Bab 26. Balapan Motor

70 10 0
                                    

Riki langsung menyingkir begitu melihat raut wajah Saka yang sangat-sangat tidak bersahabat.

"Lagian lo kenapa sih deket-deket bebeb gue. Jadi bebeb lo cemburu deh!" ujar Riki dengan lirikan tajam pada Rhea.

"Hah? Cemburu?" tanya Rhea terperangah. Kemudian dia memukul lengan Riki, karena lelaki itu berani memanggilnya bebeb.

Plak!

"Bebeb bebeb... apa-apaan sih kamu? Hish!" dengus Rhea kesal. Namun Riki malah senang dipukul oleh Rhea, kesenangan dia.

"Pukul lagi beb, serasa dipijitin. Enak benar." Riki terkikik, dan Rhea pun semakin memukul tangan cowok itu dengan cukup keras.

"Dasar Riki genit!"

"Eh... tunggu. Si tantrum cemburu gue sama Rhea? Maksudnya gimana?" Saka menyeret tubuh Riki menjauh dari Rhea dan mendekat ke arahnya.

"Emang lo nggak paham? Barusan bebeb lo kelihatan marah, saat lo deket-deket bebeb gue. Kayaknya dia nethink sama kalian berdua deh," jelas Riki.

"Tunggu...si tantrum cemburu? Itu artinya dia ada rasa sama gue dong!" teriak Saka girang, kemudian pria itu tersenyum lebar.

Hatinya senang membayangkan bahwa apa yang dikatakan Riki benar, Aluna cemburu kepadanya.

"Kok bisa Luna cemburu sama aku?" gumam Rhea bingung. Dia pun berjalan melangkah pergi, sambil memikirkan ucapan Riki.

Sementara Riki dan Saka, pergi bersama Sandi dan Calvin ke tempat balapan terlebih dahulu. Mereka akan balapan bersama geng Red Devils, yaitu geng musuh bebuyutan SRCS Phanter.

Tadinya Saka ingin mengikuti Aluna, tapi masalah balapan ini adalah harga dirinya sebagai seorang pria juga. Dia tidak akan kalah dari saingannya, yaitu Jeno si pemimpin Red Devils.

"Lo datang juga, gue pikir lo nggak bakal datang." Jeno, cowok yang waktu itu pernah menganggu Aluna dan supirnya dijalan dan Saka yang menolongnya. Rupanya dia adalah kepala Red Devils.

"Gue bukan elo yang sembunyi dibalik ketek pembokat pembokat lo," sarkas Saka dengan pedas. Senyumannya terlihat mengejek Jeno. Beberapa kali lelaki itu bersembunyi dari Saka dan gengnya, karena takut kalah taruhan.

Jeno berdesis, harga dirinya merasa terluka dengan ucapan Saka yang pedas itu. Ketiga teman Saka juga ikut menertawakan dirinya.

"Bos, lo nggak boleh kalah!" bisik salah satu anak buah Jeno yang satu sekolah dengannya juga.

"Gue nggak bakal kalah. Jangan ngeremehin gue," ucap Jeno yakin. Tatapannya menyalang tajam pada Saka dan gengnya. Tangannya terkepal erat, dia bersumpah akan membuat Saka kalah kali ini dan dialah pemenangnya.

Saka, Jeno dan dua anak buah mereka sudah bersiap garis start balapan dengan motor mereka masing-masing. Seorang perempuan jalan berlenggak-lenggok dengan penampilan seksi sambil membawa bendera berada ditengah-tengah 4 orang yang akan balapan itu.

"Ready...one...two...three...go!!" Wanita cantik dan seksi itu melempar bendera, kemudian 4 orang bermotor itu melajukan kendaraan bermotor mereka dan memulai balapan.

Beberapa orang disana menyoraki mereka, ada yang mendukung Saka dan Jeno. Dua orang yang sama-sama jago balapan dan selalu menang dalam beberapa kompetisi, walaupun Saka memang jauh lebih unggul dari Jeno. Itulah yang membuat Jeno tidak menyukai Saka dan obsesinya adalah ingin memenangkan pertandingan ini, mengalahkan Saka.

Saka dan Jeno saling menyusul satu sama lain, sedangkan dua pengendara motor lainnya berada dibelakang dan tertinggal cukup jauh. Saka membelokkan motornya saat berada di tikungan jalan, dia seolah sudah menjadi rajanya balapan.

Saat Jeno akan menyusul Saka di tikungan, lelaki itu hampir terjatuh. Sorot matanya yang tajam itu terlihat dibalik helm. "Shit! Sialan lo Saka!"

Saka menunjukkan jari tengahnya dengan senyuman angkuh dibalik helmnya, dia menunjukkan itu pada Jeno dan membuat cowok itu semakin merasa diejek.

"Fuck you!" umpat Jeno kesal, dia pun berusaha mengejar Saka lagi dengan motornya.

Naas, karena rasa emosi menggebu didalam dirinya, Jeno kehilangan keseimbangan dan motornya oleng. Seketika motor itu menabrak pembatas jalan. Motor Jeno berjalan jauh ke pinggir, sedangkan Jeno masih berada di jalur lintasan balap.

Semua orang kaget melihat apa yang terjadi pada Jeno. Termasuk teman-temannya, mereka merasa Jeno payah.

"Malu-maluin banget ketua Red Devils."

"Apa sudah seharusnya kita ganti ketua ya?" ucap anggota Red Devils yang kesal dan malu dengan ketua mereka, Jeno. Meskipun mereka malu dengan Jeno, mereka tetap membantu Jeno yang sedang terluka disana.

"Lo nggak apa-apa Jen?"

"Sial! Sial! Gue kalah lagi dari dia! Sial!" umpat Jeno sambil melempar helm mahal dari kepalanya ke jalanan, tanpa peduli apa yang terjadi pada helmnya itu. Dia juga tidak peduli dengan celananya yang robek dan terluka akibat jatuh barusan.

BRAK!

"Sabar Jen, kita bakal cari cara buat ngancurin dia!" kata seorang teman baiknya kita yang bernama Ciko, teman yang paling dengan dengan Jeno.

"Gue nggak mau tau Ko. Gue harus bisa ngancurin dia, gue mau mengacaukan hidupnya!" geram Jeno dengan tangan terkepal dan rahangnya yang mengeras.

'Gue bersumpah, gue bakalan ngancurin lo dengan cara apapun Arshaka Dewantara'

Disisi lain,Saka sudah berada di garis finish dengan meraih kemenangan juara pertama. Semua orang bersorak gembira atas kemenangannya, terutama Sandi, Riki dan Calvin sahabat baiknya. Beberapa wanita cantik juga mendekati Saka dan memberikan ucapan selamat untuknya.

"Keren banget bro!"

"Mantul!"

Pujian-pujian itu tertuju untuk Saka, selain menjadi pemenang. Saka juga mendapatkan hadiah uang, tapi hadiahnya tidak dia nikmati sendiri. Saka yang sudah kaya dari lahir, tidak kekurangan uang dan uang itu dia sumbangkan ke panti asuhan seperti biasanya. Dia melakukan balapan ini juga bukan karena uang, tapi karena kesenangan dan hobi semata.

"Eh...itu kayaknya si Jeno luka!" tunjuk Riki pada Jeno yang sedang dipapah oleh

"Rasain, habisnya belagu sih!" celetuk Calvin sambil tersenyum sinis, sementara Saka yang merasa iba langsung menghampiri Jeno dan dua anak buahnya.

Mereka langsung melempar tatapan sinis kepada Saka.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Saka peduli.

"Apa lo ngetawain gue?" Bukannya menjawab, Jeno malah balik bertanya dengan tuduhan pada Saka.

"Emang ya lo suka suudzan sama orang. Gue nanya, malah dibilang ngetawain. Apa gue kelihatan ketawa?" sarkas Saka, niatnya peduli tapi malah dianggap lain oleh Jeno.

"Ya udah gws ya, cepet obatin ke rumah sakit takutnya infeksi."

Saka tulus meminta Jeno untuk pergi ke rumah sakit dan mengobati lukanya. Akan tetapi, Jeno menganggap perkataan Saka adalah ejekan yang menertawakan dirinya.

"Ka, hayu balik! Ngapain lo peduliin orang berhati julid," ucap Sandi sinis.

"Iya, biarin aja dia," imbuh Calvin dengan tatapan tajam pada Jeno.

Saka tidak menanggapi ucapan kedua temannya, dia lebih memilih pergi dari sana. Rasanya tak sabar untuk mendonasikan uangnya ke panti asuhan. Inilah yang membuat ketiga teman Saka betah berteman dengan dirinya. Selain Saka setia kawan, dia juga baik dan tidak pamer harta, meskipun dia berasal dari keluarga Dewantara.
****

Me, My Brother and My Badboy [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang