24. Benar-benar Hilang

129 13 2
                                    

SinB kembali dilarikan ke ruangan dingin penuh ketegangan itu, Eunha hanya bisa menatap lewat kaca tembus pandang itu sembari berdoa menyatukan kesepuluh jarinya disana, sambil berharap ada keajaiban yang akan datang secepat mungkin.

Suara monitor SinB berbunyi keras, tentu orang-orang berbaju putih yang ada di dalam ICU juga pasti mengharapkan keadaannya membaik, berusaha sekuat tenaga untuk menormalkan detak jantung pasien mereka.

"ku mohon..."
Sementara yang lebih muda sudah terduduk di lantai, memejamkan matanya sembari berdoa yang juga mengharapkan keselamatan kakak tercintanya di dalam sana.

Kini Eunha hanya diam, menatap bagaimana orang-orang itu berjuang di dalam sana, sementara yang di perjuangkan hidupnya masih tidak merespon walau tubuhnya sudah terhempas-hempas tidak karuan.

"tolong hidup lebih lama lagi"

Entah apa yang dokter dan perawat itu perjuangkan di dalam sana, mencabik-cabik tubuh kurus anak tidak bersalah itu demi kesembuhan yang sangat kecil harapannya.

Suara monitor berbunyi kencang dengan tekanan bertubi-tubi lalu tiba-tiba hening...

Bukan hening yang di dengar, suara melengking tanpa detakan, garis lurus terpajang disana, menandakan bahwa tidak ada detak jantung lagi didalamnya.

Melihat itu tidak membuat semangat sang dokter sirna, terus menerus berusaha karena ia ingin bertanggung jawab pada pasiennya.

Hasilnya nihil, tidak ada respon apapun dari SinB.

Eunha diam, apa ini jadi bagian terakhirnya?

Eunha melihat dokter laki-laki itu berjalan menjauh dari bangsal yang di tempati SinB, keluar dari ICU dan langsung menemui Eunha.

Menyatukan kedua telapak tangannya, merasa bersalah karena ia tidak berhasil mempertahankan hidup anak itu.

"maaf"

Eunha tidak bisa emosional sekarang, bahkan ia hanya diam menatap lawan bicaranya, antara tidak percaya dan ingin marah kepada dunia, ia hanya bisa mengangguk lalu menunduk.

Monitor itu tidak lagi berbunyi, dua perawat itu melepas segala macam alat yang menempel pada tubuh SinB, menutupnya dengan kain putih dan membawanya keluar dari ICU.

"tolong kebumikan dia"

-Tentang Rumah Si Anak Tengah-

Suasana haru bercampur dengan gemuruh hujan sore ini, langit biru semakin gelap seiring awan hitam itu berdatangan di atas sana, angin berhembus kencang dan tetesan air hujan yang membasahi seluruh penjuru kota.

Entah ini bagian akhir dari hidupnya juga atau apa, padahal tadi pagi Eunha masih mengharapkan hidup anak ini, dan tiba-tiba sudah melihat batu nisan bertuliskan namanya disana.

"Eonnie"

Umji, entah apa yang sedang ia rasakan. pikirannya berkecamuk, marah, ingin menangis, dan rasa bersalah itu membebani pikirannya, menundukkan kepalanya di pundak Eunha untuk melepas rasa sakit yang ia terima, memejamkan matanya disana, mulai memikirkan hal buruk apa yang harus ia lakukan untuk mengakhiri ini.

"kita akan menyusul mereka, Eonnie?"

Eunha menggeleng, hanya menatap batu nisan adiknya yang baru di tanam ke tanah hari ini, foto SinB tersenyum disana, tidak menggambarkan anak yang sedang sakit sama sekali. Eunha rasa, ia mulai merindukan anak itu sekarang.

"maaf"

"mengapa?"
Umji mendongak, mempertanyakan kata maaf yang di ucapkan Eunha.

"maaf karena Eonnie terlambat mengetahuinya"

"mengetahui apa?"

"mengetahui bahwa terlalu banyak kebencian yang Eunbi terima"

Umji semakin bingung, apa maksudnya?

"aku mengetahuinya, tapi aku tidak berani untuk bersuara dan membelanya"

Rasa bersalah di benak Eunha semakin menghantuinya, entah Eunha ingin mengulang kehidupannya dari mana, atau lebih baik tidak hidup sama sekali.

"jangan salahkan dirimu, Eonnie"
Meski Umji tidak mengerti, ia tetap ingin mengatakan bahwa ini bukan salah Eunha.

"dunia akan baik-baik saja, ada aku"
Umji memeluk tubuh Eunha, meyakinkan sang kakak bahwa dunia akan baik-baik saja setelah ini.

"sedikit membaik"

Huft, mungkin tidak pulih sepenuhnya, namun setidaknya...sedikit lebih baik, karena ia tidak sendirian.

"jangan takut"
Lagi-lagi Umji berucap, menatap wajah kakaknya dengan tulus dan rasa iba.

"apa yang harus kita lakukan?"
Tanya Eunha.

"pulang kerumah dan beristirahat, lalu lakukan hari esok dengan baik"

"Eunbi sudah pergi"

Eunha benar-benar terjebak di pikirannya sendiri, seperti apa Eunha harus menjelaskannya?

"tidak, Eunbi Eonnie tidak pergi"

"dia ada disini"
Umji menunjuk dada kiri Eunha dengan telunjuknya.

"mengapa dia tidak bangun kemarin?"

"mengapa dia tidur sampai hari ini?"

"apa dia terlalu nyaman dengan tidurnya hari ini?"

"dan sekarang, benar-benar hilang"

Hujan semakin deras, angin berhembus kencang di setiap sudut, petir menyambar dimana-mana, masih tidak membuat kaki Eunha mau melangkah pergi dari sana.

"ayo pulang, hujannya semakin deras"

Lagi-lagi Eunha menggeleng dalam tatapan kosongnya.
"tidak"

"sampai kapan kau akan ada disini?, kita bisa menemui mereka kapanpun"

"aku ingin sebentar lagi, kau tunggu di mobil"

Umji mendengus, kondisi keduanya sudah sangat basah seperti ini dan Eunha masih mengulur waktu?

Bukan tentang siapa yang pergi, tapi kondisinya sekarang sedang hujan.

"Eonnie, tolong"
Umji memohon agar kakaknya ini bisa mengerti.

"apa?"

"kau bisa sakit nantinya"

"aku tidak peduli"

"kau boleh merasa kehilangan, tapi tolong jangan sampai kau kehilangan dirimu juga"

Eunha menatap Umji.
"sudah ku bilang, jika kau tidak mau maka tunggu saja di dalam mobil"

"bukan masalah tidak mau atau mau, aku mengkhawatirkan keadaan mu"

"jangan pedulikan aku"

Dengan itu, maka setelah ini mungkin Umji tidak akan memperdulikan Eunha lagi, entah apa yang akan terjadi pada mereka setelah ini.

Umji beranjak pergi lalu masuk ke dalam mobil, menyisakan Eunha yang masih setia berdiri disana.

Umji menunduk, tidak ada hal bahagia yang terjadi di hidupnya.

"kenapa?, kenapa harus aku?"

SinB sudah pergi menyusul yang lain, hidup Umji akan seperti apa nantinya?

Umji menoleh, menatap Eunha yang masih ada disana, bahkan ia berjongkok sambil menatap lurus kedepan, entah apa yang ada di kepala Eunha sekarang, membiarkan dirinya basah karena hujan untuk menemani SinB yang sudah pasti tak akan kunjung bangun?

"sepertinya dia menjadi bodoh sekarang"


























15 April 2024-

-Tentang Rumah Si Anak Tengah-

(END)


Terimakasih semuanya!
🤍

(END) Tentang Rumah Si Anak Tengah || GFRIENDDonde viven las historias. Descúbrelo ahora