Bab 3: Pemuja Kerang Ajaib

1 0 0
                                    

Jakarta, 2016

Konon, katanya di sebelah rumah kakek Kinar itu memelihara pesugihan yang membuat mereka kaya tujuh turunan. Rumah di kanan lebih kecil dari rumah kakeknya, dan rumah di kiri yang paling besar di komplek ini. Bahkan sudah bisa dikategorikan sebagai mansion. Saat pertama kali datang ke lingkungan ini Kinar pikir isinya mungkin orang-orang yang sudah sepuh dan sibuk dengan urusannya masing-masing. Tetapi Kakek bilang mereka punya anak seumuran Kinar dan sama-sama bersekolah di Sellese.

Ia penasaran dan mulai menantikan kapan bisa bertemu dengan anak yang terlahir memegang sendok emas itu. Kadang-kadang ia menunggu anak di rumah sebelah keluar gerbang di pagi hari saat berangkat ke sekolah agar mereka bisa berteman. Suatu hari ia bertemu Derrys pulang sekolah mengendarai sepedanya dengan santai, melewati jalan yang sama dengan Kinar sampai tak sengaja terciprat air dari kubangan yang dilewati mobil mamanya.

Derrys lempeng saja memaafkan dan segera pulang disambut para pelayan serta ajudan yang langsung membereskan kekacauan yang terjadi padanya. Keesokan harinya jalan berlubang itu sudah diperbaiki keluarga Derrys.

"Kamu harus bisa akrab sama dia." Begitulah harapan mamanya saat mengetahui sekaya apa keluarga Derrys.

Padahal di sekolah anak itu selalu dikenal sebagai orang yang bahkan tak terlalu dianggap keberadaannya, semua mengira kalau Derrys itu anak beasiswa yang miskin. Sebab ia selalu mengumpulkan barang bekas di sekolah seolah bahkan tak mampu beli beras. Bahkan sebenarnya sampai hari ini Kinar masih tak percaya kalau Derrys benar-benar orang berada.

"Ekstrakurikuler orkestra kamu gimana?" Tanya Mama Kinar tanpa tahu berita soal anaknya. Kinar diam-diam telah memblokir semua media yang menampilkan berita Kinar di ponsel mamanya saat ia tidur.

"Kayak biasanya ma, lancar."

Mama tampak antusias dengan cerita Kinar. "Udah bisa river flaws in you?"

Kinar mengangguk ragu. Ia belum menyentuh piano lagi sejak dikeluarkan dari orkestra dan belum ada orkestra di Jakarta yang menerima lamarannya. Sepertinya dampak dari berita itu benar-benar sangat besar. Ia bingung harus menyesuaikan lingkungan bagaimana lagi di sini sebab hidungnya tak kunjung membaik.

"Oke, berarti nanti pas ulang tahun pernikahan mama papa kamu bisa kan bawain lagunya?"

Ah, sial. Perayaan ulang tahun orantuanya biasanya dirayakan dengan meriah dan Kinar takut menampilkan pertunjukan yang buruk saat sedang sendirian. Kinar memang berbakat dalam orkestra, tetapi ia tak pernah percaya diri saat bermain musik secara solo.

"Kamu beliin gula ya nak, lagi habis nih."

Kinar mengangguk dan bergegas keluar rumah, berlama-lama di dalam sana berpotensi membuat mamanya terus bertanya-tanya. Ia berjalan kaki ke warung terdekat di luar kompleknya sambil mendengarkan musik dari akun soundcloud milik GREENLANTERNX yang mengisi hari-harinya setahun belakangan ini. Suaranya merdu dengan lagu alunan instrumen folkpop yang menenangkan. Bisa menjadi pelarian Kinar dari hiruk pikuk dunia orkestra yang emosional.

"Kamu teh yang baru pindah deket rumah gedong itu ya?"

Kinar mengangguk canggung. Hari-hari dikenal sebagai tetangga Derrys yang kaya raya.

"Ohh, pernah ngerasa ada bau melati gak teh?"

Kinar mencodongkan badannya. "Em, kadang-kadang. Emangnya kenapa, Bu?"

"Katanya sih dulu leluhur mereka pemuja-pemuja gitu."

"Pemuja apaan, Bu?" Tanya Kinar makin penasaran.

"Pemuja kerang ajaib, Nak."

"Yang bener? Ibu dikasih tau siapa emang?"

"Itu, orang-orang di grup wa pernah ngeshare katanya kalo mau rumah gedong gitu kudu cari kerang ajaib," jawabnya bersemangat. "Tahu nggak teh kerang ajaibnya kayak gimana?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 03 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Resonansi Dari AkarWhere stories live. Discover now