44 52 15 33 44 54 / 43 24 53

6.4K 549 118
                                    

Ratu menepis tangan Raden yang sepanjang jalan mencekalnya ketika mereka sampai di tempat yang sepi.

"Mau lo apa, sih, Den?"

"Sorry."

Area belakang SMK Nusa Bina. Tempat di mana minim orang berlalu-lalang. Raden membawanya ke sini.

Kini, keduanya bersitatap di mana Ratu menatap Raden nyalang dengan kedua tangan yang sudah dilipat di depan dada, sedangkan Raden menatapnya datar tetapi cukup merasa bersalah.

Menghela napas disertai decakan malas, Ratu pun mengajukan pertanyaan yang berputar di otaknya itu kepada Raden. Kakinya pun melangkah maju sekitar tiga senti mendekati Raden. Gadis yang dikenal sebagai primadona sekaligus aktris tersebut mendongak semakin menatap Raden dengan intens.

"Kenapa? Lo takut kalo gue jujur ke Key? Lo takut rencana lo gagal, hah?” tanya gadis pemilik lencana #3 X AKL 1 tersebut dengan raut menantang.

Raden memasukkan kedua tangannya di saku jas. Lalu menjawab dengan tenang, "Gue nggak tau rencana apa yang lo maksud ke gue karna gue gak punya rencana apa pun. Tapi gue cuma gak mau lo memperkeruh keadaan. Dengan lo ngaku ke Key soal skandal kemarin, Key bakalan semakin ngerasa dirinya salah. Gue tau, dia pasti bakalan maafin lo. Tapi hal itu tetep gak mengubah Rea bisa deket lagi sama Key. You definitely understand what I mean."

"So? What should I do?"

Raden mendekatkan wajahnya dengan wajah Ratu, lalu berbisik di telinga kiri gadis itu, "Lakuin aktivitas kayak biasanya aja." Setelahnya memundurkan wajah, dan kembali menatap Ratu cukup intens. Karena tidak ada balasan, Raden pun mengganti topiknya. "Btw, gue lagi nyurigain sesuatu."

"Apa?"

Terlihat, raut yang Ratu tunjukkan sangat penasaran.

Raden menjawab, "Bentar lagi, kan, praktik ekonomi dengan buka bazar mau dimulai. 5 besar kelas XII AKL 1 mau mulai ngelancarin aksinya pas bazar sekolah selesai."

"Sorry?"

"Kak Angga, Kak Duta, Kak Dumai, Kak Ziva, sama Kak Fhania mau ngehancurin sistem 5 besar SNB. Kalo kita bikin skandal baru, itu bisa ngehancurin planning mereka."

Ratu menaikkan sebelah alisnya. “Emang apa yang bakal mereka lakuin?”

Menggeleng pelan dengan bahu yang diangkat sekilas tanda tidak tahu, Raden kembali berkata, “Gue nggak tau. Gue cuma denger pas Kak Angga ngomong sama Kak Duta di markas, Kak Angga nelpon Kak Fhania dan bilang kalo mereka mau mulai aksi pemberontakannya.”

"Kalo gitu, kita juga harus ngelakuin sesuatu."

"Buat?" Kini, Raden yang menaikkan sebelah alisnya dan terlihat penasaran.

Mengapa tiba-tiba Ratu semangat? Padahal Raden tidak terlalu yakin untuk membahas hal ini kepada Ratu. Namun, menurutnya orang yang bisa Raden ajak bicara saat ini hanyalah gadis itu.

Walau sedikit judes dan songong, Raden akui bahwa ia selalu merasa sefrekuensi dengan Ratu.

Ratu memilih duduk di batu besar yang ada di sana. Lalu melanjutkan topiknya dengan Raden, "Buat bantu mereka? Gue juga muak ada sistem 5 besar ini."

Raden pun merendahkan tubuhnya, berjongkok di depan Ratu dengan kaki sebelah kiri menyentuh tanah, sedangkan kaki sebelah kanannya ia lipat untuk menumpu tangan kanannya.

Lelaki urakan yang tampilannya setengah berandal ini memiringkan kepalanya ke kiri untuk menatap Ratu lebih intens lagi. "Bukannya lo ambis buat dapetin ranking 2 dan dapetin fasilitas dari SNB? Lo bikin skandal buat Key dengan tujuan bikin Key kepikiran masalah rahasia 5 besar SNB, 'kan? Lo mau bikin dia selalu mikirin tumbal SNB karena Key udah bocorin rahasia 5 besar SNB? Gue bener, ‘kan?"

The Crazy ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang