EPS 01

10.5K 581 16
                                    

Di dalam ruang rawat yang nyaman dan luas. Terlihat ada seorang wanita cantik yang tengah duduk di sofa singel samping hospital bad sambil menatap anak perempuan yang terbaring lemah disana dengan tatapan sendu.

 Terlihat ada seorang wanita cantik yang tengah duduk di sofa singel samping hospital bad sambil menatap anak perempuan yang terbaring lemah disana dengan tatapan sendu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita itu bernama Cassandra Queen Abellona, atau biasa dipanggil dengan nama Cassie. Sedangkan, untuk anak perempuan yang terbaring lemah di atas hospital bad adalah putri Cassie yang bernama Zassia Queen's Avellino.

"Kapan kamu akan sadar, sayang? Apa kamu tidak merindukan Mommy dan Daddy? Mommy dan Daddy disini sangat merindukanmu," kata Cassie sambil mengelus pucuk rambut anaknya dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Mata Cassie tampak berkaca-kaca saat melihat banyak sekali alat medis yang menempel di tubuh mungil Zassia. Ia selalu merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Zassia dengan baik seperti layaknya seorang Ibu pada umumnya.

Ceklek~

Cassie menolehkan kepalanya kearah pintu yang menampilkan sosok pria tampan dengan balutan jas formal berwarna hitam. Pria tampan itu adalah Zares Prince Avellino, suami dari Cassie, dan Daddy satu-satunya dari Zassia.

"Zares? Kamu ngapain disini? Bukannya kamu bilang ada meeting sama klien, ya?" tanya Cassie sedikit terkejut karena tadi pagi, Zares bilang akan pergi ke kantor untuk meeting bersama klien

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Zares? Kamu ngapain disini? Bukannya kamu bilang ada meeting sama klien, ya?" tanya Cassie sedikit terkejut karena tadi pagi, Zares bilang akan pergi ke kantor untuk meeting bersama klien.

Namun, baru 30 menit Zares pergi. Pria itu sudah kembali lagi ke rumah sakit dengan jas kantor yang belum diganti. Cassie pun heran dan penasaran karena tidak mungkin meeting dengan klien hanya membutuhkan waktu 30 menit.

"Aku batalin meeting itu," jawab Zares sambil berjalan mendekati Cassie yang masih senantiasa duduk di sofa singel samping hospital bad dengan wajah penuh keheranan dan penasaran.

"Hah? Batalin? Kok bisa? Itu 'kan klien tetap di perusahaan kamu, Res. Nanti kalo dia kecewa sama kamu terus nggak mau kerjasama bareng kamu lagi, gimana?" tanya Cassie dengan bertubi-tubi.

"Ya, nggak masalah. Aku 'kan bisa cari klien lain. Lagian, Zassia itu lebih penting dari klien aku, sayang," jawab Zares dengan santai. Ia bahkan tidak terlihat khawatir jika nanti kliennya itu akan hilang karena masalah hari ini.

"Hahh...jadi, kamu batalin meeting itu karena Zassia? Astaga, Zares...kan udah ada aku disini yang jagain Zassia. Kamu kok, haishh...." Cassie pun tidak tau ingin berkata apa, ia terlampau bingung dan heran dengan jalan pikiran Zares.

Zares yang melihat Cassie seperti itu pun juga ikut bingung, "Sayang, maksud aku itu bukan gitu. Tadi, waktu aku mau berangkat ke kantor, Yuan tiba-tiba aja nelfon aku. Dia bilang, dokter yang nanganin Zassia mau ketemu sama kita."

"Maksud kamu Dokter Gino?" Zares menganggukkan kepalanya saat Cassie bertanya kepadanya. "Ngapain Dokter Gino nyuruh Yuan buat nelfon kamu? Kalo dia mau ketemu 'kan bisa langsung ke sini?" lanjut Cassie dengan heran.

"Kalo soal itu, aku juga kurang tau. Tapi kata Yuan, ini soal kondisi Zassia," jelas Zares yang membuat Cassie sontak berdiri dari posisi duduknya, dan meraih tas selempang miliknya yang berada di atas meja nakas samping hospital bad.

"Yaudah, kalo gitu sekarang kita ke ruangan Dokter Gino aja," kata Cassie sambil memakai tas selempang miliknya yang didominasi oleh warna hitam dengan paduan warna emas di nama brand dan D-ring yang terpasang.

"Yaudah, kalo gitu sekarang kita ke ruangan Dokter Gino aja," kata Cassie sambil memakai tas selempang miliknya yang didominasi oleh warna hitam dengan paduan warna emas di nama brand dan D-ring yang terpasang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tapi, Zassia gimana? Masa ditinggal sendirian disini? Nanti kalo ada yang nyulik dia gimana?" tanya Zares dengan cemas. Cassie pun hanya bisa memutar bola matanya malas saat mendengar pertanyaan Zares yang sangat aneh.

"Ya, terus? Kamu maunya gimana? Kamu mau bawa Zassia ke ruangan Dokter Gino juga?" tanya Cassie dengan malas. Zares pun terdiam, ia terlihat bingung karena membawa Zassia yang sedang sakit ke luar ruangan sangatlah tidak mungkin.

"Itu...baiklah. Zassia, sayang. Kamu Daddy dan Mommy tinggal dulu, ya? Baik-baik disini, jangan kabur, okey?" kata Zares dengan berbisik, namun Cassie masih bisa mendengarnya dengan jelas, dan hanya bisa beteriak kesal di dalam hati.

"Arghh! Dulu gue kenapa, ya? Sampe bisa nikah sama cowok pinter nyerempet bego kaya dia? Udah tau anaknya masih koma, bilangnya jangan kabur. Sadar aja enggak! Gimana mau kabur? Jadi keliatan banget 'kan begonya!"

Jleb!

Zares pun tertohok dengan gumaman Cassie. Selama Zares mengenal Cassie lebih jauh lagi, seharusnya ia sudah tidak kaget dengan perkataan Cassie yang kadang pedas. Namun tetap saja, Zares masih merasa kaget saat mendengarnya.

"Yang, aku masih bisa denger, lho," kata Zares dengan dramatis. Namun, Cassie hanya mendengarnya sambil meliput kedua tangannya di depan dada. Tanda bahwa masih ada kelanjutan dalam tindakannya kali ini kepada Zares.

"Oh, bagus dong kalo gitu, setidaknya kamu bisa pinterin dikit otak kamu. Biar nggak diketawain sama bocah SD!"

Jleb!

"Sayaaangg!" Zares pun berteriak kesal karena ulah Cassie. Namun, Cassie hanya abai dan memilih untuk pergi dari ruang rawat Zassia, meninggalkan Zares yang wajahnya tampak kusut dan muram karena perkataan Cassie barusan.

.

.

Lebih suka versi awal apa versi ini?

Ini jalan ceritanya masih sama, ya! Tapi agak beda di dialog dan narasinya karena tujuan aku unpublis adalah biar alurnya enak dipahami dan nggak terlalu ditutup-tutupin kaya dulu...

Ini jalan ceritanya masih sama, ya! Tapi agak beda di dialog dan narasinya karena tujuan aku unpublis adalah biar alurnya enak dipahami dan nggak terlalu ditutup-tutupin kaya dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jadi Anak ProtagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang