170. Morning Call #9

128 8 0
                                    

nas's notes: haaai semua! akhirnya aku update wp lagi, namun sebelum baca part ini, tolong baca part 154-169 di twitter aku yaa! linknya sudah aku sediakan di link eksternal, jadi aku minta tolong untuk hype juga tgc yang ada di twitter, ok, ok?

mohon bantuannya juga untuk vote part ini karena setelah aku post 2-3 (atau lebih) part di wp ini, aku akan mengakhiri cerita yang sudah menemani kita semua dari bulan Agustus 2023. aku juga berharap jika setelah cerita ini berakhir, aku mendapatkan feedback dari para pembaca.

terima kasih dan selamat membaca!

Percakapan telepon pukul 8 malam di Jakarta dan pukul 9 pagi di New York antara Nayantara Sura dengan Ingrid Ehrlich.

IE: Hi Baby!

NS: Hi Bunda!

IE: Nicky belum memanggilmu untuk makan, 'kan?

NS: Belum, Bunda.

IE: Aku mengharapkan kalian mendapatkan seafood yang segar untuk makan malam. Sebelum Nicky memanggilmu, aku harus membahas suatu hal denganmu sekarang, Sura. Soal rencana pernikahanmu.

NS: Baik, Bunda.

(Bunda jeda dulu untuk tarik nafas)

IE: Aku mengharapkan kamu untuk mengatakannya terlebih dahulu pada Bunda dan ayah, hingga pada akhirnya Bunda mengetahui sendiri dari Fabian saat ia mengunjungi kami di New York kemarin.

NS: Fabian pergi ke New York?

IE: Ya, malam sebelumnya, Fabian menghubungiku untuk membuat janji dan keesokannya, ia muncul di depan pintu rumah. Awalnya kami tidak mengerti maksud Fabian saat menceritakannya dan Bunda mencuri waktu untuk menghubungi Sabine. Setelah Sabine menjelaskan konteksnya lewat telepon, Bunda mengerti.

(Jeda lagi)

IE: Sura, Bunda bersyukur karena, pada akhirnya, Fabian menjelaskan bahwa ia sudah melakukan kesalahan dengan mengakhiri rencana pernikahan denganmu. Fabian telah introspeksi diri dan memohon maaf untuk tindakannya. Bunda bisa mengerti bahwa pastinya sebelum pernikahan akan ada masalah besar yang terjadi. Tidak hanya kamu yang mendapatkan ujian menjelang pernikahan ini, Sura. Bunda dan ayahmu juga. ayahmu sebelum menikah dengan Bunda juga berpikir untuk membatalkan pernikahan karena ayahmu sakit keras. Kamu tahu riwayat penyakit nini, bukan? Nah, riwayat tersebut menurun pada ayahmu dan membuat ayahmu berpikir bahwa ia akan meninggal muda. Karena itu ayahmu mencoba untuk menghindar, karena ayahmu saat sakit sangatlah memprihatinkan. Meskipun ayahmu bisa mendapatkan pengobatan di Jerman dan Bunda percaya bahwa ayahmu akan sembuh, namun Bunda tetap mengancam ayahmu dengan: "Pokoknya aku akan menemanimu sampai sembuh. Jika kamu masih ingin mati, kamu harus menikah denganku terlebih dahulu lalu mati." Lalu Bunda tinggal di Jerman dalam waktu beberapa bulan agar Ayahmu tahu kalau Bunda serius dengan 'ancaman' itu.

NS: Jadi ujian di hubungan Ayah dan Bunda bukan karena asal usul Bunda, tapi karena penyakit ayah?

IE: Tentu saja tidak. Ayahmu mengapresasi asal usulku dan keluargaku. Aku tidak mendapatkan itu di pria lain karena mereka tidak bisa menerima—bahkan ada yang mencoba untuk mengajakku pindah agama, yang dimana ayahku, jid-mu, sangat menentang.

(Ada suara Ayah bocor: Sayang, Adek lagi telepon sama kamu, ya?)

RW: Hi Meine Liebste!

NS: Hi Ayah!

RW: Ya, yang Bundamu katakan semuanya benar. Actually, Ayah memang menyayangkan kenapa Fabian mengambil keputusan sendiri, yang bahkan menyangkut soal hidupmu. Hanya saja, setelah Fabian menjelaskan, Ayah mengerti alasannya. Fabian mengatakan bahwa ia khawatir akan membebankanmu. Ia juga berpikir bahwa perjodohan kalian hingga rencana pernikahan ini memang ditujukan untuk menguntungkan Fabian dan keluarga, padahal menurut Ayah sebenarnya tidak juga. Semua rencana ini juga menguntungkan keluarga kita karena, pada akhirnya, aku bisa mempercayakan laki-laki yang paling aku percaya untuk menikah dan menjagamu. Sama seperti yang Ayah dan Bunda lakukan. Ayah dan Bunda juga jauh lebih aman jika kamu memiliki Andrian dan Sabine sebagai mertuamu—lihatlah bagaimana mereka memujamu sebagai 'putri mereka' dan diperlakukan dengan baik. Fabian juga mengatakan kalau kamu merasa terbebani karena harus mengurus semua hal yang diamanahkan padamu, kamu juga bisa mengatakannya, Sura. Yang terpenting adalah kamu mau mengutarakan kesulitan kamu atau kesedihan kamu.

IE: Ayahmu benar, Sura, karena di antara semua anak-anak kami, kamulah yang terbaik, namun kamu juga yang berkerja keras untuk menyimpan apapun sendirian. Sesekali pikirkan dirimu sendiri, ya. Aku tahu bahwa kamu memikirkan aku dan Ayahmu sehingga kamu tidak menceritakan hal ini ke kami. Terima kasih, Dear. Hanya saja, tolong jangan tutupi apapun lagi. Bahkan saat kamu menjadi istri atau ibu nanti, aku dan Ayahmu ingin kamu menceritakan kesulitanmu ke kami. Datanglah jika kamu merasa sedih karena kamu akan selalu jadi anak Ayah dan Bunda.

RW: Jika kamu tidak jadi menikah pun, itu bukan kegagalan kamu, Sura. Ayah dan Bunda tidak menuntut banyak jika pada akhirnya kamu tidak menikah atau tidak akan mau menikah. Ayah dan Bunda akan menemani adek terus. Adek punya Ayah dan Bunda, 'kan?

NS: Iya, Ayah.

RW: Ayah dan Bunda adalah orang tuanya adek, jadi adek jangan takut sendirian. Kakakmu, Nicholas, saat menyadari ia kesulitan dalam mengawali hubungan asmara pun juga ayah katakan hal yang sama. Supaya kakak tahu juga kalau dia masih ada Ayah dan Bunda.

RW: Maaf Ayah hanya bisa menyampaikannya lewat telepon. Ayah sama Bunda tidak dapat mengunjungimu saat kamu ke US nanti, namun Ayah harap transatlantic trip-mu menyenangkan. Ayah ingin kamu melakukan banyak hal yang menyenangkan, baik sebelum dan sesudah menikah, karena kamu harus tetap mencari alasan untuk bertahan dalam banyak sikon.

NS: Maaf Ayah, Maaf Bunda.

(Sura nahan tangisan)

NS: Aku minta maaf karena aku membuat kalian khawatir. Terima kasih kalian sudah memikirkan aku, mencemaskan aku, dan menjadi orang tua aku. Bahkan aku bahagia dengan diriku sendiri, identitasku, karena Ayah dan Bunda. Maaf juga karena Ayah dan Bunda selalu mengalami banyak hal sulit karena aku.

RW: Adek kalau mau nangis tidak apa-apa. Ayah sama Bunda temani, ya, dan adek harus ingat kalau adek tidak menyulitkan kami. Memastikan adek baik-baik saja adalah hal yang harus kami lakukan sebagai orang tua, 'kan?

IE: Ayah Bunda dan Ayah Bunda-nya Fabian tidak membatalkan rencana pernikahan kalian kok. Hanya saja kamu dan Fabian harus 'dijarakin' dulu untuk sementara. Makanya Sabine minta kamu untuk pergi dulu agar Fabian berusaha untuk mencarimu. Kamu bisa berlibur atau melakukan pekerjaan kecil untuk sementara. Jangan dijadikan sebagai beban, ya.

RW: Setelah kejadian tersebut, adek tetap mau menikah sama Fabian, 'kan?

NS: Iyaaa. Aku tetap mau menikah dengan Fabian.

IE: Alright.

NS: Namun aku tidak ingin langsung mengurus perusahaan, aku masih ingin menaikkan karierku terlebih dahulu dan menterjemahkan beberapa karya Julian Ramadhan, yang ternyata menjadi bacaan kesukaanku belakangan ini. Bukankah Julian Ramadhan temanmu, Bunda? Kapan dia akan merilis buku baru?

IE: Boleh saja. Untuk yang pertama, bisa bunda diskusikan terlebih dahulu dengan Peter dan Pat serta Sabine dan Andrian. Untuk yang kedua, entahlah—aku bukan penyuntingnya Julian Ramadhan. Apakah aku tampak seperti penyunting bagimu, Sura?

TBC

The Great ChancesWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu