Bab 15. Mulai Perhatian

64 12 1
                                    

****

Saka menggendong Aluna dengan terburu-buru menuju ke UKS, ditemani dengan Riki dibelakangnya. Saat mereka melewati lorong kelas 12, beberapa siswa dikelas Alex yang sedang belajar di kelas tanpa sengaja melihat Saka yang terburu-buru menggendong seorang wanita. Namun mereka tidak melihat wajah gadis itu, karena Saka yang berjalan buru-buru.

"Siapa tuh yang digendong si Saka?" tanya salah satu teman Alex penasaran.

"Baru kali ini gue lihat si Saka perhatian sama cewek sampe digendong segala," celetuk siswa lainnya dikelas 12 IPA 1 itu. Sedangkan Alex, seperti biasanya fokus pada pelajaran tanpa ia tau kalau gadis yang digendong Saka itu adalah adiknya. Alex cuek saja dan tampak tenang, tidak seperti beberapa siswa lain di kelasnya yang penasaran dengan sosok gadis yang digendong Saka. 

Itu semua karena Saka sangat terkenal di sekolah, terkenal dengan kenakalan dan nilai 0-nya. Satu lagi, dia terkenal juga dengan ketampanannya.

Sesampainya di UKS, Saka dan Ricky tidak melihat siapapun yang selalu berjaga di sana. Ruang UKS kosong, hanya ada ranjang ranjang kosong, meja dan obat-obatan darurat di sana. 

"Kemana si bu Ira?" tanya Riki sambil selingkuhan ke sana kemari mencari sosok Bu Ira si dokter UKS SMA Galaksi. 

Saka langsung membaringkan Aluna di salah satu ranjang kosong ruang UKS itu. Dia melihat wajah Aluna yang pucat dan berkeringat. 

"Udah, mending kita tinggalin aja dia di sini. Nanti pasti si bu Ira balik!" ajak Saka yang berusaha untuk tidak peduli kepada Aluna. 

"Eh kok gitu sih? Lo tega emangnya ninggalin dia sendiri disini? Nanti kalau dia kenapa-napa gimana?" ucapan Riki sontak saja membuat Saka terdiam.

Didalam hati, ia memang mencemaskan kondisi Aluna dan tidak tega membiarkannya berada di ruang UKS seorang diri.

"Udah deh! Mending gue panggil Bu Ira dan lo yang jagain dia," kata Riki menyarankan. Namun sebelum Saka menjawab saran dari temannya itu, Riki sudah keburu melarikan diri dari sana dengan berlari. 

Kini hanya ada dia dan Aluna saja yang berada di ruang UKS. Karena lelah, Saka pun mengambil kursi yang ada di ruang UKS, lalu mendudukinya. Pria berseragam putih abu dengan rambut acak-acakan seperti preman itu, melihat Aluna yang masih terbaring diatas ranjang. 

"Kok bisa ya di pingsan? Bukannya dia sukanya tantrum mulu?" gumam Saka heran. Melihat Aluna dengan mata terpejam seperti ini, membuat Saka merasa aneh. 

Saka memperhatikan wajah wanita cantik dan imut itu dari dekat. Ia melihat bulu mata lentik yang dimiliki oleh Aluna, kemudian beralih pada hidung mancung, bibir tipis yang sekarang tampak pucat. 

"Astaghfirullah! Kenapa gue jadi mikir si cewek gila yang suka tantrum ini...cantik?" gumam Saka pelan, hatinya sudah mengakui Aluna memang cantik. Tapi pikiran dan bibirnya tidak mau mengakui itu. 

"Apa ini yang buat si genius songong suka sama dia? Tapi...setelah gue pikir-pikir, kok, wajahnya dia agak mirip ya sama si songong itu?" tanya Saka lagi seraya berpikir. Dia merasa ada kemiripan wajah antara Alex dan Aluna. 

Tak lama kemudian, Riki dan seorang wanita berusia 30 tahunan memasuki ruang UKS. Wanita itu adalah Bu Ira, yang bertugas sebagai dokter khusus di SMA Galaksi. Saka langsung beranjak dari tempat duduknya, begitu melihat kehadiran Riki dan Bu Ira. 

"Ini Bu...dia pingsan!" Riki berkata seraya menunjuk ke arah Aluna yang masih belum sadarkan diri. 

"Baik, akan ibu periksa ya."

Bu Ira memakai stetoskopnya kemudian ia memeriksa kondisi Aluna. Sementara Saka dan Riki masih ada di sana, mereka penasaran dengan hasil pemeriksaan Aluna. Tadinya Saka ingin pergi dari sana, tapi Riki menahannya. Riki mengatakan bahwa Saka harus memastikan, keadaan calon pacarnya baikbaik saja.

"Dia sepertinya kelelahan dan pingsan karena belum makan. Dia akan baik-baik saja." 

Setelah mendengar penjelasan dari Bu Ira, Saka dan Riki langsung pergi ke kantin sekolah. Saka membelikan nasi uduk di kantin dua bungkus. 

"Baik banget besti gue, pake traktir gue nasi uduk segala!" kata Riki yang hendak mengambil satu nasi uduk yang dibeli oleh Saka. Namun Saka langsung menarik tangannya yang mengamankan dua bungkus nasi uduk itu. 

"Eh!"

"Bukan buat lo."

"Lah? Bukannya lo beli dua buat gue?" tanya Riki kecewa. "Terus buat siapa dong?" 

"Ini buat cewek gila itu." 

"Hah? Ciyus? Ciye...ciyee..." mata Riki langsung berbinar-binar, ia kembali menggoda Saka. Sehingga pria itu mendelik sinis dan kupingnya terasa panas.

"Berisik!"

"Ciye...kan kan apa gue bilang? Lo emang ada rasa sama si Aluna," ucap Riki sambil senyum-senyum. Namun Saka memutuskan untuk tidak menanggapinya, dan pergi meninggalkan Riki begitu saja di kantin sekolah. 

"Woy tungguin!" 

Beberapa saat kemudian, Saka dan Riki sampai di UKS. Disana sudah ada Rhea yang menemani Aluna, tanpa sengaja gadis itu melihat Aluna di ruang UKS. Dalam hati Saka merasa lega karena Aluna sudah siuman.

"Nah...mereka yang udah bawa kamu kesini Aluna," kata Bu Ira memberitahu. 

Seketika Aluna dan Rhea kompak menoleh ke arah Saka dan Riki. Aluna tampak gugup saat melihat Saka, apalagi sebelum pingsan ia memang sempat melihat Saka walau sekilas. Ternyata memang lelaki itu yang sudah menolongnya. 

'Dia yang udah nolong Luna? Wah wah ada apa nih?' kata Rhea bertanya-tanya dalam hatinya. Ia melihat Saka dan Aluna saling berpandangan, seperti menangkap sesuatu diantara mereka. 

"Buat lo!" Saka tiba-tiba menyerahkan keresek berisik nasi uduk itu pada Aluna. 

"A-apa maksud-" Aluna terlihat bingung karena Saka tiba-tiba baik kepadanya. 

"Jangan GR ya. Gue kayak gini karena nggak mau lo nyusahin orang-orang. Badan lo berat!" ujar Saka dengan wajah dinginnya. 

"Apa? Aku berat?" Sontak saja Aluna melebarkan matanya, ia tidak terima dikatai berat oleh Saka. "Aku nggak-" 

"Udah ya, nggak usah bilang makasih. Gue baik-baik aja, cuma pegel dikit doang!" sela Saka dengan senyuman menyebalkannya. Namun sialnya senyuman itu malah membuat Aluna berdebar, Saka terlihat sangat tampan. 

Jantung Aluna dibuat bertalu-talu oleh senyuman Saka. Begitu pun dengan Saka, bahkan ia merasa jantungnya sudah bermasalah sejak ia bertemu Aluna pertama kalinya. 

'Jantungku kenapa sih?'

'Jantung gue' 

"Lo harus habisin itu nasi! Mubazir!" setelah mengatakan itu, Saka langsung pergi meninggalkan ruangan UKS begitu saja. 

"Dimakan Lun nasinya. Calon pacar udah beliin spesial buat Aluna!" Riki tersenyum seraya menggoda Aluna. 

"Riki apaan sih!"

Aluna menahan senyumnya, wajahnya tampak memerah tanpa ia sadari. 

"Ciyee.. ciye..." Rhea ikutan menggoda Aluna. "Pipinya sampe merah gitu, ahahaha." Rhea tertawa melihat wajah Aluna saat ini. 

Aluna yang malu-malu, memilih untuk menenggelamkan dirinya dibawah selimut. Dia benar-benar malu sekali!

****

Me, My Brother and My Badboy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang