tepukan Mio pada bahu JJ berhasil menyadarkan si mpu yang tengah asik melamun, membuat JJ mengacak rambutnya frustasi.

"Arrghhh gue ga bisa kayak gini Mi... " ucap JJ.

Mio menatap raut frustasi temannya bingung, "kenapa sih emang?" Tanya Mio lagi.

JJ menyedot ice teh nya yang sudah tersisa setengah, kemudian memperlihatkan bubble chat sang ibu pada Mio.

"Gue di suruh les sama ibu. Lihat ni, kata ibu, gue harus les setiap pulang sekolah, kan ga asik" keluh nya mendapat tawa renyah dari Mio.

"Serius lo? Hahaha kocak banget ibu lo, bujang lapuk kek lo di suruh les, yang bener aja." Perkatan Mio sukses membuat JJ mendelik marah.

"Jaga ucapan lo itu sial, umur gue cuma beda dua tahun sama murid-murid disini, " ucapnga kesal.

Mio menghentikan tawanya, kemudian menyedok sesuap nasi cabe ayam yang masuk ke dalam mulut nya.

Setelah beberapa saat selesai menelan kunyahannya. Mio kembali bertanya pada JJ.

"Btw, siapa guru les nya? Cantik ga? Bisa kali gue join cuma buat liatin lo belajar"

Pertanyaan Mio mendapat gelengan dari JJ. Membuat dahi pemuda itu berkerut.

"Kok ga tau sih? Emang lo ga di kasih tau gitu sama ibu lo?"

JJ kembali menggeleng, membuat Mio mendesah kasar.

"Gagal dong, " ucap nya lemas, JJ yang mendengar nya hanya menatap malas pada Mio.

"Barcode tinasit..."

Panggilan terakhir yang sedari tadi di absen oleh guru itu akhir nya selesai.

JJ memegang dua lembar kertas ulangan hariannya untuk kesekian kali, membuat dirinya terlihat malas hanya untuk melihat.

"Baik semuanya, silahkan di balik lembar kertas ulangannya. Jika, nilai kalian di bawah rata-rata, harap menghadap bapak untuk segera konsul dan mendapat soal remedi"

Tanpa perlu di lihatpun. JJ sudah tahu jawaban dari balik kertas berukuran a4 itu. Mio di sebelah nya menyenggol bahu JJ, membuat si mpu berbalik tak suka.

"Apa?" Tanya nya malas.

Mio menunjuk kertas ulangan JJ, isyarat meminta nya agar Mio bisa melihat nilai hasil ulangan milik JJ.

JJ menarik kertas ulangannya kasar, kemudian menempelkan nya pada dahi Mio tanpa berperikemanusiaan.

Mio mengaduh kesakitan, kemudian menginjak kaki JJ dengan sengaja. "Sakit goblok, " keluhnya.

JJ hanya mendengus tanpa sepatah kata. Dan tak lama kemudian di susul oleh tawa cekikikan yang telah di buat oleh Mio.

"Lo yang bener aja anjir, masa pembagian kayak gini aja gabisa, pantes dua kali ga naik kelas." Ucapan Mio kembali membuat JJ merasa kesal, kemudian merebut kertas ulangannya paksa.

"Pelit lo" ejek Mio.

"Berisik"

Mio mencibir, kemudian dirinya teringat perkataan JJ tadi siang.

"Eh JJ..."

"Apaan?" JJ berbalik. Meski dirinya masih merasa kesal pada Mio, namun dia tidak pernah mengabaikan temannya itu.

"Berarti hari ini lo les dong?" Tanya Mio.

JJ mengangguk, "kenapa gitu?"

Mio merangkul bahu JJ yang terasa tinggi baginya, kemudian berbisik meski terdengar oleh orang di belakang nya.

"Lo minta kerjain aja kertas remedi lo sama guru les lo itu, sekalian belajar" saran Mio. JJ yang mendengarnya menggeleng.

"Ga mau lah buset, malu gue"

Ucapan JJ barusan mendapat pukulan cinta dari Mio pada dahi nya.

"Lo itu ya, gue ngasih saran sama lo biar hidup lo mudah, malah gamau alasan malu segala, biasanya juga lo malu-maluin."

"Sialan lo"

JJ mengumpat kesal.

Mio menghela nafas, kemudian melepaskan rangkulannya pada bahu JJ.

"Saran aja sih" ucap nya pasrah.

JJ beberapa kali melihat layar ponsel nya, benar adanya alamat yang ia dapat dari sang ibu ada disini. Sebuah perpustakan kota yang terlihat megah walau tak terlalu besar, dengan beberapa hiasan di luar.

JJ mendengus, dengan terpaksa dirinya memasuki perpustakan itu walau terasa berat.

Pintu dengan hampir sebagian terbuat dari kaca itu terdorong, membuat si penjaga perpustakan menyapa dengan ramah.

JJ menunduk malu, kemudian masuk kedalam dengan kepala sedikit pening. "Gue ga mau ada disini please" cicitnya, yang hampir tak terdengar oleh siapapun.

JJ yang sudah berada di dalam perpustakan itu memilih buku bacaan secara random, menjaga image jilakau ada orang yang tak sengaja memergokinya hanya memaikan ponsel tanpa ada niat membaca di sana sama sekali.

Ponsel hitam nya bergetar, nomor tidak di kenal muncul dengan datang nya sosok remaja tanggung yang juga sama menggunakan seragam sekolah yang tengah dirinya kenakan.

Remaja laki-laki itu menunduk, kemudian tersenyum manis dengan ponsel di tangan.

"Kak JJ ya?"

JJ terdiam, tak tahu harus bereaksi seperti apa.



to be continued.

- 𝐌 𝐈 𝐍 𝐔 𝐒Where stories live. Discover now