15. Hati yang berbunga

1.3K 176 16
                                    

Claire membuka kedua matanya. Sedikit memegang kepalanya yang terasa pening. Claire mencoba mengingat sesuatu. Ingatan terakhirnya melayang pada saat Jayden menghisap darahnya. Oh! Benar juga! Jayden sudah sadar. Claire segera menyingkirkam selimutnya. Bergegas untuk keluar dari kamar. Claire berlari dengan tidak sabaran.

Begitu keluar, Claire dapat melihat punggung tegap Jayden. Pria itu sedang menikmati makan pagi, sepertinya. Claire segera mendekati Jayden. Menatap wajah pria itu dengan lekat. Wajahnya sudah kembali segar, semua lukanya menghilang. Jayden sudah kembali seperti Jayden yang Claire kenal. Wajah Jayden sudah tidak pucat lagi. Jayden sudah kembali hidup. Astaga, Claire menjadi bahagia sekali.

"Kau sudah sembuh?"

Jayden tidak menjawab, pria itu malah memangku Claire. Memberikan minum pada Claire, lalu menyuapi wanitanya dengan telaten. Sesekali mengecup rambut Claire. Tidak ada yang dapat Claire lakukan kecuali mengikuti kemauan Jayden.

"Makanlah dulu, Sayang. Kau pasti kelaparan. Aku sudah mengambil darahmu terlalu banyak."

Claire menurut, menerima suapan dari Jayden dengan wajah yang merona merah. Sudah lama sekali dia tak pernah mendapat perlakuan seintim ini. Jadilah Claire merasa malu. Tangannya sudah mengepal kuat diatas perut. Kalau boleh jujur Claire rasanya ingin meledak. Perutnya pasti mengeluarkan kupu-kupu bila terbelah. Claire benar-benar sedang jatuh cinta, layaknya tokoh novel romansa yang di karang oleh sastrawan.

Dengan malu-malu, Claire mengecup secara singkat bibir Jayden. Pria itu memasang wajah terkejut yang tentu saja hanya pura-pura semata. Jayden membalas kecupan Claire, menciumnya dengan singkat pula. Sebuah hal manis untuk memulai hari.

"Sudah berani mencuri kecupan, eh?"

Claire tersenyum cerah, lalu terkekeh pelan. Kembali ingin meraup bibir milik Jayden, sebelum kaki kecil menutup mulutnya. Marie si kucing putih itu tiba-tiba saja melompat ke atas tubuh Claire. Menghalangi Claire untuk bermesraan dengan Jayden. Bukan hanya itu, kedua ular hitam juga turut andil untuk menggagalkan rencana Claire. Keduanya menutup mata Jayden dengan kepala mereka. Membuat Jayden mendengus sebal. Pria itu menyingkirkan kedua bayi dari wajahnya. Tidak peduli jika kedua ular itu sudah menggigit tangannya.

"Sayang, bukankah sebaiknya kita pergi dari sini? Aku tidak suka jika kegiatan kita terganggu oleh ketiga bayi ini."

***

Jayden merendam tubuhnya di danau yang terletak tak jauh dari rumah milik Claire. Tubuhnya terasa panas sejak pagi tadi. Tentu saja karena iblis terbuat dari api. Jayden perlu mendinginkan tubuhnya sejenak. Sedari tadi Claire hanya menatapnya dari ujung danau. Wanita itu nampak bosan menunggu Jayden.

"Kemarilah, Sayang."

Claire menggelengkan kepalanya, menolak perintah Jayden. Bukannya apa, Claire tidak bisa berenang. Claire sedari dulu takut tenggelam. Hanya bisa bermain air di sungai kecil serta bibir danau. Tak berani lebih jauh lagi, bila ia mencoba bergerak menuju kedalaman air. Sudah pasti nyawanya akan hilang. Air sangat menyeramkan bagi Claire. Selain itu ia malu jika Jayden tahu bahwa dirinya tidak bisa berenang. Nanti Jayden pasti akan mengejeknya karena takut pada air yang diam.

"Aku disini saja menunggumu." Tolaknya dengan halus.

"Claire! Aku tak akan mengejekmu. Kau kira aku seburuk itu? Kemarilah, aku akan membantumu berada di dalam air."

Tak ingin membuat Jayden marah. Claire segera melangkahkan kakinya menuju dinginnya air danau. Langkahnya terlihat ragu. Jayden yang sudah bertelanjang dada menarik Claire agar wanita itu segera menuju tengah danau jernih ini. Claire memeluk tubuh Jayden dengan kuat. Matanya tidak berani terbuka, takut jika ia membuka mata, maka dirinya qkan tenggelam. Jayden dapat merasakan tubuh Claire bergetar takut.

Black Clouds [Tamat]Where stories live. Discover now