44 23 24 42 44 54 / 34 33 15

5.5K 439 69
                                    

Allow semua.. gimana kabar kalian? Semoga selalu baik-baik aja yaaa!!

Btw, sebelum baca.. aku mau tanya nih. Kalau cerita ini terbit, kalian mau beli, 'kan?

In Syaa Allah cerita The Crazy Class mau terbit gaiss!!

Tapi tenang, aku akan tamatin cerita ini di Wattpad tapi dengan ending yang beda sama novelnya nanti.

Itu aja, sih.

Happy reading, luvvv!!

***

Gadis yang sudah rapi mengenakan jas merah jurusan kebanggannya tengah duduk di kursi dengan mengetuk-ngetuk meja makan. Bukan, bukan karena dirinya sudah terlambat menuju ke sekolah. Namun, keluarganya yang sekarang tengah lengkap ini membuat hatinya berdebar kencang.

Lebih tepatnya, Riyan ada di antara Hani, Daniel, Dewangga, dan Keyla. Tatapan sekaligus senyum canggung dari Riyan tercetak jelas, apalagi Dewangga yang sudah siap ingin mencecar Riyan karena sok malu-malu itu. Telihat, Riyan menyendokkan nasi uduk itu ke mulutnya dan beberapa detik kemudian sepertinya rasa canggung itu menghilang.

Melihat Riyan yang sepertinya sudah tergila-gila masakan Hani, membuat mama dari Keyla itu tersenyum lebar. Kebetulan, Hani duduk di sebelah Riyan hingga tanpa ragu untuk mengelus pelan punggung pacar anak perempuannya itu.

"Sarapan yang banyak, Nak Riyan. Biar makin rajin belajarnya dan otaknya makin encer," ucap Hani lembut kepada Riyan.

Lelaki yang kelihatan lahap menyantap nasi uduk buatan Hani itu pun mengangguk. Riyan yang tadinya malu-malu, kini berubah seperti sudah menjadi bagian dari keluarga ini.

Ya, bagaimana? Perut Riyan sangat menerima masakan Hani yang sangat enak ini dan nyaman masuk ke dalam perutnya. Jadi, untuk apa menyembunyikan ekspresi excited-nya memakan masakan Mama Keyla?

Dewangga mengerucutkan bibir mendengar penuturan mamanya. "Dia, mah, gak makan seharian juga jenius, Ma," celetuk Dewangga.

"Daripada kamu? Belajar aja malas," sahut Daniel.

Papa Dewangga dan Keyla yang sedari tadi diam pun ikut membuka suaranya. Terlihat Dewangga menatap sinis ke arah Riyan, seakan mengajak lelaki itu bermusuhan. Ia tidak rela saja orang tuanya lebih memperhatikan Riyan daripada dirinya.

Kebetulan, Daniel sudah mengenal Riyan karena merupakan sahabat Dewangga, 'kan? Walau pria paruh baya itu tidak tahu bahwa Dewangga dan Riyan sedang ada masalah.

Riyan menjawab dengan senyuman yang jarang ia tunjukkan kepada orang lain. "Makasih, Om, Tante. Saya senang bisa sarapan bareng kalian. Saya jadi kangen masakan mama saya."

Hani membalas, "Sama-sama. Mumpung Tante lagi masak banyak, sih. Lagian Tante senang Key pacaran sama kamu. Kamu ganteng, pinter, sopan lagi."

"Puji trus, puji. Gak Mama, gak Papa, lebih suka anak orang daripada anak sendiri," sindir Dewangga. "Apalagi Papa. Dari dulu kepengen ngangkat Riyan jadi anak melulu."

"Siapa juga yang gak mau ngangkat Riyan jadi anak? Udah ganteng, pinter, sopan lagi. Iya, 'kan, Ma?" goda Daniel yang mengulang kembali kata-kata istrinya di kalimat akhir sebelum bertanya.

Hani pun hanya bisa menggeleng pelan dengan senyum penuh arti. Melihat kedekatan Dewangga dan Daniel membuat hatinya tenang. Dua laki-laki itu berhasil mengisi kekosongan di hatinya dan menjadikan dia bersama Keyla menemukan pelindung baru dalam hidup.

The Crazy ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang