Chapter 46

216 20 26
                                    

Jakarta sore ini sudah tidak semendung pagi tadi, matahari sudah memunculkan cahayanya walaupun sekarang sudah mau terbenam lagi. Pukul lima sore Sherina baru akan pulang, sebab ada sedikit pembahasan tentang Davos yang ia lakukan bersama dengan Aryo, Herman, dan Ditto ketika jam pulang kantor tadi, alhasil ia baru pulang satu jam setelah jam pulang kantor seharusnya.

Ia berjalan bersisian dengan Aryo menuju parkiran, karna sesuai dengan yang dikatakannya pada Sadam pagi tadi, ia akan nebeng di mobil Aryo untuk pulang.

"Menurut lo Sadam udah sampai belum ya, Yo?" Tanyanya kepada Aryo disela-sela langkah kaki mereka menuju ke parkiran.

Aryo menoleh ke arahnya sekilas kemudian mengalihkan pandangan ke arlojinya untuk memastikan sekarang sudah pukul berapa, "Dia berangkatnya jam dua belas kan tadi? Hmm berarti kemungkinan udah ini Sher, cuma tergantung macet nggaknya sih." Ujar Aryo kembali menoleh ke arah Sherina yang mengangguk paham atas penjelasannya.

"Emang kalian ga chatan?" Tanya Aryo penasaran.

"Dari tadi kita chatan kok, cuma ya itu, dia balesnya singkat banget. Terakhir kita chat jam setengah tigaan kayaknya. Sekarang belum mau ngechat dia, nanti aja kalau udah sampai apartemen." Balas Sherina lesu yang membuat Aryo menatapnya penuh rasa iba. Kemudian lelaki itu menepuk pelan pundaknya, seakan menyalurkan kekuatan.

"Semangat ya, Sher. Sadam cuma butuh waktu buat nenangin diri kok, percaya sama gue, nanti kalo dia udah balik kesini, bakal membaik kok. Asal lo nya jangan boong lagi." Aryo dan kata-kata bijaknya membuat Sherina terkekeh pelan.

"Seperti biasa, lo kalo lagi bijak kayak orang bener, Yo." Sherina terkekeh melihat ekspresi Aryo yang saat ini sudah berubah menjadi datar.

"Yeuuu nyesel gue ngomong sama lo. Nyebelin lo." Ketus Aryo yang membuat Sherina semakin terkekeh.

"Idih, ngambek. Yaudah iya maaf. Makasih ya Aryoroyoroyo! Lo emang sahabat baik gue deh, kalo lagi ga rese hehe..." Puji Sherina yang membuat Aryo sesaat terbang namun dijatuhkan kemudian.

"Suka ati deh, Sher." Pasrah Aryo lalu mempercepat langkah kakinya untuk menyebrang ke parkiran yang diikuti oleh Sherina dengan senyum lebarnya. Ia suka sekali mengacaukan mood lelaki itu. Satisfying🤪🙏🏻

Saat sedang membuka kunci mobilnya, Aryo dan Sherina dikejutkan oleh suara dari arah depan mereka, sontak keduanya mencari asal suara, ternyata Hermantotoro.

"Sher, pulang?" Tanya Herman basa-basi sambil melangkah mendekati Sherina. Gadis itu mengangguk, sedangkan Aryo mendumel pelan, "Ya iyalah pulang, masa mau nginep disini. Ngadi Ngadi emang si Toro." Yang dihadiahi dengan pelototan oleh Sherina.

"Lho kok bareng Aryo? Mobil lo mana?" Tanya Herman ketika berhasil mencapai sisi gadis itu.

"Oh itu tadi gue dianter sama Sadam kesininya, trus mobilnya gue suruh buat bawa balik aja ke apartemen biar pulangnya gue nebeng Aryo aja." Jelas Sherina singkat.

Senyum remeh terpatri dibibir Herman setelah mendengar penjelasan Sherina, entah apa dipikiran lelaki itu, yang pasti Aryo sudah menebak ini pasti tidak akan beres.
"Kok pulangnya ga dijemput? Mager ya dia? Duh, sayang banget lo dapet cowok ga effort begitu, mending gue anterin aja ayo." Ternyata firasat Aryo benar, kini giliran Aryo yang maju untuk menjawab perkataan Herman. Sherina membiarkannya saja, karna jujur ia pun lelah menghadapi tingkah Herman yang selalu begini.

"Bukan ga effort kali, justru Sadam effort banget nyempetin nganter Sherina ngantor padahal siangnya dia udah harus berangkat ke Cianjur buat meeting tahunan disana. Sorry banget nih, selain udah gue booking buat nemenin gue breakfast, lunch, dan dinner, Sherina juga udah booking gue buat tebengin dia terus selama dia ga bawa mobil atau ga dijemput. Jadi, kubur dalem dalem deh harapan lo pulang bareng Sherina." Sewot Aryo yang membuat wajah Herman tampak merah padam. Ia sangat tidak menyukai Aryo yang selalu menggagalkan rencananya untuk mendekati Sherina.

SaujanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang