Chater 11

16.3K 1K 101
                                    

Hari ini Rezel keluar kota dengan dua guru yang mendampinginya dalam lomba karya ilmiah.

Dany bisa dikatakan sendirian disekolah. Afkar langsung mengajak Dany kerooftop sekolah melalui jalan rahasia saat Mimi tak disisi Dany.

"Lu mau nunjukin apa se?" Tanya Dany sambil mengikuti Afkar.

"Udah ikut aja"

Afkar mendorong meja yang menghalangi pintu kecil lalu keduanya masuk dengan cara menunduk.

Angin dan sinar matahari langsung menerpa wajah Dany.

Dany sedikit terperangah melihat pemandangan kota dari atas sekolahnya.

"Lu tau tempat ini dari siapa?" Tanya Dany.

"Dari guru BK. Katanya gue bisa nenangin diri disini, asal jangan lompat aja"

Dany langsung menoleh pada Afkar yang tawanya menyiratkan beban sangat berat.

"Kar? Lu baikkan?" Tanya Dany dan itu menghentikan senyum Afkar.

"Lu mau liat gue?"

"Maksud lu?"

"Gue yang sesungguhnya"

Dany mengangguk tipis karna binggung lalu Afkar merogoh tisu basah dari kantongnya dan mengelap wajahnya yang membiru dibeberapa tempat.

Tak berhenti disitu. Afkar kemudian membuka seragam dan kaos dalamnya dimana tubuh Afkar banyak luka memar lama ataupun baru.

"Lu jijik kan liat gue?"

"Kar. Gue gak jijik sama lu, tapi kenapa lu diem, kenapa gak lapor polisi, ini ulah bokap lu kan?"

Mendengar itu Afkar tertawa. "Lu pikir polisi bisa nglawan bokap gue? Yang ada polisi yang tunduk sama bokap gue"

"Kok bisa, bapak lu petinggi polisi juga?" Polos Dany yang membuat Afkar semakin menyukai sosok disampingnya ini.

"Kar jangan ketawa terus, gue serius pengen bantuin lu"

Afkar melempar salep yang langsung ditangkap Dany "bantu obatin luka gue"

Dany dengan cepat mendekat pada Afkar lalu mengobatinya mulai dari wajah dengan jarak sangat dekat.

"Lu tau? Alesan gue gak lapor polisi?..... Semata mata bukan karna gue lemah. Tapi ada nyokap gue yang harus gue lindungin, dia sekarat sejak 4 tahun lalu, dia bergantung dengan mesin rumah sakit dan semenjak itu, bokap gue berubah. Gue juga masih punya adek Dan, dia baru 5 tahun. Gue gak mau adek gue jadi pelampiasan bokap. Dia masih kecil. Bokap selalu ngancem gue bakal nyabut fasilitas rumah sakit kalo gak nurut sama dia, gue gak mau kehilangan nyokap gue Dan. Gue cuma harus bertahan sampe dia warisin gue semua bisnisnya"

"Kar. Gue gak tau kehidupan lu seperti apa. Tapi Lu berhak bahagia dengan jalan lu sendiri, masa depan kita masih panjang Kar.

"Dan?"

"Nangis aja Kar, gue gak akan bilang kesiapa siapa kok?" Melihat mata berkaca kaca Afkar, Dany tau dia sedang butuh sandaran.

"Enggak Dan. Lu gak akan selalu ada buat gue, gue gak mau lemah didepan bokap gue. Karna bokap benci kalo gue lemah"

"Lu bisa telfon gue, gue bakal dateng"

Afkar tersenyum lagi mendengarnya "lu pikir Rezel bakal izinin lu, asal lu tau. Rezel jauh lebih menyeramkan dari bokap gue"

"Kar. Ayolah, gue gak tau masalah diantara kalian. Jangan jelekin satu sama lain. Rezel baik kok sama gue"

"Tanya ke Mimi kalo lu gak percaya sama gue dan satu lagi, kalo gue udah sekuat bokap, gue bakal rebut lo dari Rezel"

Dear Dany!Where stories live. Discover now