Bab 51: Laut & Langit

9.9K 668 189
                                    

Bab ini ada Trigger Warning-nya ya.
Readers discretion advised.
Mohon membaca dengan bijak.

—------

Renner terbangun pagi itu karena suara isakan Sabila.

"Ren...Sayang...bangun." ucap Sabila sambil terisak.

Ketika Renner membuka matanya, tidak hanya Sabila, tapi seluruh anggota timnya sudah ada di dalam kamarnya.

"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Renner sambil menegakkan badannya, heran melihat gadisnya sudah banjir air mata.

"Mas Sam..." Sabila terisak, tidak bisa melanjutkan.

"Sam, Ren." ucap Paul kali ini.

Ia terdiam, mengambil nafasnya sebelum melanjutkan, "Dia bunuh diri semalem. Suster jaga yang nemuin dia pagi ini."

Renner bergeming. Ini mimpi, kan? Atau dia salah dengar?

"Hah, nggak mungkin lah. Orang dia yang nyelamatin gua, dia bareng-bareng keluar dari rumah itu sama gua. Bukan Sam, kali." ucap Renner.

Tidak ada yang menjawab. Danil hanya menatap team leader-nya itu. Sementara Sabila masih terisak.

"Nggak mungkin kan, Sayang?" tanyanya ke Sabila, meraih tangannya.

Danil kemudian mendekat, "Dia OD, Ren. Ngambil morfin nggak tau darimana, terus masukin ke infusnya dia."

Renner menatap Danil, masih tak percaya. Bagaimana mungkin, orang yang sama-sama berjuang melawan mati di rumah terbakar itu bunuh diri? Ngapain? Pikiran Renner kacau.

"Dan...dia ninggalin ini. Buat lo sama Sabila." lanjut Danil, memberi secarik kertas yang dilipat, dengan tulisan "Renner & Sabila."

Tim Shadow lalu keluar kamar Renner, memberi ruang untuk pasangan itu membaca pesan dari Sam dan juga menata perasaan mereka. Renner meminta Sabila duduk di sebelahnya, meski sempit, tapi ia tak yakin ia bisa membaca apapun yang Sam tulis sendirian. Sabila yang kini sudah meredakan tangisnya, merangkul Renner dari samping, dan membuka lipatan kertas itu.

Renner & Sabila,

Makasih banyak selama ini udah bantuin gue. Sori kalo gue banyak ngerepotin. Kalian satu-satunya temen terdeket gue. Dan udah gue anggep kayak adik-adik gue sendiri.

Sebelum kalian mikir macem-macem, ini bukan salah siapa-siapa. Ini keputusan gue sendiri. Semoga ketika gue udah pergi, kalian bisa inget hal-hal yang baik aja tentang gue.

Renner, gue tau kesalahan gue banyak. Gue nggak sempurna ngejalanin tugas. Dan gue hampir bikin lo celaka. Gue ngerasa gagal, meskipun kasusnya selesai. Dan lagi, gue udah capek hidup kayak gini. Ganti-ganti identitas sampe gue nggak tau gue siapa. Gue cuma mau bilang, lo beruntung punya Tim Shadow. Dan kalo lo punya kehidupan di luar kerjaan, jangan pernah lepasin. Jangan jadi kayak gue. Pada akhirnya, gue cuma sebuah nama di list anggota kepolisian.

Sabila, maaf aku harus pergi. Sabar-sabar sama Renner ya. Orangnya keras kepala banget. Tapi aku harap, suatu saat kamu bakal tau semua kasus yang udah dia tanganin. Niat Renner selalu baik, cuma kadang dia suka nggak tau prioritas. Tapi aku yakin, langit akan terus menjaga kamu. Kalo akhirnya dia ngelamar kamu, jangan ditolak ya. Kalo dia nggak ngelamar kamu, yah - cupu lo, Ren.

Dan kalo gue boleh ngerepotin terakhir kali, tolong lepasin gue di lautan, dimana laut dan langit bertemu. Gue mau bersatu sama kedua orang tua gue.

Terima kasih. I wish you a happy and long life ahead, Renner & Sabila.

Over & out,

Two Worlds CollidingNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ