BAB 8

6.4K 159 0
                                    

"Mana kembaran lo?" Tanya ata kepada Keyla.

"N-nggak tau." Jawab Keyla jujur.

Kening ata mengernyit. "Masa lo kagak tau. Lo kan kembaran nya!" Sentak ata tak sengaja membuat keyle terkejut.

Keyla menunduk takut. Perempuan ini sama halnya dengan Ara, sama-sama lemah. Dalam pakaiannya saja hampir sama tapi Ara tidak terlalu cupu-cupu banget. Jika Keyla dia memakai kaca mata. Jadi tak jarang ada Junior yang suka membullynya.

"Sorry-sorry. Habisnya kembaran lo itu ngeselin banget! Masa tadi malam gue suruh dia jemput gua jam 11 pas, dia malah nyampe jam 12, kan bikin orang esmosi. Mana banyak nyamuk. Anak orang merengek terus. Coba lo ada di posisi gue, kasian kan?" Kata ata sokap.

Keyla mengangguk sebagai jawaban.

"Yaudah gue cabut. Ntar kalo lo liat si keyvan langsung call me." Setelah mengatakan itu ata pergi dari kelas Keyla. Ia berjalan sepanjang koridor menuju ke kelasnya.

"Lat! Dari mana lo?" Tanya alura datang, berjalan menyamakan kaki ata.

Ata tak menggubrisnya, ia masih tetap fokus berjalan. Ia juga sangat jengkel kepada alura. Bagaimana tidak? Dia lebih memilih menggoda Ray dari pada menolongnya.

"Dih, sok selep. Ditanya itu di jawab lat jangan cuman diem doang,"

"Gak penting."

Sesampainya di depan lokal, ata langsung memasuki kelasnya. Ia ingin cepat-cepat ke bangkunya karena ingin tidur.

"Minggir," usir ata saat devan tengah duduk di bangkunya. Devan menoleh, ia menyeringai lebar ke arah ata. Merasa jengkel ata pun langsung menepak muka devan membuat sang empu meringis.

"Gue bilang minggir! Gue mau tidur!!"

Devan berdecak. Dia mengusap wajah sembari berdiri.

"Iya, iya. Sensitif amat jadi orang!" Devan melangkah maju ke bangkunya yang berada di depan bangku ata.

"Ntah, nih anak dari tadi merengut mulu" sambung alura. "Di tanyain pun gak di jawab." Lanjutnya.

Lagi-lagi ata tak menggubris mereka. Dirinya lebih memilih diam lalu segera tidur dengan tangan yang di jadikan bantal.

Rea dengan jahilnya membuka mata ata yang tertutup. "Mungkin dia merajuk karna kemaren kita kagak jemput dia" kata rea, tangannya di tepis oleh ata.

"Ya Allah, lat! Motor lo beneran mogok? Anjir gue kira lo cuma bercanda" usul lura.

"Gue sebenernya mau jemput tapi bensin gue tinggal dikit. Kan perjalanan menuju ke simpang anggrek kan jauh. Bisa-bisa motor gue berhenti karena kehabisan bensin," sambung devan.

"Gue malahan lagi dinner sama Leo."

Devan dan lura kompak menatap rea.

"Ck, alesan kambing! Kalian tuh sama aja! Pada dasarnya semua orang akan asingin gue!" Ucap ata tanpa membuka matanya.

"Nggak lah, beb. Kita gak sejahat itu. Ya kan?"

"Yoi"

"Belum waktunya."

"Ck, mana sih buk vani? Tumben kagak masuk. Biasanya kan dia yang paling rajin dari guru-guru yang lain" dengus rea.

"Tumben? Dapat hidayah dari mana si rea, van?"

"Dari Leo kali."

****

"Lat lo pulang bareng gue. Sekalian kita main ke taman masa kecil dulu." tawar rea.

AlatthalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang