Episode 02: Anak Panah, Doa, dan Surga

174 12 0
                                    

[Cerita ini dilindungi undang-undang Akhirat, jika melakukan plagiat akan dicatat oleh malaikat]

1000 vote + 100 komen tercepat kita adakan giveaway di akun instagram (@)ceritasangpelita

SYARATNYA:

- Cukup ramaikan cerita Wattpad Sang Pelita di IG Story kalian

- Ramaikan juga AU Instagram Sang Pelita di official instagram, jangan lupa tag IG Author (@)yudiiipratama (@)tekad.universe & (@)ceritasangpelita serta follow instagram ketiganya!

- Hadiahnya diumumkan di hari Raya Idul Fitri

Happy reading ....

"Bagaikan anak panah, waktu beranjak begitu cepat. Banyak waktu terbuang sia-sia begitu saja. Setiap waktu seharusnya kita merindu Baginda Nabi, setiap waktu seharusnya kita mendoakan beliau. Mengingatnya dengan khusyuk di sepanjang salat lima waktu saja masih sulit. Lantas, masihkah kita layak mengharapkan syurga dari Allah?"

🕊🕊🕊


Udara malam yang cukup dingin perlahan menusuk kalbu, masih tersisa rintik hujan di dedaunan dan batang pohon yang mengitari pekarangan rumah. Aroma sejuk khas Kediri begitu terasa menyejukkan suasana hati Azmi yang baru saja pulang dari masjid bersama Yossy. Setelah melaksanakan salat isya berjamaah.

"Malam ini mau ikut sowan ke rumah teman Om, nda?" tanya Yossy pada Azmi setelah mereka memasuki pekarangan rumah.

Azmi menggeleng. "Nggak dulu, deh, Om. Azmi mau cepat tidur. Lumayan capek hari ini." Ia memilih untuk beristirahat lebih cepat oleh karena seharian telah menghabiskan banyak energi latihan memanah.

Yossy mengangguk. "Weslah, kamu istirahat dulu aja. Mau tak panggilin Jepang nda buat temenin?"

"Jangan, Om. Kan Azmi mau tidur, kalau ada si Jepang bisa-bisa satu album dinyanyiin sampai Azmi tewas." Keluhan Azmi membuat Yossy terkekeh.

"Ha ha ha, kamu yaaa, sudah bisa ngelawak ternyata." Yossy kemudian menepuk pundak Azmi.

Azmi tersenyum menyeringai, enggan mengakui kalau dirinya itu lucu. Baginya Azmi di mata Yossy masih polos nan lugu, mungkin juga di mata orang-orang yang akrab dengan Azmi pasti akan berpikir demikian.

Hubungan antara paman dan ponakan lebih menyerupai kakak beradik, mereka berdua sangatlah dekat, hingga Azmi selalu saja nempel di Yossy di saat waktu-waktu libur seperti sekarang. Menikmati libur pondok yang berlangsung sepekan membuat Azmi sedikit lega, akhirnya ia bisa kembali menghirup udara segar Kediri dan kumpul bersama sanak keluarganya yang ada di sini. Azmi memang lebih banyak menghabiskan waktu bersama Yossy saat liburan, tidak ada alasan yang spesial. Hanya saja, sudah menjadi agenda rutin Azmi untuk berkunjung di tempat yang bisa membuat perasaannya menyatu dengan kenangan-kenangan semasa kecil dulu. Kediri bagaikan kota kecil yang membuatnya tumbuh dengan baik dan prima seperti sekarang ini.

"Keluar dulu ya, Dek," pamitnya sambil menyemprotkan parfum ke bagian kera bajunya.

"Nggih," sahut Azmi yang sudah membaringkan tubuhnya di atas kasur sambil memejamkan mata menghadap ke tempok kamar, lebih tepatnya membelakangi Yossy yang sedang menyisir rambut di depan cermin.

"Pintu kamar jangan dikunci."

"Nggih."

"Tidur duluan aja, nggak usah nungguin om."

Sang PelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang