25|akhir bahagia

1K 45 7
                                    

Aira kini termenung di kamar nya. Ia duduk di kasur dengan menekuk kan kedua lututnya lalu menenggelamkan wajahnya di antara lutut nya.

Tangan nya terkepal kuat disusul deru nafasnya yang tak beraturan, dadanya naik turun dengan cepat, ia memejamkan matanya kuat dibarengi dengan jatuhnya air dari matanya.

Tertekan, marah, sedih, kesal. Semua menjadi satu. Hawa dingin menerpa kulit nya membuat kulitnya meremang.

Aira menatap pintu balkon yang sengaja ia buka. Matanya membulat kala ia melihat seseorang yang berdiri di tengah-tengah pintu balkon dengan keadaan yang tidak baik baik saja.

Gadis dengan dress putih lalu ada bercak darah di dress nya dan rambut kusutnya lalu jangan lupa dengan muka nya yang terlihat mengerikan dengan darah kering disana.

Gadis itu melangkah mendekati Aira. Lalu mencengkram erat lehernya hingga Aira terbatuk.

"Kenapa aku gak ditolong? Kenapa? Kenapa? KENAPA???" teriak gadis itu pada Aira.

Aira mencengkram kuat tangan yang menyekik lehernya lalu memejamkan matanya berharap ini semua hanyalah mimpi semata. Namun, mau seberapa banyak ia mencoba tak ada hasil apapun.

"KENAPA AKU TAK DITOLONG SAAT ITU AIRA? KENAPA??" Teriak gadis itu lagi.

Aira mengerutkan keningnya walaupun lehernya dicengkeram kuat. "V-viona?" Ujar nya terbata-bata.

Gadis didepannya ini memiringkan kepalanya lalu tersenyum menyeringai dan tertawa terbahak-bahak.

"Iya, iya, ini aku. Kaget..hm?" Tanya Viona dengan berbisik, gadis itu semakin mengeratkan cekikan nya membuat pasokan udara Aira semakin menipis.

BUGH

Aira memukul wajah Viona hingga gadis itu jatuh. Setelah cekikan nya terlepas, Aira terbatuk dan mengambil rakus udara.

Disana viona terkekeh pelan, lalu bangkit dengan perlahan, matanya melirik kesana kemari mencari senjata yang ingin ia gunakan, lalu mengambil tongkat baseball dan menggeret nya mendekat kearah Aira yang masih mengatur nafasnya.

Gadis itu menjambak rambut Aira hingga kepalanya mendongak menatapnya.

"Tau Zeo?" Tanya Viona membuat Aira membulat kan matanya.

"Yaa...dia adalah orang yang lu bunuh dengan keji. Dia kakak gua. Dan kami berdua berada dibawah perintah max." Ujar Viona diakhiri dengan seringai nya.

Aira semakin membulat kan matanya mendengar apa yang baru saja ia dengar.

"Tapi...gak ada waktu lagi buat lu kaget." Ujar Viona lalu memukul wajah Aira dengan tongkat baseball yang ia ambil tadi.

Darah menodai lantai kamar Aira. Viona tersenyum senang melihat Aira yang pasrah dan tanpa perlawanan.

Gadis itu kembali memukul Aira dengan tongkat baseball nya membabi buta hingga ia tergeletak di lantai. Nafasnya masih ada namun sangat tipis.

Viona menaikan kakinya ke dada Aira dan menginjak nya kuat kuat lalu tertawa kuat.

"Ahahaha! Astaga ini sangat menyenangkan...sangat menyenangkan." Ujar nya bak orang kesetanan.

Gadis itu mendekat kan kepala nya pada telinga Aira lalu berbisik pelan. "Mati lah, lalu masuklah kedalam neraka." Setelah nya viona menginjak kepala Aira hingga gadis itu menghembuskan nafas terakhirnya.

Malam itu, dengan hawa dingin yang menusuk. Aira merenggang nyawa di kamar miliknya sendiri. Aira dinyatakan pergi untuk selama-lamanya.

.
.
.

Nazaya menatap gundukan tanah basah itu dengan raut tak percaya nya. Ia tak lagi menangis namun rasa sesak tetap ada di dadanya. Aira pergi meninggalkan nya untuk selama-lamanya.

"Zaya, pulang yuk? Kamu udah dua jam disini loh..bentar lagi hujan." Ajak Jessica lalu menatap langit yang semakin gelap.

"Zaya-" Joshua menggenggam lengan istri nya dengan lembut lalu menggeleng pelan.

"Biarin aja. Ayok kita tunggu dimobil." Ujar Joshua. Jessica menatap Nazaya sebelum akhirnya menurut.

Tes
Tes
Tes

Rintik hujan mengguyur pemakaman pada siang itu. Mengguyur tanah basah dan juga pemuda yang masih duduk terdiam disamping makam seseorang. Tak peduli bahwa kini tubuh nya juga ikut basah.

"Jahat. . ." Bisiknya parau dengan air mata yang menyatu dengan derasnya hujan seakan-akan langit juga merasakan betapa sakitnya Nazaya.

"Ayok balik sama aku kak. . .balik." pemuda itu menunduk dengan tangan mengepal tanah kuburan.

Perlahan tangan yang ia kepalkan mengendur. "Maaf.." bisiknya dengan suara yang tertimbun derasnya hujan.

Tak jauh dari tempat Nazaya berada seorang gadis dengan pakaian serba hitam nya menatap pemuda itu dengan ekspresi datar. Baju yang ia kenakan kini sudah basah karena air hujan.

"Malang sekali." Ujar gadis itu lalu menaikan kacamata hitam nya dan pergi dari sana.

End?

Tentu tidak. Permasalahan di cerita ini belum tuntas. Teka-teki didalam cerita ini belum terungkap. Dan masih banyak misteri yang harus diketahui.

Dan sepertinya... cerita ini tak akan pernah tuntas walaupun ending nantinya.

TBC~

Woahhh gimana? Gimana? Niatnya tadi mau matiin si max tapi kayak sayang gak sih? Mending Aira aja gak sih yang mati? Kan lebih asik, MUAHAHAHAH

My dominan girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang