Prolog

77 5 2
                                    


*****

"Lyn...."

Panggil Geo dengan sendu, ia masih setia meratapi sahabatnya yang kini terbaring lemah di rumah sakit.

"Lynn janji bakal sembuh kan?..." Ucap Geo yang berusaha tersenyum sambil memegang tangan Lyn.

"Geo gak mau Lyn pergi.....jawab Geo Lyn, Geo mohon" lanjutnya kembali mengusap-usap punggung tangan Lyn.

Lelaki kecil itu masih saja berbicara dan menguatkan sahabatnya, walaupun tidak ada balasan sama sekali darinya.

"Nanti....kalau Lyn sembuh, Geo bakal ajak Lyn ke taman bunga....Lyn suka sama bunga kan?" Tutur Geo berusaha kuat dan tetap tersenyum, demi sahabatnya.

"Geo tadi diantar sama Buna, tapi Bunanya nunggu di luar bareng mamah kamu Lyn.....ayo bangun dan main sama-sama lagi?"

"Memangnya Lyn tidak ingin bermain lagi sama Geo? Lyn gak kangen main sama Geo........Lyn gak lelah tidur terus kaya gitu?" Tanya Geo tanpa adanya balasan dari Lyn.

"Sekarang gak akan ada yang bakal ejek Lyn kok....Geo udah marahin mereka, lagipun mereka juga salah udah ejek Lyn"

"Lyn....jawab Geo"

Di tengah Geo mengobrol sendiri, datanglah seorang dokter bersama Livia dan Moona datang ke kamar rawat Lyn.

Dokter itu mengecek keadaan Lyn yang semakin hari semakin lemah, membuat Livia benar-benar panik dan khawatir saat itu juga.

Secara tiba-tiba mesin EKG yang tengah terpasang mendadak berbunyi secara cepat, mengejutkan mereka yang berada di kamar rawat Lyn. Livia benar-benar panik sekaligus merasa takut akan kehilangan anaknya itu.

Hingga akhirnya ketika dokter memeriksa, dengan tiba-tiba dokter menggeleng dan menutup wajah mungil milik Lyn, membuat Geo yang melihat itu terkejut dan bingung.

"Dokter?....kenapa Lyn ditutup?... "

Pertanyaan yang dilontarkan oleh lelaki kecil polos itu, berhasil membuat tangis disana pecah, begitu juga dengan dokter.

"Maaf ya sayang, kami gak bisa jagain sahabat kamu, maaf ya" Ucap Dokter itu yang kemudian pergi.

Tangis Livia pecah saat itu juga, dia benar-benar tak rela harus kehilangan anak semata wayangnya. Moona yang ikut menangis segera menenangkan Livia.

Berbeda dengan Geo yang masih bingung, ia lantas menyentuh tangan yang telah ditutupi kain.

"Lyn....kenapa kamu ditutup?....Lyn harus sembuh, ayo sembuh Lyn" Ucap Geo yang menggoyangkan tangan Lyn pelan.

"Buna....Lyn kenapa?" Tanya Geo menoleh menatap Moona, menunggu jawaban dari Bunanya dan berharap Lyn akan sembuh.

"Maaf ya Geo, Lyn gak bisa sembuh.....dia harus kembali dan meninggalkan kita semua disini"

Jawaban Moona, membuat Geo benar-benar shock dan terpuruk, ia paham apa yang dikatakan oleh Moona.

"Lyn gak bisa sembuh.....itu bohong kan Buna? Lyn pasti sembuh Buna....." Sahut Geo yang menggelengkan kepalanya, dia kembali menoleh menatap tubuh Lyn.

"Lyn, ayo bangun!.....kita harus gede bareng-bareng!.....Lyn mau ninggalin Geo....Lyn gak sayang sama Geo?"

Tangis Geo mulai pecah, dia tak ingin kehilangan sahabat yang sudah ia anggap sebagai adiknya. Namun takdir tidak ada yang bisa mengubahnya. Begitu juga dengan kekuatan Geo yang tak mungkin bisa menyembuhkan Lyn dan kembali.

"Lyn kok jahat....kata Lyn gak boleh ninggalin Geo....tapi kenapa Lyn milih buat ninggalin Geo?" Ucap Geo dengan tangis yang semakin menjadi.

Dia pun segera dipeluk oleh Moona seraya menguatkan, Moona tak ingin anaknya dan juga temannya harus terpuruk seperti itu.

"Lyn.....jahat...dia milih pergi daripada sama Geo?"

 Forgotten Promises || Sequel Of Secret MoonaWhere stories live. Discover now