3|Pertemuan keluarga

1.4K 80 5
                                    

👥 HAPPY READING, VOTE NYA QQQQQQ👥👥
.
.
.

"PERMIOSS!! ADAKAH ORANG!" Dengan teriakan cempreng nya, Nazaya membuka pintu mansion nya dengan kasar lalu berteriak keras hingga sang ibu berjalan menemuinya dengan spatula yang berada ditangannya.

"Kamu ini ya! Kan sudah ibu bilang berkali-kali, kalo masuk rumah tuh salam! Jangan teriak-teriak, kayak Tarzan tau gak jadinya!" Omel ibu Nazaya.

Nazaya hanya bisa cengengesan, "ya maap Bu, ini namanya semangat anak muda!" Ujar Nazaya membara.

"Semangat anak muda, semangat anak muda. Ibu nikahin juga kamu!" Gerutu ibu Nazaya mengancam.

"Mau dong buuuuu, yang dominan tapi ya..." Ujar Nazaya centil.

Sang ibu hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan, "rebes itu, udah sana kamu ganti baju terus makan." Ujar ibu lalu pergi kembali menuju dapur.

"Siap!" Nazaya menyahut dengan posisi hormat setelah tak melihat badan ibunya ia berbalik dan berjalan menuju kamarnya sembari bersenandung.

"Yeshh nikah, aye aye nikah, nikah, nikah." Senangnya menggoyangkan badannya kekanan dan kekekiri sembari terus berjalan.

Sementara itu~

BRAKK!

"HAH? DIJODOHIN?! Enggak bisa gitu dong ma!" Marah seorang gadis tak terima. Ia baru saja pulang sekolah lalu dikabarkan bahwa dia akan dijodohkan.

Kedua orangtuanya tampak memijat pelipisnya, anak tunggalnya ini memang keras kepala.

"Mama gak jodohin kamu, tapi mama mau mempertemukan kamu dengan calon suami kamu. Itupun kalo kamu mau, kalo kamu gak mau, perjodohan ini bisa batal kok." Ujar sang mama kepada anak semata wayangnya.

Gadis itu memicingkan matanya tak suka, ia benar benar benci jika harus melakukan hal yang ia tak sukai.

"Okeh, aku bakal ikut makan malam nanti. Tapi..kalau aku nolak, perjodohannya batal. Tidak bisa diganggu gugat." Ujar gadis itu lalu pergi menuju kamarnya.

Mama dari gadis itu menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah laku putri tunggalnya itu.

"Sabar aja, namanya juga masih muda. Kamu dulu juga gitu waktu mau dijodohin sama aku." Ujar papa dari gadis itu, ia memijat kaki wanita yang sangat ia cintai.

"Hahh..anak kamu nih." Ujar mama pasrah.

.
.
.

Malam hari pun tiba, gadis yang diketahui bernama Aira itu telah siap dengan kemeja merah maroon yang bagian lengannya ia lipat hingga siku, dan juga celana panjangnya. Tak lupa dengan sepatu hak tinggi yang ia pakai.

Cklekk

"Astaga Aira...kamu seharusnya pakai dress yang udah mama siapin dong!" Ujar mamanya berkecak pinggang.

"Masih untung aku ikut mahh." Balasnya malas, ia sibuk memasang dasi di kerah baju kemejanya.

Mama tampak menghela nafasnya, "ya udah cepetan! Kalo udah selesai keluar." Ujar mamanya lalu pergi keluar dari kamar Aira.

"Hm."

.
.
.

Orang tua Aira telah sampai di tempat yang mereka janjikan, cafe yang sudah mereka booking untuk pertemuan keluarga mereka.

Orang tua Aira mulai melangkahkan kakinya menuju tempat yang sudah disediakan, mereka sudah melihat dua orang berbeda jenis kelamin, dan satu lelaki yang pasti anak mereka.

"Haii Jess! Aaaa udah lama aku gak jumpa kamu!" Ujar Aya, ibu dari Aira.

"Waahhh Aya, kamu kelihatan lebih muda banget!!" Balas Jessica. Ibu dari Nazaya. Mereka berdua cipika-cipiki, hal biasa yang dilakukan oleh seorang wanita ketika bertemu.

"Harus kah kita melakukan itu juga?" Tanya Gibran, ayah dari Aira.

"Gue gibeng Lo!" Balas Joshua. Ayah dari Nazaya.

Kedua bapak itu saling berpandang setelah nya mereka melakukan suatu hal yang diluar Nurul.

"Haiii jengggg!!"

"Haii jenggg, unch, unch udah lama gak jumpa."

Kedua bapak itu memperagakan hal yang dilakukan oleh istri mereka. Namun jatuhnya seperti banci lampu merah.

"Eh! Jes ini anak mu ya? Lucu bangettt! Jadi gemezzz." Ujar Aya dengan ekspresi yang ia lebih-lebihkan.

"Ya dong, namanya anak gue. Nazaya perkenalkan diri kamu."

Nazaya berdiri lalu membungkuk sebentar, "halo Tante, perkenalkan nama saya Nazaya Ranjaya." Ujar Nazaya memperkenalkan diri.

"Halo Naza, kenalin nama Tante itu Aya ya. Panggil mama aja, soalnya sebentar lagi kamu juga jadi menantu saya." Ujar Aya.

Nazaya tersenyum canggung lalu mengangguk dengan kaku. "Oke ma."

"Anak mu mana?" Tanya Jessica.

Aya memutar bola matanya malas, "biasalah! Ngurus pekerjaannya di perusahaan bapak nya. Sok sibuk tu anak." Ujar Aya kesal melihat tingkah anaknya yang selalu memikirkan pekerjaan nya.

"Permisi, maaf saya telat." Panjang umur, baru juga dibicarain nongol tuh orang.

Nazaya mengalihkan pandanganya kearah seorang gadis dengan rambut yang ia potong wolfcut. Wow? Aira?

"Ketos nyebelin?!" Pekik Nazaya kaget.

"Loh? Siswa centil?" Balas Aira kaget.

Nazaya memperhatikan penampilan Aira dari atas hingga bawah. Errr.. sangat sexi kyahhhh.

"Ngapain Lo disini?" Tanya Aira.

"Gue mau dijodohin. Jadi Lo yang mau dijodohin Ama gue?!"

Aira hanya mengedikan bahunya tak tau.

"Wahhh? Kalian udah pada kenal ya?? Bagus! Jadi kita tinggal nentuin tanggal nikah nya aja kan?? Ayok duduk dulu." Ujar Aya lalu duduk disebelah Gibran.

Aira dengan malas duduk berhadapan dengan Nazaya. Begitupula dengan Nazaya.

"Jadi kalian udah kenal ya?" Tanya Jessica.

"Iya."

"Enggak."

Keduanya menjawab dengan bersamaan namun dengan jawaban yang berbeda.

"Tega banget Lo kak! Sok gak kenal gitu sama gue." Ujar Nazaya kesal.

Aira mengedikan bahunya tak peduli, ia lantas mengambil Jus mangga yang berada di meja lalu meminumnya.

"Emang gitu kan?" Jawabnya tak peduli.

Nazaya mengepalkan tangan nya di bawah meja.

"Ihh lu benar-benar ya!" Nazaya bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju Aira dan memukul pundaknya keras hingga Aira mengaduh.

"Mampus!" Ujar Nazaya puas.

Aira hanya menatap Nazaya membuat sang empu menjadi salah tingkah.

"K-kak-"

"Lo lucu."

Blushh

Mati sudah, ia yakin saat ini pasti mukanya merah seperti tomat.

"Salting ya Lo? Gitu aja kok salting." Ujar Aira menggoda Nazaya membuat sang empu kesal lalu hendak melayangkan pukulan mautnya, namun dengan cepat pula Aira menghindar lalu pergi dari kejaran maut Nazaya.

Meninggalkan ke empat orang tua yang melihat mereka seperti orang bego.

"Harus kah kita seperti itu?" Tanya Gibran.

"Gue gibeng, mau?" Balas Aya, Jessica dan Joshua serentak.

Gibran hanya mampu mengerucutkan bibirnya sebal.

TBC~~

My dominan girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang