Bab 29: Rescue Mission

5.9K 514 24
                                    

Team Shadow tiba di TKP jam 8 pagi. Di misi kali ini, hanya ada mereka. Tidak ada bantuan dari Tim Metro, ataupun Brimob, atau tim lapangan lainnya. Pak Dewa hanya memberikan dua anggota Kopassus setempat yang sudah siap untuk membantu.

Dari atas gedung bekas kantor tak terpakai, Danil mengintai seluruh TKP dengan teropongnya. Ia telah menyiapkan laras panjangnya tapi sungguh sama sekali tak berniat memakainya. Warga sekitar sudah beraktivitas. Anak-anak sudah masuk sekolah sehingga yang berlalu lalang hanya ibu-ibu yang pulang dari pasar.

Paul memulai aksinya, bertanya ke warga sekitar mengenai kios yang terbakar. Akhirnya ia menemukan tempat itu. Kios yang terbakar dua dekade silam telah menjadi rumah kecil. Dari luar, tidak tampak kehidupan, semua jendela dan pintu tertutup rapat, terlihat seperti rumah yang lama tidak ditinggali.

Sementara Renner, Iqbal, dan Syarla masih berada dalam mobil van, yang berada tak jauh dari gedung yang ditempati Danil. Tak lama, Iqbal turun dari mobil menghampiri Paul yang masih berdiri di seberang rumah tersebut. Menggunakan alat infrared thermal imaging Iqbal memindai rumah tersebut.

Dari alatnya, ia bisa melihat bahwa memang ada tiga orang di dalam rumah itu. Satu orang terduduk di lantai, hampir rebahan. Satu duduk di kursi, dan satu sedang berdiri dan memengang telinganya - sepertinya ia sedang berbicara di telepon.

 Satu duduk di kursi, dan satu sedang berdiri dan memengang telinganya - sepertinya ia sedang berbicara di telepon

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bang, confirm, ada orang di dalem." sahut Iqbal lewat comms-nya.

Renner memutar otaknya, "Sini dulu." perintahnya.

Mereka tidak tahu apakah orang-orang tersebut merupakan orang-orang Phyton atau bukan, dan apakah Tama termasuk diantara tiga orang tersebut.

Paul dan Iqbal kembali bergabung dengan Renner dan Syarla di dalam van. Renner langsung memberi perintah, "Bal, lu pura-pura anter paket. Ketok terus sampe orangnya keluar. Pokoknya orangnya harus buka pintu."

"Danil, lo harus bener-bener liat pas pintu itu dibuka, ada Tama atau enggak." serunya lewat comms-nya.

"Syarla, lo monitor terus ya CCTV sekitaran sini yang kita udah pasang tadi. Kalo orangnya Phyton muncul, langsung lapor. Bang Danil udah siapin sniper gun. Langsung kontak Bang Ale dan Bang Jo juga ya, mereka di pojok sana." lanjut Renner lagi. Bang Ale dan Bang Jo adalah dua anggota Kopassus yang diperintah Pak Dewa, mereka telah mengambi posisi di sebuah warung yang tak jauh dari rumah tersebut.

"Gue sama Paul, bakal stand-by di sisi kanan kiri rumah, pas udah confirm itu Tama, kita langsung masuk. Jelas semua?" tanya Renner.

Dengan kompak mereka menjawab "jelas".

⏳⏳⏳

Sesuai rencana, Iqbal dengan persisten mengetok-ngetok pagar rumah itu, berseru "paket!" berkali-kali. Ia membawa kardus kosong dan berpakaian jaket ojol. Hampir lima menit ia berteriak, hingga suaranya serak, akhirnya seseorang keluar.

"Pergi lu! Salah alamat pasti!" seru seorang laki-laki berkepala botak yang keluar dari pintu rumah.

"Eh pak! Ini pokoknya saya antar paket!!" ujar Iqbal tak mau kalah. Danil mengintai tapi tidak bisa melihat apa-apa, pintunya terbuka terlalu sedikit.

"Bal, kurang Bal. Pancing lagi. Dan sampe Tama denger lo juga." ujar Danil.

"Cokelat Bal, cokelat." perintah Renner.

Cokelat adalah kode dalam kepolisian untuk mengidentifikasi diri mereka sendiri—dari seragam mereka yang berwarna cokelat.

"Isi paketnya cokelat, Pak! Ntar meleleh!" teriak Iqbal lagi, si botak yang tadinya hanya memunculkan badannya setengah di pintu, menjadi tak sabar.

"Lu bisa dibilangin nggak sih? Salah alamat! Saya nggak mesen cokelat!" teriaknya, keluar dari pintu dan berada di garasi sekarang.

Kemudian, ada suara pergumulan dari dalam rumah. Si botak menengok ke dalam, tidak terlihat dari POV-nya maupun Iqbal.

Tapi Danil melihat semuanya karena Tama berusaha bergerak dan memunculkan diri di POV Danil, yang bisa melihat ke dalam pintu rumah, "Confirm Bang. Go! Go!!" ujar Danil melalui comms-nya.

Paul, Iqbal, dan Renner, segera memanjat pagar, memasuki rumah tersebut. Si Botak yang berbadan besar, berusaha menghalangi mereka. Renner berhasil masuk rumah sementara Paul dan Iqbal masih berkelahi dengan Si Botak.

Di dalam rumah, Renner melihat Tama yang terikat kedua tangannya, tapi sudah berhasil melepaskan ikatan kakinya, sedang bergumul dengan pria bertato ular, jelas orangnya Phyton. Renner meninju badan pria tersebut hingga ia jatuh ke belakang. Ia kemudian berusaha melepaskan tali dari tangan Tama yang masuh terduduk.

"Awas Ren!" ujar Tama, Renner menoleh ke belakang, pria itu mengangkat kursi dan memukul Renner. Refleks Renner menangkisnya dengan tangan, kursi itu terlempar tapi meninggalkan memar di tangannya. Kemudian Renner mendaratkan tinjunya bertubi-tubi ke wajah pria tersebut. Dengan sisa-sisa kesadarannya, pria itu mengambil sebuah gelas dari atas meja dan memukulkannya ke kepala Renner. Renner terhuyung ke belakang.

Tama yang akhirnya meloloskan ikatan tangannya, membantu Renner membekuk pria bertato itu. Di garasi, Paul dan Iqbal juga akhirnya berhasil menetralkan Si Botak.

⏳⏳⏳

Team Shadow kembali ke Bintang untuk briefing akhir dengan Pak Dewa. Dua orang Phyton sudah tertangkap. Tama sedang diinterogasi oleh Propam untuk pelanggaran prosedur misi undercover-nya, sekaligus untuk mencari tahu keberadaan Falcon dan Phyton. Tapi akhirnya kepolisian sudah bisa secara resmi mengumumkan bahwa Falcon dan Phyton adalah buron.

"Kerja bagus, Renner dan Team Shadow. Kalian memang selalu bisa diandalkan." ujar Pak Dewa, "Cederamu nggak parah kan, Ren?"

"Biasa, Pak." Renner sempat diobati di RS Polri setelah semua anggota timnya memaksa. Karena luka di tangannya terlihat cukup mengkhawatirkan.

"Sesuai analisa kalian, Tama memang kabur dari Phyton. Dia juga membawa kabur blueprint-nya gedung Kejakgung yang udah dia dapatkan sesuai perintah Phyton. Dia nggak mau lari ke kita karena takut Phyton dan Falcon langsung kabur ke luar negeri kalau tau Tama itu polisi. Dengan dia 'ngilang', Phyton dan Falcon mau nggak mau harus cari dia dulu."

"Pinter banget." seru Iqbal.

Pak Dewa mengangguk, "Tapi kalian juga nggak kalah cermat. Bisa nemuin dia nggak lama setelah orang-orangnya Phyton. Kalo kalian lama dikit, bonyok di muka dia udah bisa nambah di seluruh badan itu."

Renner tersenyum masam, ia sungguh tidak ingin menyampaikan ke Pak Dewa kalau clue yang membawa mereka ke Tama berasal dari kotak pos Sabila. Ia juga belum menanyakan tentang hal ini ke Tama yang tadi langsung dibawa ke Propam. Juga, ia tidak tega melihat keadaan Tama yang sudah setengah mampus akibat bogem-bogem Si Botak.

"Kerjain laporannya sekarang ya. Habis itu, saya minta ke atasan kalian libur tiga hari." titah Pak Dewa sebelum pergi meninggalkan ruangan. 

------

Note: Haiii aku harap masih seru ceritanya smp sini. Mulai besok aku uploadnya 1 bab per hari, karena lagi banyak deadline kuliah nih. Semoga kalian masih mau mampir :) 

Two Worlds CollidingWhere stories live. Discover now