Chapter 43. What should I do?

42 2 0
                                    

Dikekaisaran,
Setelah berhasil mengelabuhi sang penjaga dan mencuri kuncinya, Tuan putri Serena langsung mengunci pintu kamar kemudian bergegas membuka jendela. Dia berencana pergi menemui sang ayah yang juga ditahan dikamarnya dengan melalui sisi luar bangunan istana kekaisaran. Sang putri harus melawan rasa takutnya dengan berjalan ditepian bangunan yang hanya memiliki lebar sejengkal. Lokasi kamar keduanya yang berada dilantai 2 dari bangunan utama istana sempat membuatnya merasa ragu. Namun, tuan putri Serena kembali memantapkan hatinya dan mulai berjalan dengan merapatkan punggungnya pada dinding.
Beberapa langkah lagi mencapai tujuannya yakni kamar sang kaisar. Sial bagi sang tuan putri, ketika salah satu penjaga yang tengah berpatroli memergoki aksinya, membuatnya sontak terperanjat lalu terpeleset dari pijakannya. Tuan putri Serena tidak ingin menambah masalah bagi keluarganya dan hanya memilih pasrah. Bukannya berteriak seperti adegan konvensional difilm laga, dia membekap mulutnya sendiri dan bersiap menjemput ajalnya.

'Ibu, ayah. Sepertinya...kali ini aku akan benar-benar mati.' Batinnya seraya menitikkan air mata.

Tuan putri Serena tidak lagi berharap banyak. Namun, pada menit-menit terakhir saat dia mulai memejamkan matanya rapat-rapat, sesuatu hal yang tidak disangka-sangka justru terjadi. Sebuah angin berkecepatan tinggi datang dari arah lain disusul dengan teriakan sang penjaga hingga kemudian suaranya lenyap begitu saja. Bersamaan dengan itu, tuan putri Serena merasakan sepasang lengan yang kekar melingkar dipinggangnya. Ketika dia membuka mata, sesosok pria berwajah dingin telah menangkap tubuhnya yang terjun bebas dari ketinggian. Sang putri langsung meningkatkan kewaspadaannya setelah keduanya mendarat dengan selamat. Pria itu cukup peka. Dia langsung membungkukkan badan dengan sopan lalu memperkenalkan dirinya.

"Salam kepada tuan putri kekaisaran Medeia. Saya Ferion Talavi. Saya bekerja dibawah perintah Tuan Grand Duke Melidas." Ucapnya yang membuat sang tuan putri sontak terbelalak.
"Baiklah. Aku memahami situasinya. Baguslah kau datang...aku sedang memerlukan bantuanmu." Ucapnya seraya tersenyum lebar. Ferio yang sudah bisa menebak jalan pikirannya menyarankan sang putri untuk kembali kekamar tetapi hal itu langsung ditolak mentah-mentah. Namun demikian, Ferio berhasil membuatnya mengerti setelah menjelaskan konsekuensi dari tindakan ceroboh sang putri yang dapat berimbas pada anggota keluarga kekaisaran yang lainnya. .

"Baiklah, biar saya bereskan yang satu ini dulu." Ucapnya seraya menunjuk kearah belakang menggunakan jempolnya. Tuan putri Serena yang merasa penasaran sontak mengintip melalui bahu pria itu. Alhasil, dia melihat pemandangan yang cukup mengerikan. Sang penjaga yang membuat nyawanya hampir melayang telah tergolek lemas dengan luka bekas cakaran yang nyaris memperlihatkan tulang lehernya. Seketika hal itu membuatnya tersadar bahwa pria dihadapannya bukanlah pria biasa.
Selesai membereskan kekacauan tersebut, tuan putri Serena diantar kembali kekamarnya tepat ketika si penjaga hendak masuk untuk memeriksa kamar guna mencari kuncinya. "Apa ini yang kau cari?" Tanya sang putri seraya menunjukkan benda tersebut. Si penjaga langsung menyahutnya lalu keluar begitu saja. Tuan putri Serena hanya terkekeh kecil melihat muka masam pria itu. Sementara, Ferio langsung masuk melalui jendela tepat setelah sang penjaga mengunci pintu kamarnya.

"Dengar, kau harus menyelamatkan ayahku. Selagi kau bisa membebaskannya, semuanya akan aman. Aku sudah mencoba mengirim surat pada kakekku tapi mereka memanah jatuh setiap burung yang terbang kemari." Ucap tuan putri dengan nada cemas. "Ayah pasti memiliki cara untuk memberitahukan apa yang terjadi disini kepada kakek, jika saja kau berhasil mengeluarkannya." Ucapnya lagi.
"Tidak segampang itu, Tuan putri. Tindakan yang anda maksud hanya akan memperumit situasi. Kita tidak tahu berapa banyak pengikut permaisuri yang berada diluar sana. Selain itu...Caster Roux, sang panglima Della Morte adalah salah satu penduduk utara yang berhasil selamat. Pria itu telah menanamkan sihir kepada yang mulia atas perintah permaisuri." Jelasnya panjang lebar.
Tuan putri Serena sontak terkejut mendengarnya. "Lalu, bagaimana keadaan ayahku?" Tanyanya dengan nada cemas yang kentara.
"Sejauh ini yang mulia kaisar baik-baik saja. Permaisuri memberikan ramuan khusus secara berkala sebagai ganti perdana menteri bekerja untuknya." Jawab Ferio.
Tuan putri Serena menjadi geram hingga tanpa sadar menjadikan pria disebelahnya sebagai pelampiasan. Beberapa kali dia menggeplak pria itu bahkan juga sempat menginjak kakinya dengan cukup keras. Untungnya, pria itu cukup tangguh. Dia tidak bergeming sedikitpun menghadapi serangan mendadak berskala kecil tersebut. Beberapa saat setelahnya, tuan putri Serena merasakan sesuatu yang asin bercampur manis merembes keluar dari sudut bibirnya. Dia sontak mencengkeram erat lengan tangan pria disebelahnya setelah menyadari tubuhnya mulai melemas. Ferio yang telah lama mengawasinya langsung menyadari apa yang sedang terjadi. Tanpa banyak bicara, dia menggendong sang tuan putri, membawanya ketempat tidur lalu membaringkannya diatas sana.

THE THRONE RESERVED [ON GOING]Where stories live. Discover now