Promesse: 61

323 61 9
                                    

PROMESSE: 61

"MAU BUNDA BAKAR! INI SALAH SAMUDERA! SADAR SAM!"
- Camilla Shanaya

{Promesse🥀}

Camilla merasa ada sesuatu yang terjadi pada Menantu nya. Dimulai saat dia menjemput Misela, Perempuan itu tidak seceria biasanya. Biasanya Misela selalu tersenyum bahagia dan selalu mengajak nya mengobrol tanpa henti. Namun saat ini Misela hampir tidak berbicara sepatah kata pun.

Saat mereka berdoa di Gereja tadi juga Camilla mendapati Perempuan itu menangis. Entah apa yang di adukan nya kepada Tuhan, namun Camilla tau ada sesuatu yang terjadi pada Menantu nya. Apakah Misela dan Samudera bertengkar? Apakah Samudera menyakiti Perempuan itu. Ataukah ada sangkut paut dengan Sharaya. Camilla tidak bisa berpikir dengan baik. Salah dia jika berpikiran buruk tentang Perempuan bernama Sharaya itu, namun setiap melihat Perempuan itu, dirinya selalu merasa kehadiran nya di pernikahan Samudera dan Misela akan menyebabkan sesuatu yang buruk.

Camilla meraih tangan Misela dan digenggam nya. Camilla mendapati Misela yang langsung beralih pada nya. Mata sembab itu, tidak dapat membohongi dirinya. Mungkin Misela tidak mau bercerita tentang masalah nya, sehingga Camilla tidak akan memaksa Misela untuk berbicara.

"Misel"

"Iya Bunda?"

"Kamu lupa sesuatu?"

"Sesuatu?"

"Untuk Nua" Camilla tersenyum

Misela awalnya diam namun dengan cepat dia teringat akan hal itu. "Bunga mawar Bunda, aku lupa" cicitnya

Camilla merapikan rambut Misela dan mengambil sesuatu yang ia taruh sedari tadi disamping nya. Lima tangkai mawar merah yang masih segar. Camilla memberikan nya kepada Misela. "Bunda udah beli. Ayo turun, Bunda udah kangen sama Anak Bunda"

Misela tersenyum lebar walau matanya berkaca-kaca. Dia tidak melihat sedikit kesedihan pun di mata Camilla. Camilla malah terlihat bahagia. Misela diam saja saat Camilla menarik tangan nya untuk mengikuti nya dari belakang menuju makam Benua.

Begitu sampai, Misela melihat Camilla yang mengelus nisan Benua dengan hati-hati. Misela memperhatikan Camilla yang mengeluarkan sesuatu dari tas nya. Sebuah bingkai foto kayu menyimpan foto seorang laki-laki yang sangat ia cintai. Camilla menaruh bingkai itu di dekat nisan Benua dan beralih menatap nya.

"Bunda suka bawa foto Benua kalau kesini. Supaya Bunda bisa ngerasain kehadiran dia disini" Camilla menarik Misela untuk mendekat. "Bunda udah pernah bilang kan? Jangan nangis kalau ketemu Benua. Kenapa kamu masih nangis sayang?"

"Bun..." lirihnya. "Kenapa Bunda bisa sekuat itu?" Misela menyeka air mata nya. "Aku kuat tapi hati aku gak bisa. Kalau kesini mau nya nangis terus"

"Nua sudah pergi Misela. Dia sudah pergi jauh sekali. Pada kenyataan nya, kita dan dia sudah berbeda alam. Dia sudah menjalani kehidupan nya yang baru. Entah dia melihat kita atau tidak. Tapi satu hal yang kamu tau, ini hanya pemakaman Misela. Tempat peristirahatan terakhir jasad nya, jiwa Benua sudah pergi jauh"

Air mata nya menetes, kenapa sakit sekali Tuhan. Dia tidak bisa menerima kenyataan itu. Benua pasti ada disini, Benua pasti melihat dirinya setiap ia kesini. Benua pasti ada.

"Misela. Kamu cinta Samudera?"

Misela menatap kedua mata itu. "Cinta...tapi perasaan itu beda Bunda. Maafin aku, perasaan cinta aku ke Samudera dan ke Benua itu jauh berbeda. Aku juga gak ngerti sama diriku, aku benar-benar cinta sama Sam atau enggak. Tapi satu hal yang pasti, Benua selalu ada dihati aku Bunda"

Promesse || Jaemin-Ningning-Jeno [END]Where stories live. Discover now