9.Sweet Day

88 58 16
                                    

"Hidup itu memang berat, maka dari itu kita harus punya penyemangat untuk melewati hari yang berat."
-Astrophile

📖Happy Reading 📖

Motor Sekala berhenti di depan pagar rumah Yesaya. Yesaya langsung turun di susul lak-laki itu, ia kira Sekala hanya akan mengantarkannya sampai depan rumah. Siapa sangka laki-laki itu malah ikut turun dan berjalan masuk menuju rumahnya. Yesaya baru saja ingin bertanya namun suara pintu terbuka membuat pandangan mereka mengarah ke sana.

Mamanya berdiri sambil menatap Sekala lama. Yesaya bingung harus menjawab apa jika di tanya, ia yakin mamanya pasti tengah berpikir yang tidak-tidak sekarang. "Loh, Mama kira Sagi yang bakalan antar kamu pulang. Ternyata Sekala?"

Yesaya langsung melongo. Ia menatap Mamanya dan Sekala bergantian, terlebih saat Sekala bersaliman dengan Mamanya dan berbicara seperti orang yang memang sudah dekat. Padahal Yesaya belum pernah mengajak Sekala ke rumahnya, ia juga tidak bercerita bahwa ia punya teman bernama Sekala. Dari mana Mamanya tahu?

"Mama kok bisa kenal Sekala?" tanyanya saat Sekala tengah berbincang basa basi pada Mamanya.

Sang Mama tampak berpikir sebelum menjawab. "Ini loh, teman Sagi yang bantu Mama di toko waktu kamu sakit."

Yesaya mengerutkan dahi sebelum akhirnya teringat sesuatu. Ia ingat beberapa bulan yang lalu Mamanya berkata bahwa Sagi dan teman-temannya membantu Mamanya di toko saat keadaan toko yang ramai dan pas sekali saat itu Yesaya sakit jadi ia tak bisa membantu. Saat itu Yesaya juga sempat bertanya siapa teman-teman Sagi yang membantu Mamanya karna ia ingin mengucapkan terima kasih telah membantu Mamanya. Mamanya memang tahu semua teman Sagi namun saat itu ia lupa satu nama yang membuat Yesaya tak begitu memikirkannya. Jadi selama ini Sekala juga pernah mampir ke tokonya? Kapan dan kenapa ia tak pernah melihat laki-laki itu.

"Kirain tante lupa sama Sekala," tawanya yang dibalas tawa kembali oleh sang Mama. Mereka melanjutkan cerita dan Yesaya hanya menjadi pendengar. Berdasarkan percakapan yang ia dengar Sekala memang dulu sering berkunjung tapi setelah terakhir kali membantu Mamanya sebulan yang lalu ia sudah tak lagi berkunjung karna sibuk dan baru bisa berkunjung kembali kemarin saat Yesaya pertama kali bertemu cowok itu.

"Tante Sekala pamit ya, sudah larut malam juga," ucapnya pada Mama yang dibalas anggukan oleh sang Mama, tapi sebelum itu Mama menyuruh Sekala untuk menunggu sebentar karna ia ingin membawakan laki-laki itu sesuatu sebagai ucapan terima kasih yang tertunda.

"Kenapa lo enggak bilang kalau kenal Mama gue?" tanya Yesaya saat Mamanya baru masuk. Sekala menoleh menatap gadis itu yang betanya padanya. "Lo enggak tanya."

Yesaya terdiam. Ia menatap lama pada Sekala membuat Sekala mengerutkan keningnya keheranan. "Kenapa muka lo itu asing banget bagi gue, tapi Mama bilang lo sering ke toko. Kita enggak pernah ketemu sebelumnya?" Yesaya masih penasaran pada laki-laki itu.

Sekala tersenyum. Mengingat kembali momen saat ia sering berkunjung ke toko Yesaya. "Kita ketemu, lo aja yang cuek enggak pernah perhati in pengunjung." Yesaya memukul pelan lengan Sekala. Ia benar-benar tidak ingat sama sekali.

"Besok enggak usah bawa motor ke kampus."

Yesaya menaikkan alisnya. "Kan besok mau ke pantai, jadi pulang dari kampus kita langsung ke pantai biar enggak telat liat sunset," lanjutnya membuat Yesaya mengerti.

"Naik motor lo?"

"Iya, apa mau naik mobil?"

Yesaya menggeleng. "Enggak usah, naik motor aja." Sekala mengangguk.

Tak lama Mama keluar membawa satu bungkus plastik berukuran sedang. Yesaya tak tahu apa isi dari kantong plastik itu. "Ini, tante tadi habis bikin banyak brownis. Kamu bawa pulang setengah ya," ucap sang Mama yang diterima oleh Sekala. Tadinya Ia sempat menolak karna tak enak tapi setelah di bujuk sang Mama ia akhirnya menerimanya.

"Iya sudah tante, Sekala pamit ya."

"Iya hati-hati Sekala. Kapan-kapan mampir lagi ya, jangan lupa mampir ke toko juga"

"Siap tante"

Yesaya mendengus mendengar percakapan keduanya, ia melihat Sekala berjalan ke arah motornya setelah berpamitan singkat padanya. Yesaya baru berbalik setelah motor itu pergi, Yesaya langsung masuk di susul mamanya yang berada di belakangnya.

Tak menunggu waktu lama Yesaya mulai naik ke kamarnya setelah berbincang singkat dengan mamanya. Matanya sudah sangat mengantuk dan meminta untuk segera di istirahatkan. Ia masih kesal karna di bangunkan Sagi tadi, padahal tidurnya benar-benar nyenyak tadi.

Ia merebahkan tubuhnya berniat ingin segera tidur, namun setelah mendengar banyaknya notifikasi di ponselnya ia kembali mengurungkan dirinya untuk menutup mata. Ia menatap beberapa pesan yang di kirim oleh temannya Sabiru. Awalnya hanya percakapan singkat namun berubah menjadi percakapan yang panjang setelah Sabiru mengatakan bahwa Sekala mengunggah fotonya yang tengah tertidur. Jantungnya berdetak kencang, Sekala memang ahli membuat jantungnya tak normal.

"Enggak mungkin Sekala suka gue," ucapnya sendiri ia beberapa kali memeriksa foto itu. Itu benar dirinya. Di tambah lagi dengan unggahan Sagi yang memperlihatkan foto mereka berdua. Yesaya jadi senyum-senyum sendiri. Sepertinya tidurnya tak akan nyenyak hari ini.

***

Malam sudah berganti pagi, dan Yesaya sudah siap untuk memulai hari beratnya seperti biasa. Seperti perkataan Sekala kemarin ia hari ini tak membawa motor. Ia meminta Sagi menjeputnya dan untung saja laki-laki itu mau menjemputnya. Ya walaupun harus di sogok dengan uang lima puluh ribu, rasanya ia rugi mengeluarkan uang sebanyak itu untuk ke kampus. Tapi mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur.

Mereka turun saat mobil Sagi sudah terparkir. Yesaya turun di ikuti Sagi, ternyata teman-teman Sagi juga berada di sana membuatnya mau tak mau menyapa mereka terutama Sekala. Laki-laki itu sudah tersenyum padanya membuat jantungnya lagi-lagi berdebar kencang. Harinya pagi ini jadi sangat indah karna senyuman itu.

"Pagi Yesa," sapa Sekala membuat Yesaya membalasnya. Kedua temannya yang berada di sampingnya langsung berteriak heboh. Padahal itu hanya sapaan biasa tapi mereka malah kesetanan seperti ini.

"Pagi Yesa," ucap Bisma meniru gaya bahasa Sekala. Sontak membuat Sagi dan Gala yang ada di sana tertawa, sedangkan Yesaya sudah melayangkan pukulan pada laki-laki itu.

"Yesa doang yang di sapa. Lo enggak lihat gue di sampingnya?" cecar Sagi membuat Sekala mendengus. "Enggak, lo makhluk halus."

Tawa kembali menggema saat Sekala membalas ucapan Sagi. Yesaya ikut tertawa mengejek laki-laki itu, siapa suruh menertawakannya tadi sekarang kena batunya sendiri.

"Tumben bareng Sagi, biasanya bawa motor," ucap Gala membuat Yesa menoleh.

"Sekali-kali manfaatin sepupu sendiri, biasanya juga gue yang di manfaatin dia," balas Yesaya membuat Sagi menatap tajam ke arahnya.

Mereka mulai berjalan berbarengan menuju ke kelas, Sekala memilih melambatkan jalannya dan menarik Yesaya agar berjalan berpisah dengan teman-temannya. Entahlah Sekala rasanya ingin mendekati perempuan itu secara terang-terangan sekarang. Ia punya caranya sendiri.

"Kenapa?" tanya Yesaya pada Sekala yang tersenyum ke arahnya.

"Enggak papa, biar mereka duluan aja."

Yesaya menggeleng. Ia bukan bertanya tentang itu. "Kenapa posting foto gue?" ucapnya lagi memperjelas.

Sekala menoleh. "Katanya enggak papa."

"Ya enggak papa, cuman pasti orang bakal berpikir aneh tentang kita."

"Mereka bakal pikir apa memang?"

"Kita lagi pdkt mungkin," jawab Yesaya ragu. Rasanya ia malu mengatakan itu sekarang.

Sekala tertawa. "Memang lagi pdkt kok." Ia kemudian sedikit berbisik pada Yesaya yang membuat jantung Yesaya hampir copot dari tempatnya, bukan itu saja suara laki-laki itu membuat bulu kuduknya merinding. "You look so pretty". Tolong siapa pun tanya keadaan jantung Yesaya sekarang.

***

Hallo readers...
Gimana hari ini?, apa semanis part ini?  Atau malah bad?
Jangan lupa vote+koment okey..

"Tandain kalau ada typo"

Astrophile(Terbit)Where stories live. Discover now