EPILOG

4.7K 486 28
                                    

Berita atas meninggalnya putra kedua dari keluarga Nugraha membuat publik gempar, pasalnya mereka sebelumnya telah menerima kabar atas kekerasan sekolah yang telah di alami salah satu anak kembar dari pasangan tersebut.

Bahkan banyak dari mereka mengecam aksi perundungan tersebut, dan menuntut agar sang pelaku di adili seberat-beratnya.

Mereka hanya mengetahui garis besarnya saja tanpa terlibat jauh di dalamnya, keluarga Nugraha menyimpan rapat-rapat fakta sebenarnya, dan hanya pihak yang berwajib yang berhak mengetahuinya.

Dan sidang keputusan telah di buat, Doni dan Tama dijatuhi hukuman 8 tahun penjara, terlalu kecil memang hukuman bagi mereka, seorang pelaku pelecehan yang menyebabkan korbannya sampai depresi.

Banyak masyarakat yang menolak keputusan pengadilan tersebut, karena bagi mereka, pelaku yang melakukan kekerasan pantas mendapatkan ganjaran yang setimpal, namun apa lah daya, hukum negara di atas segalanya.

Sedangkan di Mansion Nugraha, suasana duka masih begitu terasa, baru genap dua hari mereka di tinggalkan oleh keluarga terkasihnya. Mereka bersedih dengan keterpurukkannya.

Sebelum Rayyan meninggalkan mereka semua, ia sempat di rawat selama seminggu penuh di ruang ICU, dan selama itu, tidak ada perkembangan yang berarti pada tubuhnya, dan itu membuat keluarganya hanya mampu berserah diri pada yang Maha kuasa.

Zayyan termenung di kamar sang kembaran, ia masih mengingat jelas detik-detik adiknya meninggalkan keluarganya.

Sudah lebih dari sepuluh menit Zayyan duduk di samping adiknya, ia tidak ingin beranjak dari sana, muncul perasaan takut saat ia terpaksa harus meninggalkan sang adik seorang diri di dalam sana.

Namun, belum sempat ia meninggalkan ruangan itu, bunyi nyaring dari mesin fentilator milik sang adik menggema di seluruh ruangan, Zayyan bergegas memencet nurse call, tangannya bergetar.

Dokter dan perawat memang datang di ruangan itu, namun, mereka tidak bisa berbuat banyak, yang mereka lakukan hanya menunggu sampai mesin itu menunjukkan garis lurus.

Mereka semua memohon agar sang dokter berusaha menyelamatkan Rayyan, tetapi dokter itu menolak, mereka tidak bisa menolong Rayyan dengan alasan kondisi tubuh Rayyan bisa merasakan sakit, jika Rayyan kembali di bantu alat pernafasan, itu hanya akan membuat tubuh Rayyan semakin tersiksa.

Karena ucapan sang dokter tersebut, mereka memutuskan untuk mengikhlaskan, sakit memang, namun mereka juga tak ingin Rayyan lebih tersiksa di setiap hari yang bertambah.

Isak tangis terdengar dari ruangan Rayyan, Dian dengan erat memeluk tubuh sang putra yang alat tunjangan kehidupannya telah di lepas satu persatu.

Mereka terpuruk, di tinggalkan orang terkasih rasanya tidak dapat di jelaskan dengan kata-kata, namun mereka bisa merasakan betapa sesaknya rasa di hati mereka.

Memang benar kata orang, penyesalan itu datang di akhir, andaikan ia tahu akan berakhir seperti ini, mungkin ia akan lebih menghargai kebersamaan dengan adiknya.

Tiap ia menatap cermin di kamarnya, tanpa ia sadari air matanya menetes, padahal ia dulu sangat menyukai wajahnya yang serupa dengan milik sang adik, namun kini ia menyesali akan hal itu, kenapa Tuhan menciptakan wajah yang serupa jika di antara mereka harus berpisah.

Entah sudah keberapa kali ia mengucapkan kata maaf di depan foto adiknya, rasanya masih terasa sama, menyakitkan.

.
.
.
.

Rayyan meneteskan air mata dalam tidurnya

Suara panggilan sang adik membangunkannya dari pingsan.

"Kakak kau tak apa?" Tanya sang adik khawatir.

Rayyan tercengang sebentar, jadi ucapan Rayyan di novel ternyata benar, ia bisa kembali ke dunia asalnya.

"Dimana novel yang kau gunakan untuk menimpukku?" Tanya Rayyan.

"Ada di atas nakasmu!" Jawab sang adik.

Tanpa basa-basi Rayyan bergegas mengambil novel itu lalu membaca isinya lembar demi lembar, saat dirinya membaca adegan terakhir dalam novel membuatnya menitihkan air mata.

Ah ternyata ending seperti ini yang sebenarnya terjadi, beruntung ia telah merubah alur cerita untuk Rayyan, ternyata di novel ini hanya menceritakan perjalanan hidup Zayyan saja, tanpa mempedulikan alur yang di lalui seorang Rayyan.

"Kak kok nangis?"

"Padahal novel ini happy ending!" Heran sang adik.

"Iya happy ending bagi Zayyan, tapi tidak bagi Rayyan!" Balasnya lalu meninggalkan kamar.

Sang adik di buat bingung atas ucapan sang kakak, padahal di dalam novel tidak ada nama tokoh yang bernama rayyan, tapi kakaknya itu kenapa berucap seakan tokoh Rayyan memang ada?

Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, apa karena  ia menghantam kepala sang kakak terlalu keras ya?, sehingga membuat kakaknya itu menjadi aneh.





Nggk tau mau happy apa sad...

Vote and coment juseyo.....

the twins sick figure (END) Where stories live. Discover now