23|lagi?

380 21 0
                                    

Voteeee muehheheh
.
.
.
PLAKK!

Tamparan keras dari max membuat kepala Aira berpaling. Gadis itu menyeka darah yang berada di ujung bibirnya akibat tamparan keras dari max.

"Dasar cucu gak tau di untung! Maksud kamu apa ngebakar gudang penyimpanan senjata hah? JAWAB AIRA!" Tutur max diakhiri dengan bentakan keras nya.

Aira terkekeh pelan. "Ketahuan ya?Anggap aja sebagai balas dendam karena udah ngebuat Nazaya tidur di rumah sakit. Masih baik gak saya bikin anda tidur di tanah." Ujar Aira kelewat santai.

"Kamu!! Sepertinya pria itu membawa pengaruh buruk untuk mu!" Ujar max diakhiri dengan senyum miring nya.

Aira mengangkat sebelah alisnya, "apa yang anda rencanakan max?"

"Hanya...sebuah permainan, yang mungkin bisa merengut nyawanya." Ujar max.

Gadis itu mengepalkan tangannya kuat, alisnya menukik tajam disertai dengan urut urat lehernya yang menonjol.

GREP!

Aira mencengkram kuat kerah kemeja yang max kenakan. "Berani lo sentuh Nazaya seujung kuku pun. Mati lo sama gua max. Lo mati ditangan gua." Ujar Aira tajam. Gadis itu menatap bola mata max dengan penuh kebencian.

Max mencengkram balik tangan Aira, pria itu kesulitan untuk mengambil nafasnya sangking eratnya Aira mencengkram kerah kemejanya.

"M-memangnya apa yang bisa kamu lakukan? Kamu hanya seorang gadis yang berdiri diatas harta orang tua mu." Ujar max sedikit terbata.

BUGH

Satu bogeman mentah dari Aira untuk max berhasil mengenai pipi pria itu. Pria itu menyeka sudut bibirnya yang berdarah.

"Anggap aja itu sebagai balasan gua untuk tamparan lo tadi. Impas kan? Max gua bisa lebih keji dari apa yang lo bayangkan." Ujar Aira bersedekap dada lalu pergi meninggalkan Max.

Max terkekeh lalu tertawa kuat. "Kita lihat, seberapa jauh kau melangkah."
.
.
.

Aira mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Gadis itu berhenti disebuah bar tempat langganan nya ketika ia sedang banyak pikiran.

Gadis itu melangkah kan kaki nya untuk masuk kedalam bar. Suara dentuman musik langsung masuk kedalam indra pendengarannya, gadis itu melangkah menuju lantai dua bar yang ia datangi lalu mengambil ruangan VVIP.

Membanting tubuhnya di sofa lalu memijat pelipisnya berharap akan mengurangi rasa pening dikepala nya.

Mengambil salah satu minuman keras yang sudah tersedia dimeja lalu menuangkan nya kedalam gelas lalu meneguk nya. Sensasi panas langsung ia rasakan ketika cairan itu masuk kedalam tenggorokannya. Membuat ia menginginkan lagi, lagi, lagi, dan lagi.

Kepalanya mulai pusing, matanya sudah berkurang kunang dan memerah. Gadis itu berjalan dengan lunglai menuju lantai bawah dan berjalan menuju pintu bar. Tak jarang ia beradu siku oleh pengunjung lainnya.

Gadis itu berjalan kearah mobilnya dan berpegangan pada body mobilnya, sangat tidak enak.

"Hoek." Aira dengan terburu-buru berlari kearah selokan dan memuntahkan isi perutnya.

"Hoek!" Lagi.

"Huek!" Lagi.

"Uek!" Dan lagi.

"Minum lagi kak?" Tanya seorang pemuda dibelakangnya. Pemuda itu memberikan Aira sebotol air mineral padanya.

Gadis itu menyeka mulutnya dengan air yang diberikan oleh pemuda itu lalu berbalik menghadap pemuda itu.

"Lo...siapa?" Tanya Aira merasa bingung sebab dipenglihatan nya semua buram.

"Lo gak ingat gua kak? Gua Nico, adek sepupu lo!" Balas Nico sedikit kesal, tega sekali melupakannya.

"Oh? Nico, bawa gua pulang nic." Ujar Aira merangkul pundak pemuda itu.

Dengan ogah-ogahan Nico membantu Aira menuju mobil gadis itu lalu meletakkannya disamping kursi pengemudi.

"Untung gua datang, kalau enggak bisa kecelakaan Lo bawa mobil dalam keadaan mabuk." Gumamnya lalu berjalan menuju kursi pengemudi dan mengendarai mobil Aira menuju rumah.

.
.
.

"Egh.." mata yang sedari tadi terpejam akhirnya terbuka. Aira menatap sekililing nya dengan perasaan ling-lung.

"Udah bangun kak?" Tanya seorang pemuda yang tak lain adalah Nico. Pemuda itu membawa nampan berisi obat dan juga bubur untuk Aira, tak lupa juga segelas air hangat.

"Nico? Kok lu bisa ada disini? Kemana aja lo selama ini?" Tanya Aira dengan perasaan bingung.

Pemuda itu hanyalah menyengir, "hehehe, gua ada urusan keluarga kak biasa, makannya ngilang. Nih makan dulu, terus minum obat." Ujar Nico.

"Kok lu bisa tau kalau gua ada di bar?" Tanya aira lagi.

Nico menghela nafasnya, "selama ini tiga tahun lo kemana aja? Pake nanya segala. Gua tau karena gua adik sepupu lo! Gua tau tentang lo kak. Lo bahkan yang ngajak gua ke bar itu dan cerita kalau tempat ternyaman lo saat ada masalah." Ujar Nico.

"Oh iyakah?"

"Pikun lo, udah makan lu, gua mau keluar dulu." Pamit Nico lalu pergi dari kamar Aira.

"Makasih." Ujar nya sebelum Nico benar benar keluar dari kamarnya.

Gadis itu menatap bubur dihadapan nya dengan tidak berselera. Namun, mau tak mau ia memakan bubur itu lalu meminum obat dan kembali tertidur.

Selamat malam dunia tipu-tipu.

TBC~

Ayok kita maki max yuk...greget gua tu aki-aki kagak mati-mati.

Gua matiin lo, mampusss!

My dominan girl [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora