Keadaan canggung masih saja Keyla rasakan sejak ia bergabung dalam anak-anak lima besar ini. Sepertinya gadis itu akan merasakan bosan yang berkali-kali lipat hingga semester ini berakhir. Jika ditanya menyesal atau tidak gadis tersebut menduduki ranking dua, jawabannya bisa iya dan bisa tidak.
Keyla senang mendapatkan ranking dua bukan karena fasilitas yang ia terima sekarang, tetapi karena dirinya bangga terhadap diri sendiri, karena ternyata kepintarannya diakui oleh SMK Nusa Bina. Keyla tidak senang mendapatkan ranking dua karena sistem lima besar ini.
Gadis itu muak, sungguh.
Keyla tidak suka berada di situasi yang menurutnya terlalu serius. Ia lebih suka bercanda, tertawa, atau membahas hal random lain, atau mungkin membahas gosip aktris yang tengah panas diperbincangkan. Ya, Keyla ingin hidup seperti remaja normal, bukan seperti ini.
Sembari mengaduk makanannya dan menyuapi makanan empat sehat itu ke dalam mulutnya, Keyla berdeham. Hal tersebut jelas saja mengundang perhatian seisi meja, bukan seisi kantin karena suara dehamannya tidak sekeras itu.
Karena gadis itu pikir menceritakan pengalaman lucu bukanlah hal yang baik untuk menjadi topik mereka, akhirnya gadis pemilik lencana #2 itu memilih untuk membahas kerja kelompoknya saja.
"Gue mau ngomong ke kalian bentar," ucap Keyla, benar-benar canggung.
Tatapan Riyan dan Ratu datar, berbeda dengan Pangeran yang menunjukkan sedikit antusiasnya untuk mendengarkan apa yang hendak Keyla bicarakan.
Menunduk sekilas, lalu kembali mendongak. Gadis yang kini sudah melipat kedua tangannya di atas meja dekat makanannya itu pun mulai membuka topik dengan sebuah pertanyaan, "By the way, gue cuma mau nanya aja ke kalian. Kita butuh pertemuan buat bahas tugas Etprof gak? Kalo butuh, kapan kita mau ngerjain barengnya?"
Lembut.
Lebih tepatnya ragu untuk mengungkapkan apa yang memenuhi pikirannya. Keyla tidak seberani itu untuk berhadapan dengan wajah datar tapi mengintimidasi dari Riyan, dan Keyla tidak sekuat itu ditatap tajam oleh Ratu dengan desisan tidak suka dari primadona sekolah ini.
"Menurut gue butuh," balas Riyan. Seperti biasa, ia hanya menunjukkan ekspresi tenangnya. Lalu, lelaki itu lanjut memakan nasi dan lauk yang sudah disendoknya.
"Lo gimana, Tu, Pang?" Keyla beralih kepada Pangeran yang mengangguk saja dengan mengerling sekilas, dan Ratu hanya mengedikkan bahu tanda terserah Keyla saja.
"Kalau gitu hari Sabtu aja gimana? Kan, libur. Kalau Minggu takutnya kalian mau istirahat," usul Pangeran.
"Gue gak bisa. Sabtu ada casting."
Keyla, Pangeran, dan Riyan mengalihkan pandangan mereka sepenuhnya pada gadis berparas cantik bak ratu sesuai namanya itu. Pangeran menggaruk tengkuknya lebih dulu sebelum melanjutkan usulannya.
"Kalau Jumat sore? Ada yang keberatan gak?"
"Gue ngikut aja," seru Riyan.
"Lo, Tu?"
"Bisa."
"Lo sendiri gimana, Key?" tanya Pangeran. Memang hanya Keyla yang bisa ditatap santai oleh Pangeran.
"Gue, sih, ayo aja. Di rumah lo, ya, Pang?"
"Oke. Lo berdua keberatan gak kalo kerja kelompoknya di rumah gue?" Pangeran kembali bertanya kepada duo arogan itu.
Riyan dan Ratu sontak saja bersitatap. Keduanya menjawab kompak, "Nggak."
Lagi pula, tidak mungkin juga mengerjakan tugas di rumah mereka yang penuh rahasia itu. Akan lebih baik jika mereka tidak berurusan dengan dua insan itu hingga tahu latar belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Crazy Class
Mystery / ThrillerDisatukan dengan murid-murid ambisius bukanlah keinginan seorang Keyla Zeara. Entah keberuntungan apa yang membuat dia mendapatkan beasiswa hingga bisa masuk ke sekolah gila ini. Keyla pikir, hanya dia yang pintar. Keyla pikir, kepintarannya tak ada...