21. Selesai

283 18 1
                                    

"Wow, kejutan yang luar biasa. Ada Valletta Anandara di sini, Saudara-Saudara," ucap Dahayu yang membuka pintu apartemen menyambut kehadiran Letta yang tak membalas senyumnya.

Tadi Letta dan Andi dijemput oleh manajer Dahayu di lobi. Kata manajer, sebenarnya Dahayu keberatan didatangi musuhnya, tetapi manajernya bersikeras ia harus menemui Letta agar masalah mereka cepat selesai.

Diam-diam manajer Dahayu berharap, kedatangan Letta bisa menyadarkan artisnya untuk  menghentikan skandal yang diperbuat bertahun-tahun lamanya, sebelum perbuatan buruk Dahayu yang sudah menyakiti banyak orang diketahui publik, dan berakhir Dahayu menjadi musuh masyarakat.

"Kita langsung aja, ya. Apa maksudmu bicara kayak gitu di podcast? Berpura-pura seolah kamu adalah korban suamiku. Waktu kamu upload foto dengan Chester, kalian lagi rame-rame, kan? Tapi kamu sengaja crop foto itu seolah kalian foto berdua aja. Kamu juga pura-pura beli karangan bunga atas nama Chester. Dasar bodoh! Kamu nggak mikir konsekuensi kariermu, kalau aku beberkan kenyataan yang sebenarnya ke publik?"

Dahayu tersenyum mencemooh sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa. Ia duduk dengan kaki menyilang. "Jadi paham, kan, rasanya dibenci banyak orang? Itu yang aku rasakan akibat mulut embermu dua tahun yang lalu. Gara-gara fitnahan kamu, semua orang balik menyerangku."

Letta melipat kedua tangan di dada, menyorot tajam perempuan di hadapannya. "Kamu bilang fitnah? Padahal udah ada bukti nyata kamu mengirim pesan ke produser, isinya ngejelekin aku. Kamu bilang aku fitnah?"

"Ayu, siapa ya---" ucapan laki-laki yang baru datang hanya mengenakan bawahan handuk dan bertelanjang dada, berhenti begitu saja ketika melihat Letta yang menatapnya garang.

"Oh, jadi selama ini kalian berdua bersekongkol menghancurkanku? Kok, bisa, ya, katanya nggak kenal dekat dengan Dahayu, tiba-tiba ada di apartemen dia?" Letta bergerak cepat ke hadapan Rizki.

"Letta, semua ini nggak seperti yang kamu pikirkan. Aku---" Belum sempat mengatakan kalimat pembelaan hingga tuntas, Rizki mendadak memegang dadanya sambil menjerit kesakitan.

"Letta ... sakit! Sakit, Letta, buluku rontok semua!" jerit Rizki berusaha menepis kedua tangan Letta yang tengah mencengkeram bulu dadanya yang lebat itu.

"Biar mampus lo, Monyet! Gue rontokin bulu lo satu per satu."

"Letta, tolong, stop!" jerit Rizki mulai panik. "Dahayu, tolong!"

Letta pindah menjambak rambut Rizki dengan cengkeraman sangat kuat. Dendam yang mengendap di dada ia tumpahkan semuanya. Matanya benar-benar tertutup api amarah sehingga tak melihat wajah pria di hadapannya telah merah padam.

Pria ini harus merasakan kesakitan seperti yang ia rasakan. Walaupun kesakitan yang dirasa pria itu tak ada apa-apanya dibanding dengan saat ini dirasakan Letta, kariernya kian terpuruk sementara orang-orang yang ikut andil dalam permainan konyol ini semakin bersinar.

"Letta, tolong hentikan. Kamu hampir bunuh anak orang!" seru Andi yang ikut panik melihat Rizki terlihat hampir kehilangan napas.

"Letta, kamu jangan gila!" seru Dahayu menjambak rambut Letta kencang. "Lepasin nggak? Sebelum aku rontokin rambutmu."

Bukannya melepaskan cengkeramannya, Letta semakin kuat menarik rambut Rizki.

Dahayu sudah kehabisan akal, ia pun menjauhkan tangannya dari kepala Letta dan bergegas membuka laci-laci di kitchen set mencari sesuatu. Setelah ia menemukan apa yang dicari, ia mendekati Letta.

"Lepaskan Rizki atau aku botakin rambut kamu sekarang!" ancam Dahayu sambil memegang rambut Letta yang dimasukan di antara gunting yang sudah terbuka.

You're My Only HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang