11. You Are My Star

65 10 0
                                    

SinB sudah tidak masuk sekolah selama 3 hari, tidak peduli apakah nanti dirinya akan di keluarkan dari sekolah atau tidak, yang jelas sekarang SinB ingin mengistirahatkan dirinya dari anak-anak penindas itu.

SinB keluar dari kamarnya, berniat ingin turun kebawah untuk mengisi air minumnya.

"jaga dirimu baik-baik, dan jangan lupa jaga adikmu juga"

"iya ibu"

SinB melihatnya dari atas, SinB hanya terlihat seperti orang asing disini, ia juga tidak begitu peduli dengan keluarganya sekarang.

"Eonnie!, Turunlah!. ibu dan ayah akan pergi keluar kota hari ini!"
Pekik Umji dari bawah.

SinB hanya menatap datar, bisa ia lihat mata kedua orangnya memberikan tatapan benci seakan tidak ingin menerima SinB untuk bergabung.

"yak!, apa kau tidak dengar?!"
Kata Eunha.

Tidak ada pilihan lain, SinB harus tetap turun, perlahan ia melangkah menuju orang-orang itu berkumpul, jantung SinB berdegup kencang tak karuan, ia terlalu takut untuk menatap kedua orangtuanya.

"ayah dan ibu harus pergi sekarang"

"tunggu, ayah"
Cegat Umji

"ada apa?"
Yang menoleh hanya ayahnya, sementara sang ibu tetap berjalan keluar menuju mobil di garasi.

"kalian belum memeluk SinB Eonnie"

"aku tidak butuh itu"
SinB mengalihkan pandangannya ke segala arah, menghindari kontak mata langsung dengan ayahnya.

"ayo ayah, berikan pelukan untuk SinB Eonnie juga"

Sang ayah mendekat, memeluk SinB dengan posisi tangannya ada di tengkuk leher belakang SinB dan menyelipkannya di dalam rambut putrinya.

Masih ada banyak jarak di antara mereka, SinB juga hanya diam di tempat tidak ada niatan untuk membalas pelukan ayahnya, SinB meringis ketika ia merasakan tangan ayahnya meremas kuat rambut bagian belakangnya.

"ayah pergi"

Sang ayah berlalu begitu saja, sementara SinB mengelus-elus kepala belakangnya untuk meminimalisir rasa sakit itu.

"Eonnie kenapa?"
Tanya Umji.

SinB hanya menatap datar Umji, lalu pergi kedapur dan mengisi botol minumnya.

"Eonnie"

"apa lagi, Umji?"

"tidak seharusnya kau mengatakan hal seperti itu pada ayah tadi"

Umji melihat sang kakak menatap dirinya dengan tatapan datar.

"ayah dan ibu itu menyayangimu, Eonnie. berhenti bersikap tidak jelas pada mereka"

"apa kau bisa menjamin bahwa yang kau katakan itu benar?, Na Umji?"

Umji mengangguk yakin,
"tentu saja, orangtua mana yang tidak menyayangi anaknya"

"terserah, kau kan selalu diberi kasih sayang yang berlebih oleh mereka, aku tidak peduli"

Eunha yang duduk di kursi ruang tengah hanya diam, ingin melihat perdebatan kedua adiknya ini berakhir dimana, dengan SinB yang emosian dan Umji yang selalu membenarkan perkataannya.

"sudah ku bilang tadi, mereka juga menyayangimu"

"berhenti mengatakan hal bodoh itu jika kau tidak tau apa yang terjadi dengan ku"
SinB rasanya ingin menyudahi ini, tapi ia juga ingin melampiaskan amarahnya disini.

"aku tidak tau karena kau tidak bercerita"

"jelas, yang kau tau kan hanya kau itu anak kesayangan mereka, yang selalu di turuti apapun kemauannya, yang tidak pernah salah dan selalu diterima keberadaannya"

"tanyakan pada orangtua mu itu, kenapa mereka membuat dan melahirkan ku jika mereka tidak menginginkan ku ada di dunia"

"terkadang orang-orang itu hanya ingin nikmatnya saja, tidak memikirkan masa depan si anak akan seperti apa nantinya"

Eunha sedikit terkejut, ia tidak menyangka kalau SinB akan membela dirinya sejauh ini, namun Eunha tetap berusaha diam, hitung-hitung sebagai pelajaran untuk Umji bahwa tidak semua hal yang ia katakan itu benar.

Tapi posisinya disini Umji tidak salah mengatakan itu, yang salah hanyalah Umji selalu menekankan pendiriannya pada oranglain yang menolak itu.

"kau keterlaluan, Eonnie. aku akan mengatakan ini pada ibu dan ayah"

SinB meletakkan botol minumnya di meja makan lalu mendekati Umji, menatap mata adiknya dengan tatap penuh amarah yang ingin ia keluarkan sekarang juga.

"katakan saja, dan jangan lupa tanyakan kenapa mereka terus menyiksa ku"

"aku seperti hidup di neraka, mereka selalu saja memukuli dan memarahiku tanpa alasan yang jelas setiap harinya, mereka membenci ku setiap saat, mereka tidak menginginkan ku disini, kau tidak menyadari itu bukan?, Na Umji?"

"lalu itu yang kau katakan kalau mereka menyayangi ku?"

Eunha berdiri, mengambil ancang-ancang untuk memisahkan kedua adiknya takut jika akan saling menyerang satu sama lain nanti.

"katakan padaku dimana kau melihat mereka menyayangiku!"

"aku tidak pernah merasa disayangi disini, mereka membenci ku secara terang-terangan dan kau tidak menyadarinya?!"

"sekarang ku beri kesempatan kau bicara, katakan padaku semua yang kau lihat dari mereka"

Umji diam, ia harus menjawab apa?, rasanya Umji ingin menangis saja, ia juga sempat melirik Eunha tapi tidak ada pergerakan sama sekali dari kakak pertamanya itu, Eunha benar-benar meminta Umji untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

"kenapa kau tidak pernah bercerita, Eonnie?. bahkan ke Eunha Eonnie, kau tidak pernah menceritakan tentang hari-harimu, kau tidak pernah memberitahu kami kalau ibu dan ayah melakukan itu"

"tapi, tidak mungkin mereka tidak pernah menyayangimu sama sekali"

"kau itu bodoh"
Rasanya hati Umji tertusuk pisau setelah mendengar jawaban SinB, hanya tiga kata tapi itu sangat menyakiti hatinya.

"kau memang selalu di benarkan oleh mereka, mereka mengajarkan bahwa apa yang kau katakan selalu benar, apa mereka pernah mengajari mu untuk mengalah?"

"k-kau membenci mereka, Eonnie?"

"menurutmu?"

SinB mengambil botol minumnya kembali lalu pergi ke kamarnya, Umji menunduk, ia ingin menangis, lalu ia menghampiri Eunha.

"kenapa Eonnie hanya diam?"

"belajar menyelesaikan masalahmu sendiri, Umji-yya"

"kau tidak bisa meminta bantuan oranglain setiap saat, ada kalanya kau harus mandiri, ajak SinB Eonnie mu bicara baik-baik, selesaikan masalah kalian"

Eunha juga meninggalkan Umji, Umji duduk di kursi ruang tengah itu sambil menghela nafas pendek.

Sementara SinB, mungkin rasa puas itu belum datang sekarang, namun setidaknya SinB sudah meluapkan emosi nya sedikit pada adik bungsu nya itu, memberikan penjelasan kalau ia tidak bisa selalu di benarkan.

SinB meletakkan botol minumnya di lantai dekat kasurnya, lalu ia memilih memejamkan matanya.

"Yuju Eonnie, aku merindukanmu"

Bukankah SinB merindukan Yuju setiap harinya?, bahkan setiap saat SinB akan terus merindukan Yuju.























30 maret 2024-

-Tentang Rumah Si Anak Tengah-

(END) Tentang Rumah Si Anak Tengah || GFRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang