Bab 5. Masalah Jantung

110 19 1
                                    

Wajah Saka sontak saja memerah, kesadarannya barusan sempat tercuri oleh wajah cantik Aluna. Hatinya berdegup kencang, manakala ia melihat mata cantik milik Aluna. Ia seperti terhipnotis olehnya.

Beberapa detik selanjutnya, ia langsung berdiri dan mendorong gadis yang menindih tubuhnya itu."Lo…lo gila ya, LO BERAT WOY!" teriak Saka memprotes Aluna yang berada diatas tubuhnya.

"Apa-apaan sih? Kamu yang ngelempar kelereng itu dan buat aku jatuh!" ujar Aluna kesal, sambil beranjak dari tubuh Saka. Kini mereka berdua sudah sama-sama berdiri dan berhadapan.

"Gue nggak ngelakuin itu!" pria itu menyangkal.

"Oh…jadi mau aku aduin ke guru? Ada buktinya disini. Tapi ya sudah, kali ini aku maafin– karena kamu udah nolong aku juga. Dan aku juga kasihan sama kamu!" kata Aluna dengan wajah yang masih kesal pada Saka.

"Hey cewek gila, gue nggak butuh dikasihani sama lo!" seru Saka emosi.

"Oh ya, cowok preman…kamu harus ke dokter deh, kayaknya ada masalah dengan jantung kamu!" ujar Aluna dengan wajah serius seraya menunjuk pada dada Saka.

"Ja-jantung?"Saka terlihat kaget." Jantung gue kenapa? Gue baik-baik aja," imbuhnya lagi sambil memegang dadanya sendiri.

"Iya ada masalah, aku dengar jantung kamu berdetak sangat cepat. Itu terdengar tidak normal. Mungkin kamu punya riwayat sakit jantung," Aluna menganalisis apa yang ia dengar barusan dari dada Saka. Gadis itu terlihat polos dan ceplas-ceplos.

"Kamu sih ngegas terus, nggak baik buat kesehatan jantungnya tau! Jangan banyak marah-marah!" seru Aluna lagi yang membuat Saka tercengang.

Mata Saka kontan melebar mendengar ucapan dari Aluna. "Lo...lo.. gila ya! Gue masih sehat wal'afiyat!."

Wajah dan leher Saka terlihat memerah. Bisa dikatakan pria itu sedang ngeblush. Entah apa yang membuatnya begitu. 

"Tuh kan benar kamu sakit. Lihat leher sama wajah kamu tiba-tiba merah gitu. Hey cowok preman—kamu harus segera periksa ke dokter dan jangan banyak ngegas, nggak baik buat jantung kamu," jelas gadis manis itu lagi yang menasehati Saka sambil tersenyum ramah.

'Kasihan dia, pasti sakit jantungnya udah parah. Mana masih muda' ucap Aluna dalam hatinya, yang khawatir dengan jantung Saka.

"Ckckck…"

Aluna berdecak lalu berjalan pergi meninggalkan Saka dalam kondisi yang kebingungan.

"Woy! Gue masih sehat, gue juga masih waras gak kayak lo, dasar cewek gila!" Teriak Saka pada Aluna yang sudah berjalan pergi menjauh darinya.

"Shit...jantung gue kenapa? Apa bener gue nggak sehat? Apa-apaan nih, dag dig dug segala," gumam Saka sambil memegang dadanya yang tidak karuan. Matanya menatap punggung Aluna yang sudah berjalan menjauh darinya.

*****

Hari itu adalah hari yang panjang untuk semua calon siswa baru di SMA Galaksi. MOS nya berlangsung sampai sore, semua siswa pun mulai bubaran setelah acara MOS hari itu selesai.

Terlihat di salah satu anak tangga, Aluna, Rhea dan Tiara sedang duduk bertiga. Merebahkan kaki mereka yang mulai kaku, karena kebanyakan berdiri di lapangan. Tangan mereka di rentangkan, seakan menyalurkan pegal di tubuh mereka setelah beraktivitas seharian.

"Huft, syukurlah kayak gini cuma sehari," kata Aluna sambil mengipasi wajahnya yang berkeringat dengan buku yang dibawanya. Tak hentinya gadis itu menghela nafas. Beruntung MOS di sekolah ini tidak seperti sekolah lain yang bisa berhari-hari, MOS-nya hanya satu hari saja.

"Satu hari juga bisa bikin tepar gini.. apalagi satu minggu," sambung Tiara sambil bersandar di tembok dengan wajah lelahnya. Keringat tampak bercucuran di wajahnya dan melunturkan bedak yang dipakainya.

"Bener, untung cuma sehari. Tapi harinya itu loh panjang banget kayak seminggu," keluh Rhea sambil memijat-mijat kakinya sendiri yang terasa pegal.

"By the way Lun, tadi ada satu cowok anak baru yang ngeliatin kamu terus, dia di barisan paling belakang. Kayaknya dia suka sama kamu haha," celetuk Tiara sambil terkekeh. Ia teringat ada satu cowok yang terus memperhatikan Aluna.

"Maksud kamu cowok yang ada di barisan paling belakang? Si cowok preman?" Dengan cepat Aluna bisa menebaknya.

"Iya, dia ganteng juga ya… walaupun tampilannya kayak preman." Tiara tersenyum membayangkan wajah tampan Saka.

"Haha.. dia bukan suka sama aku, lebih tepatnya ada dendam sama aku," ucap Aluna sambil tertawa.

"Woah, ada cerita nih kayaknya. Ayo Lun ceritain!" seru Rhea semangat mendengarkan cerita Aluna.

Gadis itu pun menceritakan tentang pertemuannya yang tidak menyenangkan dengan Saka. Kedua sahabat itu tertawa mendengar cerita Aluna. Dan Tiara pun berkomentar. "Awas loh nanti benci jadi bucin haha," goda Tiara pada teman baiknya itu.

"Bucin? Aku belum mikirin hal kayak gitu, aku nggak ada niat pacaran juga kok. Jadi no bucin bucin!" kata Aluna yakin.

Kedua sahabat Aluna itu saling melirik  satu sama lain, seperti tidak senang mendengar Aluna tidak memikirkan cinta dan pacaran.

'Kasihan banget kak Raka, udah pasti di tolak mentah-mentah ini mah' batin Tiara di dalam hati. Tiara tau bahwa selama ini Raka, teman kecil Alex itu menyimpan rasa pada Aluna.

'Poor kak Raka, Luna yang polos ini belum ada kepikiran pacaran. Sepertinya perjuanganmu masih panjang' ucap Rhea dalam hatinya yang juga ikut mengasihani pria bernama Raka ini.

Sementara itu Aluna bingung, karena kedua temannya terlihat seperti memikirkan sesuatu. Sesuatu yang serius.

"Haaahhhhh....." Kedua sahabat Aluna itu kompak menghela nafas panjang.

Tak lama kemudian, terlihat sosok dua pria tampan yaitu Raka dan Alex yang berjalan menghampiri ketiga gadis cantik yang sedang duduk di tangga itu. Raka dan Alex adalah dua dari tiga orang yang paling populer di sekolah itu. 

"Kak Alex? Kak Raka?" Aluna menyapa keduanya, lebih dulu. Ia tersenyum melihat keduanya. 

"Hai kak Raka, hai kak Alex."

Sapa Rhea dan Tiara bersamaan. Raka membalas dengan senyuman, sementara Alex masih fokus pada adiknya. 

"Lun ayo balik!" ajak Alex pada adik perempuan satu-satunya itu. 

"Lun, pulang bareng aku aja yuk!" Raka juga mengajak Aluna pulang bersama. Alex langsung melirik tajam pada Raka, ia tampak dingin. Mode brother complexnya kambuh lagi. Alex memang dingin diluar, tapi ia sangat menyayangi adiknya. Apalagi Aluna adalah adik Alex satu-satunya. 

"Siapa yang bilang lo boleh ajak adik gue pulang?" sarkas pria itu pada Raka, sehingga Raka pun terdiam. "Lun,ayo balik! Pak Iman udah nunggu," Alex bicara pada adiknya itu seraya memegang tangan Aluna dengan posesif.

Gadis itu langsung menepisnya, ia terlihat ketakutan. "Aku mau pulang bareng kak Raka aja!" lugas Aluna menolak ajakan sang kakak. 

'Bahaya kalau balik bareng kak Alex, aku takut ketahuan siswa lain. Bahaya!' monolog gadis itu dalam hatinya. Jujur saja ia masih merasa takut, bila semua orang tau ia dan Alex adalah adik kakak. 

"ALUNA!" Alex kesal karena adiknya lebih memilih pulang bersama Raka daripada dirinya.

Bukannya pulang dengan Raka, Aluna lebih memilih pulang sendiri saja. Ia hanya ingin menghindari bersama sang kakak. Bersama kakaknya hanya akan membawa bahaya.

"Kamu biar dianter aja sama aku, Lun."

"Nggak usah kak Raka. Aku mau coba naik angkot atau naik bus sendiri!" tolak Aluna pada ajakan Raka. "Bye bye kak! Sampai ketemu besok!" Aluna berpamitan, lalu Gadis itu pun berlari pergi dari sana, meninggalkan Raka yang masih berada di sana. Raka kecewa, tapi pada akhirnya ia membiarkan Aluna pergi sendiri.

****

Me, My Brother and My Badboy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang