1. Happy Weekend.

1.2K 92 11
                                    

Welcome Piu!

Readers lama wajib vote++komen ulang.

***

Gadis kecil berponi itu perlahan membuka mata saat sesuatu menusuk-nusuk pipinya. Netranya menangkap wajah menawan sang ibu yang berada di samping. Sedikit menggeliat, ia lalu kembali menarik selimut menutupi seluruh tubuh mungilnya.

Jennie mendengus gemas melihat tingkah sang anak. Ia menyingkap selimutnya membuat cahaya matahari yang masuk lewat celah jendela menyorot langsung di wajah mungil itu. Jennie terkekeh saat wajah damai anaknya berganti dengan wajah kesal karena tidurnya terganggu.

"Morning, kids," sapa Jennie bertepatan dengan Canny yang membuka mata.

"Adek masih ngantuk, Mom ...," rengek gadis kecil berusia 5 tahun itu.

Jennie mengecup bibir mengerucut sang anak. "Mana yang katanya mau jadi anak penurut?"

Mengabaikan ucapan sang Mommy, Canny memilih bangun dengan terpaksa. "Daddy udah pulang?" tanyanya.

Mengingat selama 3 hari ini sang Daddy, Jisoo, pergi ke luar kota dengan alasan pekerjaan, dan kemarin memberi kabar bahwa akan sampai di rumah larut malam. Yang tadinya Canny berjanji hendak menunggu kepulangan Daddy tercintanya menjadi batal karena matanya yang sudah mengantuk sejak sore.

"Sudah. Makanya buruan bangun. Mommy mau lanjut masak. Jangan lupa kakaknya dibangunin." Jennie beranjak keluar kamar.

Canny menoleh ke arah samping, tempat ranjang Ayoni, kakaknya, tertidur. Kamar yang luas itu berisi dua ranjang ukuran tanggung. Ranjang Canny di pojok kiri dan ranjang Ayoni di kanan. Walaupun lebih sering bertengkar, keduanya kompak meminta untuk tidur satu kamar. Perbedaan selera keduanya menciptakan dua konsep berbeda dalam satu ruangan. Canny memilih konsep luar angkasa di pojok wilayahnya sedangkan Ayoni lebih suka warna yang cerah menyala.

"Yon, bangun!" Canny menggoyangkan tubuh kakaknya. Tidak ada embel-embel 'Kakak' untuk panggilan Canny kepada Ayoni. Jisoo dan Jennie selalu membiasakan dan menekankan panggilan itu, namun Canny tetaplah Canny yang keras kepala. Katanya...

Kan cuma jarak satu tahun.

Bocah itu memang sangat pandai bicara. Kurangajar memang.

Tak mendapat respon Ayoni membuat Canny sebal. Tiba-tiba terlintas ide brilian di otaknya. Canny masih ingat betul kejadian semalam. Kejadian saat dia yang hendak masuk kamar dikagetkan Ayoni dari balik pintu membuatnya tersandung dan bersimpuh mengenaskan di depan pintu.

Tanpa perasaan Canny menyeret kaki Ayoni yang sedikit lebih besar darinya ke bawah. Hasilnya Ayoni terjatuh dari kasur dengan pantatnya yang lebih dulu mengenai lantai. Untung ranjang tempat tidurnya tak terlalu tinggi, namun tetap saja sakit, saat kepala bagian belakangnya terpentok pinggiran ranjang.

"Awshh." Ayoni meringis mengusap-usap kepalanya. "Sakit!"

Canny tertawa puas di atas rasa sakit kakaknya. Namun tawanya langsung terhenti saat melihat Ayoni yang sudah berlari ke luar kamar. Canny sudah bisa menebak, kakaknya yang manja itu pasti akan mengadu ke Mommy-nya yang akan membuatnya berakhir mendapat omelan.

Canny mendengus. "Dasar tukang ngadu!"

Sementara itu, Jisoo yang baru membuka mata mencari sang istri yang sudah dipastikan sedang berkutat di dapur. Benar saja, wanita-nya itu sedang sibuk memasak seraya bersenandung kecil, bahkan tak menyadari kehadirannya. Jisoo menatap punggung Jennie yang membelakanginya. Punggung yang masih kurus dan ramping walau sudah melahirkan dua buntut.

Double J Kim Family | JensooWhere stories live. Discover now